Warning typo!!!
Budayakan vote sebelum membaca!!! 🌟
Happy reading 😊
Author P.O.V.
Kenapa Rio menepuk kepalanya seperti itu ?" pikir Ify yang masih ketakutan karena kemunculan tengkorak tadi. Setelah beberapa detik yang terasa panjang baginya, Ify baru sadar sedari tadi dia masih memeluk lengan Rio.
Dengan ragu dan muka memanas, Ify melepaskan tangannya "Sorry..." katanya pelan
Rio memandang Ify dengan ekspresi yang sulit diartikan "A....." mulut Rio sedikit terbuka, seperti akan mengatakan sesuatu. Ify yang merasakan debaran keras di jantungnya menatap Rio sedikit bingung.
Rio menghela nafas, mengurungkan niatnya. Ify menunduk sambil memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya. Salahnya tadi, karena bangun terburu-buru, dia hanya sempat menyambar cardingan hitamnya, bukan jaket abu-abunya.
"Yang tadi itu..." kata Rio pelan "Lupain aja"
Dan malam itu pun terasa semakin dingin bagi Ify. Ia hanya menjawab ucapan Rio dengan menganggukkan kepalanya saja. Sesungguhnya dia ingin mematri adegan tadi dalam ingatannya juga di hatinya yang kini bergemuruh tak tenang.
"Lo nggak boleh pake hati lagi, Ify! Inget itu!" tegasnya dalam hati. Tak sudi sakit hati lagi.
Rio menatap cewek di sebelahnya dalam diam. Kenapa bisa dia reflek menepuk puncak kepala cewek itu? Tidak bisa Rio pungkiri, ada sebersit perasaan aneh yang muncul, jantungnya sedikit berdesir. 'Sedikit'... tipunya sendiri.
Kedua makhluk itu pun berjalan dalam diam. Sibuk dengan perasaan masing-masing. Ify sibuk menetralisir hatinya, sementara Rio masih bingung dengan perasaannya yang tiba-tiba nggak karuan.
"Kok jadi canggung gini sih..." batin Ify
Ify menarik nafas lalu berusaha memulai percakapan.
"Instrumen lo bagus" kata Ify pelan
Rio menoleh ke arah Ify "Oh... thanks"
"Yang tadi lo maenin apa? Sequence atau Serendipity?" tanya Ify yang pernah mendengar Pak Oni menyebut nama dua instrument itu.
"Gue? Maenin apa? Dimana?" tanya Rio was-was
"Di taman kecil?" tanya Ify ragu
Rio terkesiap. Bagaimana cewek ini bisa tau? Padahal dia yakin nggak ada yang tau letak taman kecil itu. Lalu Rio memutuskan untuk berbohong.
"Nggak usah nanya hal kayak gitu. Nggak bakal gue jawab. Lagian yang lo liat tadi bukan gue. Tau deh siapa?" kata Rio mungkir
Ify mengangkat sebelah alisnya, tampaknya dia salah memilih topik. Dengan dingin yang menusuk tubuhnya, dia nggak ada niat sama sekali untuk bertengkar.
Setelah itu... keheningan kembali tercipta. Nggak ada satupun dari mereka yang mau membuka percakapan. Rio kembali tenggelam dalam pikirannya. Sementara Ify menghangatkan tubuhnya.
Tanpa sadar, sebuah akar pohon melintang tak jauh dari mereka, siap untuk menjegal siapa saja yang tidak awas saat itu. Ify yang ternyata telah terpilih oleh Tuhan untuk terantuk akar bandel itu...
Bruuu..... hampir saja Ify akan mencium bumi karena tersandung, kalau saja Rio tidak sigap menangkap tubuh Ify yang limbung.
Rio merasakan jantungnya berdebar hebat, saat kedua lengannya melingkar di tubuh Ify. Rio bisa merasakan tubuh Ify yang menggigil dalam dekapannya. Harum strawberry dari rambut Ify terasa asing sekaligus manis di hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Camp of Music [HIATUS]
Teen FictionHanya satu mimpi yang ingin diwujudkan Mario Stevano, yaitu menyelesaikan rangkaian instrument nya untuk seseorang yang berharga dalam hidupnya. Seseorang yang membuat dunianya lebih berwarna Sampai pada akhirnya, ia kehilangan seseorang itu. Mimpin...