[3] Di ANTARA PAGI Dan SENJA

61 3 0
                                    

Selamat sore dunia, selamat beristirahat untuk raga yang letih, selamat bersantai untuk jiwa yang resah. Jingga dan senja telah menjadi satu sebagai karya Tuhan yang sangat indah.

Duduk bersantai di teras rumah ditemani secangkir susu coklat hangat, menyaksikan angin yang sedari tadi menggoda dedaunan untuk menari, langit yang bersedih, dan waktu yang menertawakan penantianku.

"cha ada undangan." Pengganggu!!.

"letakkan di kamar."

Bisakah ketenangku berlangsung beberapa saat lagi? Setidaknya sampai bulan bener-benar menggantikan matahari.

"kamu harus baca, dan kamu harus berhenti dengan kekonyolanmu selama ini. Bodoh!!!".

Aku tidak peduli, kudengar langkah itu menjauh.
Sepercik berita itu mungkin sudah aku siapkan jauh-jauh hari, tapi apa aku siap untuk hari itu?. Aku membuka undangan yang tadi sahabatku berikan.

"Selamat." Sejak bertahun-tahun yang lalu aku menunggu cintaku yang akan kalah,atau ego ku yang menang. Sampaikan kesedihanku pada dunia, hujan!. Sampaikan dengan tegas bahwa cintaku kalah!.

***

Satu hari lagi, dan semuanya akan berakhir, aku hanya ingin meminta satu malam dari ratusan purnama yang aku habiskan untuk menantinya. Aku mohon!!. Aku ingin melepaskan semuanya, bukan meninggalkannya dalam tanya.

"aku tidak peduli kamu menganggapku bodoh atau apapun, tapi kumohon, temui aku di caffe pelangi malam ini."

Aku mengirim pesan kepadanya, kepada pemilik hati yang beku hanya padaku.

"maaf ini dengan siapa?".

Bahkan dia tidak menyimpan kontakku.

***

Aku tidak bisa memprediksikan apakah dia akan datang atau mengabaikan malam ini sama seperti dia mengabaikan hatiku.

Sudah satu jam aku menunggu. Aku memang benar-benar bodoh!. Baiklah, aku akan pergi setelah aku menepati janjiku kepada temanku, pemilik caffe ini.

Setidaknya aku tidak melakukan hal yang sama dengan mengabaikan janjiku. Tunggu, dia tidaka berjanji datang, tapi egoku memaksanya.

Alunan musik mengisi seisi ruangan ini, nada-nada sendu merasuk ke relunh kalbu. Mengingat lirik-liriknya saja membuat suaraku tercekat. Apa aku bisa??

Aku bisa!!. Mungkin saja hujan telah lelah menegaskan, aku akan membantunya dengan melodi kekecewaan.

I will leave my heart at the door
I won't say a word
They've all been said before, you know
So why don't we just play pretend
Like we're not scared of what is coming next
Or scared of having nothing left

Aku masih menatap pintu itu, berharap dia datang di sisa penantianku. Aku menundukkan pandanganku, merasakan semua menatap kagum ke arah ku, setidaknya itu lebih baik dibandingkan tatapan sendu sahabatku.

Look, don't get me wrong
I know there is no tomorrow
All I ask is

"Triiingg" Lonceng yang menandakan seseorang masuk ke caffe ini berbunyi. Aku menatapnya, dia mengunci seluruh pandanganku. Apa dia sudah mengetahuinya?. Aku menatap sahabatku, dia menunduk.

AKU (Kisah Penantian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang