Chapter 1

4.5K 178 4
                                    

Seorang gadis dengan sangat lihai menari di dalam ruangan penuh kaca yang gelap. Satu-satunya penerangan diruangan itu hanyalah lampu sorot yang mengarah padanya.

Ia memejamkan mata dan mengikuti musik yang berasal dari mp3 playernya yang disambungkan dengan earphone. Sesekali kepalanya mengangguk sesuai irama.

Sepatunya menghentak hentak pada lantai kayu yang sudah tua tetapi sangat kuat. Tangannya melambai lambai pada udara kosong sambil terus memejamkan mata. Fokusnya hanya pada satu titik. Menari.

Sampai akhirnya pintu dibuka dan ia tak sedikitpun terusik. Ia terus menari dalam mata yang terpejam.

Yumi melipat tangan didepan dada menunggu gadis penari itu menyadari keberadaannya walaupun tindakannya sia-sia. Gadis itu tak kunjung mengakhiri tariannya.

"Ekkhemm!" Yumi berdehem sekali dan seperti sebelumnya, gadis itu masih terus menari.

"Ekhemm Ekhemm." Tak ada reaksi.

"Ekhhemm!!!" Yumi berdehem semakin keras sampai nyaris terbatuk.

Ia menghentikan aksi sia-sianya dan menarik salah satu kabel earphone-nya dengan kasar hingga gadis itu tersentak.

"Oh Yumi, kau hobi sekali mengacaukan tarianku!"

"Habisnya kau kupanggil daritadi tak menjawab."

Yumi menyalakan saklar di sudut ruangan hingga ruangan yang biasa digunakan untuk belajar menari itu terang.

Sedangkan gadis itu berjalan kearah sofa dan meraih sebuah handuk untuk menyeka keningnya yang penuh keringat. Setelah itu meraih tas hijau tuanya dan berjalan kearah pintu. Yumi menyusul disampingnya.

"Kau ada acara malam ini?" tanya Yumi setelah beberapa waktu sebelumnya keheningan diantara mereka.

"Tidak." balasnya tanpa menoleh sedikitpun.

"Kau yakin? Ikutlah denganku kalau begitu." Yumi menatap gadis itu dengan berbinar-binar.

"Tidak."

"Eiiiy jangan begitu. Temani aku ke suatu tempat pleaseeeee."

Gadis itu berhenti dan memandang sekilas pada Yumi yang sedang memandangnya dengan tatapan memohon. Helaan napas panjang terdengar.

"Dengar ya. Aku pergi ke tempat itu untuk mengenalkanmu pada seseorang." jelas Yumi dan gadis itu kembali memandang Yumi. Kali ini dengan mata memicing seolah sedang mencurigai.

"Perempuan atau laki-laki?"

"Laki-laki."

"Aku tidak mau."

"Hufft... Aku tak mau tahu, kau harus ikut denganku malam ini!"

"Sudah tiga kali kau mengenalkanku pada lelaki dan kau tahu hasilnya apa?"

Yumi meraih satu tangan sahabatnya dan menggenggamnya erat.

"Aku berani jamin lelaki ini tidak akan macam-macam seperti yang terakhir kali kukenalkan. Ia baik."

"Aku... aku... tidak bisa."

"Anastasia, aku tak akan memaksamu membuka hati untuknya sekarang. Setelah kau yakin bukalah hatimu."

Yumi memperhatikan raut wajah Anastasia yang berubah menyuram. Sudah tiga kali ia menyertakan Anastasia pada kencan buta yang ia selenggarakan tetapi tak satupun berjalan lancar.

"Yuu." Anastasia memanggil Yumi dengan nama kecilnya.

Yumi menyadari sahabatnya kini mulai berkaca-kaca. Ia memeluk Anastasia dan gadis itu menumpahkan air matanya pada bahu Yumi. Ia menangis lagi.

Dan kali ini, Yumi penyebabnya.
***

Mereka berdua kini duduk di kursi taman yang sepi. Ditemani oleh angin sepoi sepoi yang meniup surai hitam keduanya.

Sampai gadis itu tenang Yumi masih berusaha menenangkan gadis itu sambil menepuk-nepuk pundak satunya lagi.

"Hhh... Aku ingin pergi menyusulnya saja."

"Hei apa yang kau bicarakan? Kau ingin bunuh diri? Kau masih muda dan perjalananmu masih panjang."

"Yuu, kau tidak tahu bagaimana rasanya ditinggalkan seseorang yang kita cintai. Rasanya sesak, seperti dihimpit dua buah beton.

Saat kau menangis dan tak ada yang menyeka airmatamu, saat kau terjatuh dan tak ada yang menarikmu keatas.

Setiap kali kau bangun dan kau berharap hal yang terjadi adalah sebuah mimpi. Aku mengalaminya berkali-kali dan itu menyakitkan."

Yumi menarik Anastasia bangun dari duduknya dan mengajaknya pergi ke suatu tempat. Anastasia hanya menurut ketika ia diseret menuju parkiran mobil. Perbedaan kaki Yumi yang jenjang dan Anastasia yang pendek membuatnya kesulitan mengimbangi langkah.

"Heei lepaskan tanganku!" Anastasia berusaha melepaskan tangannya tetapi tidak bisa. Cekalan gadis itu cukup erat rupanya.

"Yuu,"

Anastasia dimasukkan secara paksa oleh Yumi kedalam mobilnya. Setelah itu ia tancap gas dan melesat tanpa memedulikan Anastasia yang kini memejamkan mata ketakutan.

Vote n comment please...

Salam hangat untuk A, F, dan V.

Anastasia and Mr Vampire [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang