[2] Hanya Terucap Di Hati

113 6 0
                                    

Banyak typo gaesss ✌

🌼🌼🌼

Aku tidak pernah punya kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat, seseorang yang sampai sekarang menjadi inspirasi di hidupku.

Sebuah nama yang tidak pernah bisa aku ucapkan, entah kenapa aku pun tidak tau, hanya hati ini yang mampu teriakan namanya, dia mungkin terlalu sempurna untuk ku, dia baik, pintar, tampan, sholeh, siapa yang tidak menyukainya, aku mungkin hanya sebagian kecil orang yang beruntung bisa mengenalnya walaupun tidak teralu dekat.

Dia tersenyum padaku namun aku terlalu kaku untuk membalasnya, aku terlalu dingin untuk kehangatannya, aku terlalu keras untuk kelembutannya, aku seseorang yang mengaguminya dalam diam, aku lebih suka ini, aku lebih suka melihatnya dari kejauhan, memperhatikan tingkah lakunya dari balik tumpukan buku saat dia di perpustakaan.

Sampai suatu hari aku melihat dia tersenyum dengan seseorang yang aku kenal, sahabat ku Jehan, “Semoga kalian bahagia” hanya seutas kata itu yang mampu aku ucapkan, aku tidak punya hak apapun untuk melarang mereka, untuk melampiaskan kekecewaanku pada mereka, mereka pun tidak tau aku mengaguminya.

“Naf??” suara dari kejauhan yang memanggilku saat aku akan pergi.

“Iya, kenapa, aku buru-buru, cepet” balasku dingin seperti biasa.

“hemm kamu pulang sendiri aja ya, aku mau jalan dulu sama Azzam” sudah ku duga itu yang akan dia katakana padaku aku hanya membalas dengan senyuman dan berlalu meninggalkannya.

Kecewa memang, tapi apa dayaku, aku sangat berbanding terbalik dengan sahabatku, Jehan adalah gadis yang cantik, baik, ramah, pintar, dan menyenangkan, sedangkan aku?? Cuek, dingin, dan tidak suka berhias seperti Jehan.

🌸🌸🌸

Pagi ini aku berangkat seperti biasa. Dengan langkah santai aku melewati lorong-lorong sekolah. Angin pagi ini senang sekali memainkan ujung jilbabku dan mengajaknya terbang-terbang kecil bersama. Hari ini aku dengar kabar yang tidak enak di telingaku, aku dengar Azzam dan Jehan putus kemarin, kenapa??, mungkin akan ku tanyakan nanti saat Jehan datang.

Benar saja Jehan  datang dengan butiran bening di mata dan pipinya. “Kenapa Je?” aku mencoba menenangkannya dan mengajaknya pelan-pelan menjelaskan masalah yang membuat sahabatku ini menangis.

“Aku putus sama Azzam kemarin, aku gak tau dia kenapa seperti itu, tapi dia bilang, sebenernya dia sudah menyukai wanita lain sejak 7 tahun yang lalu” penjelasan Jehan membuatku tambah bingung dengan masalah ini.

“Mungkin ini yang terbaik untuk kalian Je, kamu kuat dong…, kan ada aku” ucap ku pada Jehan dan mencolek dagunya untuk sekedar bercanda dan menguatkannya.

“Udah jangan nangis lagi ya, nanti bedaknya luntur loh hahaha” candaku akhirnya mampu membuat Jehan tersenyum dan mencubit pipiku.

🌸🌸🌸

Setelah mendengar curhatan Jehan, aku berniat meletakkan buku-buku cetak yang aku bawa ke laci meja, namun apa yang membuat buku-buku cetak ku tidak bisa masuk seperti biasanya, apa yang menghalanginya?.

Aku lihat kotak berbungkus kertas kado berwarna biru kesukaanku, “Punya siapa ini?” tanyaku pada Jehan yang duduk sebangku denganku, namun Jehan juga tidak  mengetahuinya, aku mencoba membukanya dan terlihat kotak kayu berisikan mukenah dan Al-Qur’an di dalamnya, “MasyaAllah” hanya kata itu yang mampu aku ucapkan dan seutas senyuman pun tak tertinggal dengan kekaguman ini.

AKU (Kisah Penantian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang