viii. Bukan kencan kok

1.2K 208 4
                                    

“Lagi ngapain?”

Juli otomatis menahan nafas ketika suara Romy memasuki gendang telinganya, mungkin baik-baik saja kalau suara Romy terdengar dalam radus dua ratus sampai lima ratus meter. Masalahnya, Juli Romy sekarang berdiri tepat di belakangnya dan bicara tak jauh dari telinganya!

Juli berdeham. Demi apa pun di dunia ini, dia harus tenang!

“Lagi –“

“Oh.” Sebelum Juli menyelesaikan kalimatnya, Romy sudah menyela. Lelaki itu berdiri di samping Juli dan memerhatikan Juli yang sedang menempelkan beberapa kertas kecil warna-warni di rak buku di kamarnya.

Romy mengerti karena Romy tahu betul kalau sejak kecil Juli senang menghias sesuatu, mewarnai sesuatu, apa pun itu. Daan saat ini sepertinya dia sedang mengerjai rak buku dengan tangan jahilnya. Meskipun Romy menyebutnya begitu, hasil tangan Juli tidak pernah gagal. Selalu indah dilihat dan sangat estetik.

Romy menjauh dan memilih duduk di kursi santai berbentuk burger di dalam kamar Juli. Satu hal, Romy kembali seperti semula. Juli benar-benar tidak pernah paham bagaimana cara berpikir lelaki itu. Tapi tidak ada rasa canggung diantara mereka bahkan setelah obrolan mengenai perasaan yang begitu sensitif. Romy tetap menanyakan apa Juli sudah sarapan atau belum, Romy tetap mengingatkan Juli untuk meminum obatnya setiap hari, Romy tetap meminta Juli menemaninya makan bubur kacang ijo setiap malam—kebiasaan Romy sejak kecil yang tidak hilang sampai sekarang—intinya Romy tidak berubah.

Juli jadi kepikiran sendiri.

Apakah Romy sudah memikirkan semuanya dan menyadari kalau dirinya memang hanya melihat Juli sebagai seorang sahabat?

“Temenin gue nonton dong, Uliii.”

Juli mendengus, dia tidak pernah suka dipanggil Uli. Waktu kecil, Romy sempat tidak bisa mengatakan Juli sehingga hanya memanggilnya Uli. Waktu kecil sih imut, sekarang kan jadi geli sendiri.

“Nonton apa?” Juli duduk di kursi belajar, melipat kertas origami di meja menjadi bentuk burung bangau.

“Apa aja.”

“Dih, kok apa aja?” kali ini Juli menyusun origami burung bangaunya di dalam benang yang sebelumnya sudah ia siapkan. “Nanti kalau nggak ada film bagus gimana?”

“Film itu cuma ada dua, Li. Bagus dan bagus banget. Jadi nggak ada film nggak bagus.”

Juli terkekeh. “Iya deh iya, Mr. Movie-Lover.”

“Temenin ya, nanti malem.”

Anggukan beberapa kali yang Juli berikan menjadi jawaban. Romy memang suka sekali menonton film. Apa pun, Romy menikmati semua jenis film yang tayang di bioskop. Dan bukan hanya alur ceritanya, biasanya Romy juga akan mengomentari bagaimana pengambilan gambar film itu, bagaimana special-effect film itu, bagaimana aktor-aktornya bermain, semuanya. Dan di saat seperti itu lah Juli akan menjadi pendengar paling setia. Walaupun Juli biasanya tidur di tengah pertunjukkan ketika Romy mengajaknya menonton film action, Juli tidak pernah menolak ajakan Romy.

Jadi, mereka akan nonton film apa ya malam ini?

Dan, Juli harus pakai baju apa ya?

Hihi.




[]

Bukan Romeo dan JulietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang