Julia Anadhira memandang sahabatnya yang sedang duduk di kasur miliknya melalui pantulan di cermin, sementara dirinya sendiri tengah mengeringkan rambutnya yang basah.
“Jadi tadi semua undangan udah datang, kecuali elo. Terus acaranya harus mulai, tapi Romy bilang dia mau nungguin lo dulu. Terus ada yang nyeletuk, lanjutin aja, pacar dia kan udah ada di situ. Terus Romy bilang, dia mau make a wish bareng elo karena setiap lo ulang tahun juga gitu dan dia mau ngasih potongan pertamanya buat lo. Anak-anak mulai berisik. Dan, Miranda, dia nangis. Romy bingung. Lo tau kan Romy gimana, nggak peka.” Dinda bercerita.
Sementara pesta ulang tahun Romy diselesaikan sebelum waktunya, Dinda ikut ke rumah Juli dan menceritakan semua yang terjadi ketika Juli belum sampai.
Juli terdiam. Dia jadi merasa bersalah. Lagi pula, Romy itu kenapa sih?
“Romy sama Miranda ke belakang, mereka debat gitu kayaknya. Gue nggak tau sih yang pasti Miranda balik ke ruangan masih dalam keadaan nangis, malah lebih parah, dan dia pulang. Romy minta maaf karena kekacauan pestanya dan semua orang mulai pulang.”
Juli semakin merasa bersalah saja.
“Lo mending temuin Romy deh.”
Itu yang akan Juli lakukan. Perempuan itu berdiri. “Lo kalau mau nginep, bisa ganti baju gue atau apapun. Oke?”
“Gue mau pulang kok.” Ternyata Dinda ikut berdiri. “Semoga semuanya baik-baik aja ya.” Lanjutnya sambil mengusap lengan Juli.
Juli mengangguk, dan dalam hati, dia benar-benar mengamini apa yang baru saja disemogakan Dinda.
Tepat seperti dugaan Juli, Romy di kolam renang. Berenang. Ketika sedang ada masalah atau ada sesuatu hal yang membuat Romy kalut, lelaki itu selalu berenang. Katanya, air mengangkat semuanya. Dan tentu, kolam renang di belakang rumah Romy adalah tujuan Juli.
“Naik, Mi. Nanti lo masuk angin.” Juli jongkok di pinggir kolam, dengan sebuah handuk hangat di tangannya.
Romy yang sepertinya mendengar suara Juli, menghentikan gerakan gaya bebasnya dan menghela nafas sebelum berbelok ke arah Juli. Itu salah satu yang sangat Juli suka dari Romy, lelaki itu tidak pernah membantah ucapannya.
Romy naik dan duduk di tepian kolam, sambil mengusap wajahnya beberapa kali dengan telapak tangan. Juli menyampirkan handuk yang ia bawa di badan Romy.
“You will be fine, Mi.” Juli membuka sandal jepitnya dan memasukkan kakinya ke kolam renang, seperti yang dilakukan Romy.
Romy menoleh, menatap Juli dengan tatapan yang Juli rasa, sangat intens. “I’m fine already.” Katanya sebelum kembali memandang air kolam yang tenang. “You are here.”
Juli mengerjap. Apakah telinganya salah dengar atau Romy baru saja mengatakan kalau dirinya sudah baik-baik saja karena Juli ada di sana?
Bukankah itu kalimat yang bisa membuat salah paham?
Juli meringis dalam hati.
“Lo tau nggak? Gue berenang bukan karena lagi galauin Miranda. Gue galau karena omongan Miranda.”
“Dan, apa yang dia bilang sampe bisa bikin lo galau?” Juli bertanya, tenang. Padahal debaran jantungnya sudah naik beberapa tempo.
“Dia bilang, gue harus nerima kalau sebenernya, rasa sayang gue ke elo mungkin lebih dari rasa sayang seorang sahabat.”
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Romeo dan Juliet
Short StoryIni cuma sedikit peristiwa cukup penting dalam hidup Romeo Adnan dan Julia Anadhira. Bukan kisah cinta tragis tapi romantis milik Romeo dan Juliet.