Mama, Papa, Tante Mona, sama Om Taga mau liburan ke Bali, ya. Tadinya kita mau ngajak kalian, tapi nggak tega karena sebentar lagi kalian Ujian Nasional. Jagain rumah. Jangan lupa makan. Baik-baik sama Romy. Lovey, Mums.
Juli memutar kedua bola matanya. Memang, Mamanya ini rempong sekali. Sama dengan Tante Mona, Mamanya Romy. Setelah kedua lelaki di keluarga mereka berdua mengumpulkan uang susah payah, mereka dengan mudahnya liburan ke sana dan ke mari. Beralasan tidak tega mengajak, pula. Bilang saja mau mesra-mesraan di sana.Juli menyimpan ponselnya di meja dan baru saja hendak menyalakan televisi ketika terdengar suara-suara dari dapur rumahnya.
Juli berdiri. Tidak ada siapa-siapa di rumah. Dia hanya bertiga dengan orang tuanya.
Rasa penasarannya kemudian lenyap ketika dia melihat Romy di sana. Sedang sibuk dengan oven dan sesuatu di dalamnya.
Juli sudah bilang kalau Romy sempurna, kan? Iya, Romy bisa masak. Juli tidak. Dunia memang kadang tidak adil.
“Udah dikabarin, kan?” tanya Romy langsung begitu menyadari keberadaan Juli.
Juli mengangguk dan berjalan mendekat, duduk di meja dapur dan memperhatikan Romy memasak. Bayangkan akan seberuntung apa Juli jika punya suami seperti Romy!
“Bikin apa?”
“Lasagna.”
“Nggak pake jamur, kan?” tanya Juli hati-hati.
“Lo pikir gue mau bunuh lo?”
Juli alergi semua jenis jamur. Juli memang punya banyak kelainan aneh dalam hidupnya. Dan, sepertinya Romy tahu semuanya.
“Ya siapa tau lo lupa gue alergi.”
“Enggak lah.” Katanya mengusap kepala Juli sambil lalu.
Juli mengerjap. Dia tidak pernah bisa tenang jika Romy melakukan gerakan-gerakan mendadak seperti itu! Dan Juli benci dirinya sendiri karena hal itu.
“Gimana belajarnya?” Romy bertanya, sambil membereskan meja dapur yang cukup berantakan.
Mereka memang baru berpisah tahun lalu. Setelah masing-masing dari mereka mengambil jurusan yang mereka senangi. Sebelumnya, mereka selalu satu kelas dan Romy tahu betul kalau Juli sering kesusahan dalam pelajaran. Biasanya, Romy yang akan membantunya.
“Fine.”
“Nggak bikin masalah apa-apa, kan?”
“Gue udah gede, Mi.” Jawab Juli kesal. Dia tidak suka kalau Romy terlalu memperhatikannya begini. Membuat dia semakin terjatuh.
“Apanya?”
“Romy!”
Romy tertawa pelan. “Iya, bagus kalau gitu. Jangan ya.”
“Hmm.”
“Ayo, makan dulu.” Kata Romy setelah lasagna buatannya matang. Juli mengangguk dan mengikutinya berjalan ke ruang makan.
Dulu, Juli paling senang saat Romy memasak untuknya begini dan mereka makan bersama sambil mengobrol mengenai apapun. Mereka memang sering ditinggal bekerja sejak kecil dan Romy sudah bisa memasak sejak kecil. Walaupun dulu yang dia buat hanya omelet atau nasi goreng atau mie instan, Juli tetap merasa makanan yang dimasak Romy adalah yang terenak di dunia.
Dan, hal itu berlaku sampai saat ini.
Itu yang Juli pikirkan ketika suapan pertama lasagna buatan Romy masuk ke mulutnya.
Hanya saja, kini ada kecanggungan yang tak bisa Juli hindari di antara mereka. Atau malah Juli sendiri yang membangun rasa canggung itu?
“Tau kok masakan gue enak. Tapi makannya pelan-pelan aja kenapa?” kata Romy sambil mengusap mulut Juli yang sepertinya belepotan.
Jantung Juli apa kabar?
Juli tidak pernah suka berduaan dengan Romy! Kasihan jantungnya.
Karena itu, bagi Juli, berduaan dengan orang yang dia suka itu bukan anugrah, tapi musibah.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Romeo dan Juliet
Short StoryIni cuma sedikit peristiwa cukup penting dalam hidup Romeo Adnan dan Julia Anadhira. Bukan kisah cinta tragis tapi romantis milik Romeo dan Juliet.