#15

6.1K 1.2K 86
                                    


"BANG YUGI!"

"BANG YUGI IH BANG YUGI ITU TELPONNYA NYALA DIANGKAT KENAPA? BERISIK!"

Aneh.

Dahyun melirik ke arah tangga. Abangnya yang bongsor itu masih tidak terlihat tanda-tanda keberadaannya.

Padahal udah jam 9 pagi. Biasanya juga Yugyeom jam 7 udah bangun. Ngasih makan burung kakaktua peliharaannya.

Terus juga, ini kenapa hpnya diruang tengah, sih?

Dahyun melirik ponsel Yugyeom lagi.

📞missed call (5)
Yerinku sat 17-8-13 09.15

"Han, liat Bang Yugi nggak sih?" Tanyanya pada Donghan yang kebetulan lewat. Cowok yang baru saja menghitamkan rambutnya itu menggeleng.

"Iya, ya? Gue juga belum liat dia dari tadi."

Donghan yang tadinya berniat beli gado-gado di warung Daehwi, lantas berbalik kembali ke kamar Yugyeom. Diikuti Dahyun yang melangkah dibelakangnya.

"Ya masa dia belom bangun sih, jam segini. Bukannya katanya harus ke kampus jam 7?"

Dahyun mengangguk mengiyakan. Semalam Yugyeom sempet curhat sama mereka. Lagi perbaikan nilai katanya, harus berangkat pagi.

"Bang Yug—"

"HAH!"

"Astaghfirullah." Dahyun berjengit. Untung nggak nyusruk ditangga. Sementara Donghan udah komat-kamit aja nyumpahin Donghyun yang teriakannya 11-12 sama toa mesjid.

"Donghyun apaan sih lo?"

"Di rumah sakit mana?"

"Lah, siapa yang sakit, Hyun?" Tanya Dahyun panik. Firasatnya tiba-tiba nggak enak. "Donghyun. Woi, jawab."

"Iya, iya, makasih ya pak. Iya, saya kesana."

Donghyun menutup teleponnya. Tepat saat Donghan menghampirinya.

"Bang Yugi keserempet motor."

"YANG BENER, LO?!"

****

"Ya Allah Day, jangan nangis gitu apa. Gue kan jadi takut," komentar Donghan disepanjang jalan. Yerin baru saja menghubungi mereka, dan menceritakan kronologi kejadian.

"Lagian bang yugi tuh, udah biasa bawa mobil, ngapa bawa matic-nya Dahyun sih? Heran."

"Lo mah sempet-sempetnya, Han. Berdoa kek semoga Bang Yugi nggak mati," sengit Dahyun.

"Kok lo ngomongnya gitu sih, Day!"

Sementara Donghyun berusaha menyetir dengan tenang. Kalau dia kalut, bisa-bisa mereka semua ikutan baring di rumah sakit.

"Telpon ayah, ya?"

"Nanti aja, Day," tahan Donghyun. "Kita liat dulu kondisinya. Kalo parah banget baru telpon. Kasian, tar kepikiran."

"Udah Day, jangan nangis. Abang kita kan kuat." Donghan yang merasa paling tua lantas menepuk bahu Dahyun berkali-kali, menyodorkan air minum dan tisu pada Dahyun. Berusaha membuat adik perempuannya itu tenang terlebih dahulu.

Barulah setelah tangis Dahyun reda, dia menepuk bahu Donghyun.

"Nggak papa, Hyun. Bang Yugi kan superhero, dia kuat."

Padahal Donghan sendiri udah kotar-katir nggak karuan. Pengen nangis.

Tapi kakak kan harus melindungi adiknya dulu.

****


"Bang Yugiiiiii huweeeee!" Dahyun langaung menghambur memeluk cowok bongsor yang tengah memainkan ponselnya di ranjang putih.

Donghan rasanya pengen sujud syukur aja pas ngelihat abangnya ternyata baik-baik saja. Cuma baret doang di jidat dan luka di kaki kiri.

Sementara Donghyun yang dari tadi nahan tangis ikutan Dahyun meluk Yugyeom.

"Gue kira kan lo bakalan mati bang, huhu, gue nggak mau lo mati tar nggak ada yang marah-marah dirumah kan sepi." Dahyun berbicara seraya mengelap air matanya pake punggung tangan. Yugyeomnya cuma terkekeh pelan.

Yerin yang dari tadi cuma mandangin, akhirnya senyum.

"Udah sih Day, nggak usah nangis. Gue nggak apa apa ini." Yugyeom mengelus-elus rambut Dahyun, kemudian menepuk pundak Donghyun. "Lo juga, kenapa nangis sih Hyun? Gue laporin Doyeon nih."

"Ya bodo amat sih, gue nangis seneng ini."

Terus Yugyeom ngelirik Donghan. "Lo nggak ikutan nangis, Han?"

"Ya nggaklah. Harus banget, gitu?"

Padahal mah.

"Yaudah sih," sungut Yugyeom. "Sori ya, bikin kalian khawatir."

"Ya lagian lo itu bang, udah tau gede, ngapain bawa matic-nya Dahyun? Kan jatohnya kayak beruang bawa matic. Oleng kan? Terus gimana? Ada luka dalam nggak? Baret doang, kan?"

Ya Allah, Han. Orang abis jatoh malah diomelin.

Tapi tumbenan Yugyeom nggak balas marah. Cuma senyum doang.

Soalnya dia tahu, adiknya itu marah-marah bukan karena emang dia beneran marah. Donghan itu mirip dia. Yang rasa khawatirnya disalurkan lewat kemarahan.


"Duh, kayaknya ada yang naroh bawang disini deh?"

"DONGHAN! TANGGUNG JAWAB LO, GARA-GARA LO MARAHIN, ABANG JADI NANGIS KAN! SINI GUE BOGEM DULU!"

****

Revisi version.

Revisi version

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siblings; Kim Donghan | Kim Donghyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang