Karna kejadian luka di kaki nara. Mau tidak mau seokjin dan nara harus berada di hotel terlebih dahulu. Jadi rencana mereka ke menara eiffel akan batal. Seokjin sih tidak masalah. Tetapi nara yang sedari tadi terus saja merengek untuk tidak membatalkan rencana mereka.
Kalau saja seokjin egois mungkin ia akan tetap mengajak istri nya keliling menara eiffel. Tetapi realitanya seokjin tidak akan membiarkan nara pergi dalam keadaan seperti ini.
"Yang. Masa harus batal sih. Kan ini udah rencana kita ke sini. Lagi pula bukan nya itu juga harapan kamu buat melihat menara eiffel. Aku udah gapapa ko. Cuma luka kecil doang mah biasa"Ujar nara. Seokjin menghela nafas nya. Kenapa sih istri nya ini sangat keras kepala. Sudah tau kaki nya masih sakit seperti itu. Masih saja memaksa untuk pergi. Lagi pula ini masih sore dan janji mereka bukan nya akan pergi nanti malam.
"Kamu bisa lihat kan kondisi kamu seperti apa. Kenapa masih keras kepala sih. Nanti kalau kamu kenapa napa kan aku juga yang khawatir. Emang apa susah nya nurut sama suami. Jangan mau nya di turutin terus dong ra. sekali kali kamu yang nurutin aku"ucap seokjin. Entah kenapa nada bicaranya sedikit meninggi. Padahal nara ngomong nya baik baik dan juga berusaha sabar. Tetapi kenapa respon nya seperti ini. Kalau pun seokjin tidak ingin pergi yaa setidak nya bicara baik baik.
Nara berusaha untuk tidak menangis. Tohh emang nara sendiri yang salah. Jadi buat apa dia marah.
"Yasudah"Hanya itu respon yang di berikan oleh nara. Setelah nya ia hendak pergi ke kamar tetapi justru seokjin menahan pergelangan tangan nara.
"B-bukan gitu maksud aku sayang."Seokjin menarik nara untuk duduk kembali di samping nya. Bukan nara namanya kalau ia tidak mempunyai tenaga yang cukup kuat.
Nara melepas tangan seokjin yang masih berada di pergelangan tangan nya, "ya terus maksud nya gimana. Kan udah aku turutin. Nanti aku ngelawan di kira keras kepala. Terus giliran aku turutin kamu nya yang kaya gitu. Salah terus kayanya"Ucap nara. Entah kenapa omongan nara barusan bener bener nusuk sampai ke tulang rusuk seokjin. Baru kali ini nara frontal tepat di hadapan nya.
Nara maupun seokjin hanya diam tanpa kata. sampai akhirnya telpon nara bergetar kembali. Mau tidak mau itu menjadi pusat perhatian mereka berdua. Nara memang mengambil handphone nya tetapi bukan nya di angkat justru nara mematikan handphone nya.
"Kenapa tidak di angkat?"Tanya seokjin. Raut wajah nya berusaha untuk bersabar. Seokjin tahu kalau sekarang nara hanya butuh perhatian nya saja. Kapan lagi mereka punya waktu luang seperti ini.
"Tidak apa apa"Jawab nara. Lalu ia bangkit dari duduk nya dan meninggalkan seokjin seorang diri di ruang tengah. Entah kenapa akhir akhir ini nara maupun seokjin sama sama sensitif.
Seokjin menatap punggung nara yang mulai menjauh dari pandangan nya. Nara masuk ke dalam kamar dengan langkah yang sedikit pincang.
"Sabar seokjin."lalu seokjin berniat untuk menyusul nara ke dalam kamar. Sesampainya di kamar seokjin menemukan nara sedang berdiri di balkon kamar.
Nara terkejut karna tiba tiba seokjin memeluk nya dari belakang. Nara memang sedang badmood hari ini. Rasanya ia hanya ingin marah marah supaya semua rasa badmood nya bisa hilang.
"Maaf kalau tadi aku ngomong seperti itu ke kamu. Yaudah nanti malam kita keluar ya"jelas seokjin. Lalu ia meletakkan dagu nya di bahu nara. Tapi aneh nya tidak ada respon apapun dari nara. Seokjin bingung mau apa sekarang.
"Tidak usah. Kita istirahat saja. Aku udah ga mood mau kesana."Nara melepaskan tangan seokjin yang berada di pinggang nya. Lalu,"Aku mau ke kamar mandi dulu"Lanjut nara. Ia hendak pergi tetapi seokjin membawa nara ke dalam pelukan nya.
"Aku harus apa supaya kamu ga kaya gini lagi?"Tanya seokjin. Nada suaranya terdengar parau. Nara terkejut kalau respon seokjin akan seperti ini. Bahkan air mata nara sudah mengalir dengan deres di pipi nya.
"Maaf. Aku cuma takut kalau selama ini aku bukan istri yang baik. Denger omongan kamu barusan rasanya itu seperti boom besar buat aku. Kamu tahu kan aku gampang ngedown hanya karna denger omongan seperti itu. Aku cuma mau kasih tau kalau sekarang aku bener bener lagi takut. Aku minta maaf kalau selama ini aku kurang nurut sama kamu. Hiks"Jelas nara. Ia menenggelamkan wajah nya di dada bidang seokjin. Rasanya memang bagaikan boom besar begitu nara dengar omongan seokjin tadi.
Seokjin merasa bersalah karna nara sampai setakut ini, "tidak sayang. Kamu tidak salah. Aku yang salah. Aku minta maaf sebanyak banyak sama kamu. Kamu istri terbaik yang pernah aku miliki. Kamu juga tahu kalau aku amat sangat sayang sama kamu. Jadi aku minta jangan pernah pikirin itu lagi yaa"Ungkap seokjin. Ia hanya ingin keadaan nara pulih. Itu saja. Tetapi justru nara sampai seperti ini.
Kalau tahu akan begini jadinya. Seokjin tidak akan mau mengajak nara ke paris. Bahkan keadaan di paris jauh lebih bahaya ketimbang di negara nya sendiri. Bahaya dalam istilah untuk rumah tangganya.
◾◾◾
•Tbc•
Sorry bgt gue baru update.
Sekalinya update malahan pendek kaya gini
Tapi sans aja. Gue akan atur waktu.
Bukan nya sok sibuk.Tapi kalian harus ngerasain
Rasanya kelas 9. Karna ga ada yang namanya
Sehari aja tanpa pr. Jujur. Gue capek bgt:")
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband is the workaholic ▪seokjin
Fanfiction[ UPDATE KALO ADA WAKTU:" ] "Kapan sih kamu ada waktu untuk aku?" -nara "Pleasee ra. Ngertiin aku. Aku cari uang juga untuk kamu. Jadi tolong. Jangan terlalu ngekang aku gini. Aku cuma minta pengertian kamu aja" -seokjin ©arakyi, 2017