1

8K 607 106
                                    

Love Yourself
Chp.1, Kehidupan yang keras

Park Jimin|Jung Hoseok as Park Hoseok

Magic_R present

SEOUL adalah sebuah kota yang tergolong besar.

Berbeda dari apa yang disajikan di drama-drama terkenal, hidup di sana tidaklah seindah itu. Hidup di sana sangat keras, penuh perjuangan dan persaingan. Lemah sedikit maka kau akan menjadi bagian terendah di kota itu. Dari perusahaan-perusahaan besar hingga warung makan terkecil sekalipun, mereka membutuhkan orang-orang teladan sebagai pekerja di sana. Tak ada yang namanya berleha-leha.

Ketika seorang yang berperawakan dewasa saja masih merasa kesulitan dan tertekan dalam hidup hingga memilih jalan akhir berupa bunuh diri, seorang anak berusia dua-belas tahun dengan perawakan mungil terlihat masih berusaha berjuang. Berjongkok di tempat pencucian dengan puluhan piring yang menumpuk setiap menitnya merupakan kebiasaan sehari-harinya. Walau keringat bercucuran dari kening dan tak lupa pakaian yang basah hingga hampir sekujur tubuh, tak pernah ada helaan napas mengeluh keluar dari belah bibirnya. Ingatan di mana ada seorang lainnya yang juga sedang berjuang walau dalam bentuk berbeda, membuat dirinya tak berani untuk merasa bahwa hidupnya ini terbilang sulit.

Lagi pula, jika dipikir-pikir lagi, hanya sekadar mencuci piring yang tak akan pernah ada habisnya dalam rumah makan itu tak terlalu menyedihkan. Ia sudah pernah merasakan hal lebih menyakitkan dari ini sebelumnya. Ditinggal oleh orangtua menuju dunia yang lebih indah dan akhirnya tinggal di panti asuhan bersama sang adik adalah hal paling memukul telak hidupnya. Beruntung, senyum sang adik berhasil membuatnya merasa bahwa hidup mereka masih panjang di depan sana. Hal yang tak perlu disia-siakan dengan bersedih hati seolah hidupmu sudah berakhir. Tidak, seorang Park Jimin masih lebih kuat dari itu.

"Jimin?" suara itu membuat si pemilik nama menoleh, memandang seorang pria berusia dua puluh tahun yang tersenyum cerah padanya. Ia menaruh setumpuk piring di sisi kiri Jimin dan berkata, "Ini yang terakhir. Mau kakak bantu?"

Jimin balas tersenyum lalu menggeleng. "Gak perlu, Kak Chanyeol. Kakak pasti capek abis ngelayanin pelanggan di luar. Ini sudah kerjaan Jimin. Biar Jimin saja yang selesain."

Chanyeol sebenarnya tidak mengerti, bagaimana di Korea Selatan ini masih ada bocah seperti Jimin. Pekerja keras, periang, seolah hidupnya normal seperti anak-anak lainnya, padahal lebih dari setengah harinya dihabiskan dalam rumah makan ini. Ia masih ingat, pertama kalinya bertemu dengan Jimin adalah setahun lalu, di mana bocah itu tiba-tiba saja muncul di rumah makan tempatnya bekerja dan memohon pada atasannya untuk dapat bekerja. Tentu, pada awalnya mendapat tolakan keras karena Tuan Han tidak ingin memerkerjakan anak kecil. Tapi, melihat bagaimana anak itu begitu memohon dan sepertinya benar-benar membutuhkan bantuan hingga menangis, akhirnya Tuan Han menerima Jimin untuk bekerja di rumah makannya.

Sekali lagi Chanyeol menyunggingkan senyumnya. Tangan kanannya bergerak untuk mengusap lembut surai cokelat Jimin. "Kalau butuh bantuan apa-apa, bilang saja ke kakak, ya? Pasti kakak bantu."

Jimin mengangguk saja dengan senyuman. Memilih untuk kembali pada pekerjaannya ketika Chanyeol menjauh.

Kehidupan yang Keras

Menurut Jimin, bekerja di rumah makan milik Tuan Han adalah suatu hal yang menyenangkan. Bukan hanya karena penghasilan dirinya tidak dibeda-bedakan dengan pekerja lain yang lebih dewasa, melainkan juga bagaimana orang-orang di sana bersikap terhadapnya. Dari mulai Chanyeol, Daesung, Seohyun, bahkan Tuan Han sendiri, semuanya benar-benar ramah. Mereka bekerja di rumah makan itu bukan sekadar untuk mengais rezeki, tapi juga menyalurkan rasa persaudaraan. Mereka bukan seperti para atasan dan bawahan pada umumnya, namun lebih laik disebut keluarga. Keluarga yang saling menyayangi. Dan karena Jimin adalah yang paling kecil, maka dialah yang paling disayang.

Love Yourself ⏩KookMin⏪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang