BAB 18

952 65 5
                                    

Tepat saat jam makan siang tiba. Seokjin langsung bangkit dari kursi besar nya itu. Lalu merapikan sedikit penampilan nya. Setelah seokjin rasa cukup, ia keluar dari ruangan untuk menuju ke caffe yang di janjikan oleh injae.

Sedari tadi handphone nya sengaja ia matikan. Bukan apa apa. Hanya saja seokjin tidak mau membuat nara khawatir. Ia tahu kalau sekarang pasti nara sedang bertanya tanya kenapa handphone nya ia matikan. Seokjin salah?. Jelas. Ia sangat salah. Karna lebih mementingkan janjinya dengan injae ketimbang dengan keadaan istri nya saat ini.

Seokjin sama sekali tidak bermaksud untuk itu semua. Ia hanya ingin semuanya cepat kelar dan ia bisa menjalani semua hari hari nya seperti dulu lagi. Dimana hidup nya tenang dan tentram tanpa adanya bajingan itu!.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit perjalanan menuju caffe. Sesampainya di depan caffe seokjin bisa lihat dari jauh kalau dirinya sudah di tunggu oleh injae. Kelihatan dari sosok injae yang sedang memainkan tab nya di ujung pojok sana.

Tidak mau membuang waktu banyak. Akhirnya seokjin melangkah kan kaki nya menuju meja dimana sudah ada injae.

"Ada apa ngajak saya ketemuan disini?"Tanya seokjin to the point. Tangan nya ia masukan kedalam saku jas. Tidak peduli lagi jika ia di pandang tidak sopan atau semacam nya. Yang penting ia ingin cepat cepat pergi dari hadapan injae.

Injae memberhentikan aktivitas nya. Lalu menatap seokjin dengan tatapan remeh. Ohh. Ayolah. Seokjin tidak ada waktu jika ia harus meladeni orang seperti ini.

"Sebaiknya kau duduk dulu lah seokjin. Tidak ada sopan santun nya sama sekali kau ini"Jawab injae. Mau tidak mau seokjin duduk di kursi yang berhadapan dengan injae. Setelah itu seokjin malas untuk membuka suaranya terlebih dahulu. Kan bukan dia yang minta janjian. Jadi untuk apa memulai duluan.

"Begini. Aku hanya ingin menanyakan soal perusahaan ku dan perusahaan kau. Seperti nya ert corp sangat cocok jika kerja sama dengan perusahaan kau itu. Jadi bagaimana kim seokjin?"Tanya injae lalu ia menyesap coffe nya. Sudah berkali kali seokjin katakan kalau ia tidak sudi jika bekerja sama dengan ert corp. Bisa bisa belum satu bulan kerja sama, perusahaan seokjin sudah tidak karuan.

Membayangkan saja sudah membuat seokjin muak. Apalagi sampai terjadi.

"Kau tuli atau bagaimana. Saya sudah katakan kalau perusahaan saya tidak sudi bekerja sama dengan ert corp. Bisa kau bayangkan kan bagaimana licik nya perusahaan kau. Jadi sampai kapan pun itu tidak akan pernah terjadi."Tegas seokjin. Nada bicaranya memang santai tetapi aura yang di keluarkan sangat menusuk. Bukan injae namanya kalau tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Mungkin sebelum sebelum nya injae bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi tidak untuk saat ini.

"Semua yang kau inginkan tidak harus menjadi milik kau injae. Kau dan saya sama. Mempunyai keinginan dan tujuan masing masing. Tapi dari keinginan itu kau bisa belajar. Bahwa tidak selama nya kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. Itu sama saja kau egois"Lanjut seokjin. Tepat saat ia ingin bangkit. Injae menahan pergerakan seokjin untuk tetap duduk.

Seokjin kembali terduduk dan melihat jam di pergelangan tangan nya. Pukul 13:20. Itu tanda nya ia sudah membuang waktu 20 menit hanya untuk meladeni injae.

"Kau benar seokjin. Tapi kau harus ingat. Bahwa apa yang kau inginkan itu pertanda kalau kau harus memiliki nya. Termasuk bekerja sama dengan perusahaan kau. Mungkin kau boleh saja menganggap perusahaan ku licik atau semacam nya. Tapi satu hal yang perlu kau tahu. Aku sungguh sangat ingin bekerja sama dengan perusahaan kau"Ucap injae. Memang iya. Injae menyatakan nya dengan sangat tulus. Tapi itu tidak berlangsung lama. Karna seokjin lihat banyak permainan yang sedang di mainkan oleh injae.

Baiklah. Seperti nya seokjin harus mengikuti alur cerita injae. Anggap saja kalau seokjin adalah pemeran terpenting yang sedang di kejar kejar oleh sutradara.

My husband is the workaholic ▪seokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang