“Heh!” tepukan di puncak kepala Juli membuat perempuan itu tersentak dan langsung memandang sekeliling dengan panik. “Tenang, Pak David udah keluar.” Dinda yang menangkap kekagetan Juli menyebutkan guru mata pelajaran sejarah . “Abis lo ngelamun terus sepanjang pelajaran. Kenapa sih? Ada masalah?”
Juli menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Perempuan itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.
“Din.” Katanya menatap Dinda dengan sorot mata yang begitu sulit Dinda artikan.
“Kenapa?”
“Menurut lo, gue sama Romy itu gimana?”
Dinda mengerutkan kening, terdiam sebentar untuk berpikir lantas menjawab. “Kalian deket, banget.”
“More specific, please?”
Dinda menghembuskan nafas agak keras lalu memiringkan tubuhnya sehingga menghadap Juli sepenuhnya. “Kalau cuma ada satu pasangan yang bisa gue ship di dunia ini, itu bakal jadi kalian berdua.”
“...”
“Gue nggak pernah bilang ini secara blak-blakan sama lo, tapi kalian adalah dua sejoli favorit gue. Huek, gue lebay banget. Tapi gue serius. Sepengelihatan gue sebagai orang ketiga serba sok tahu, kalian sebenernya punya perasaan lebih dari seorang sahabat. Like, hey, there’s no bestfriend-thing between a mature boy and girl like you guys. Akan selalu ada rasa yang lain, dan gue yakin kalian berdua ngerasain itu. Cuma, terlalu banyak tapi. Gue nggak tau apa alasan kalian, kayak apa ketakutan kalian, gimana siatuasi dan keadaan kalian yang bikin kalian nggak bisa show up sebagai pasangan. Entah itu kalian takut persahabatan kalian hancur ketika apa yang terjadi nggak sesuai harapan, entah itu kalian takut ambil risiko bakal ada perubahan setelah status kalian juga berubah, entah itu karena perempuan atau laki-laki lain di hidup kalian yang sebenarnya—bagi gue—cuma sebatas cameo karena kalian berdua pemeran utamanya. Entah, bisa jadi apa pun. Yang pasti, di mata gue, you guys belong to each other.” Dinda menjelaskan, dengan spesifik, seperti yang diminta Juli.
Julia mendengarkan dengan seksama.
Jika mengenai perasaannya, Dinda benar. Juli jelas menyukai Romy. Lebih dari yang seharusnya. Juli juga merasakan ketakutan akan hal-hal yang Dinda utarakan tadi. Tapi, apa benar Romy juga?
“Menurut lo, Romy juga?” tanya Juli hati-hati.
Di luar dugaannya, Dinda mengangguk cepat, pasti.
“Tapi, Miranda? Dia nggak mungkin nggak sengaja pacaran kan sama Miranda?”
Dinda terkekeh. “Lo kan orang yang paling deket sama Romy. Sekarang, dengan memosisikan Romy punya perasaan ke elo, apa yang bisa bikin Romy mau pacaran sama Miranda? Coba lo pikirin, seharusnya lo tau kenapa.”
Juli terdiam, berpikir seperti yang diminta Dinda. Begitukah seharusnya?
Kenapa ya? Juli tahu Romy orangnya memang tidak enakkan, tapi –
“Lo tau Miranda?”
“Ketua paduan suara itu?”
“Iya.”
“Tau, kenapa?”
“Menurut lo dia gimana?”
“Cantik. Prestasinya juga bagus.”
“Kalau gue sama dia gimana?”
“...”
“Juli?”
“Coba aja.”
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Romeo dan Juliet
Short StoryIni cuma sedikit peristiwa cukup penting dalam hidup Romeo Adnan dan Julia Anadhira. Bukan kisah cinta tragis tapi romantis milik Romeo dan Juliet.