Her Medication (6) - Jadi

612 94 173
                                    


Tidak seperti kemarin, kali ini Taehyung gagal menggenggam tangan Sujeong ketika jarak mereka sudah dekat. Salahkan tubuhnya yang belum pulih dan...ya, amarah Sujeong membuat tangkisan perempuan itu begitu kuat hingga gagal Taehyung tahan.

"Lepas! Gue mau pulang!"

"Oh ya? Trus kenapa lo ke sini dulu abis dari Lumiere? Kenapa lo ga langsung balik?" tanya Taehyung. Langsung saja ia membatin, "Jangan terprovokasi, Kim Taehyung."

Mata Sujeong menyipit, jelas sekali Taehyung kenal dengan tatapan marah itu. Ia sudah kerap kali mendapatkannya akhir-akhir ini. Sampai rasanya ia sudah mulai terbiasa dan malah menganggap amarah Sujeong dapat membuatnya bergairah pada konteks yang salah.

Sujeong toh akhirnya tidak membalas, memutuskan untuk kembali berjalan cepat. Taehyung harus jujur bahwa Sujeong jahatnya kelewatan. Perempuan itu melewati lift dan memilih tangga darurat. Eh, Taehyung masih lemes, tahu!

"Sujeongah!"

Satu-satunya keberuntungan Taehyung hari ini adalah kenyataan bahwa ruang inapnya ternyata berada di lantai tiga. Hingga sesampainya di tangga lantai satu, Taehyung dapat optimis jantungnya masih bisa berfungsi dengan baik. "Sujeongah, please, berenti," pinta Taehyung memelas. 

Perempuan itu tidak berbalik sampai keduanya tiba di taman rumah sakit. Entah Sujeong tidak tahu bahwa pintu yang ia lewati bukanlah pintu keluar atau Sujeong memang sebenarnya ingin berbicara empat mata dengannya. Apapun jawabannya, Taehyung mengepalkan tangan, meyakinkan diri bahwa ia harus memperbaiki keadaan keduanya saat ini juga.

"Sujeong, kenapa lo harus lari sih?" tanya Taehyung di antara tarikan napasnya.

"...yang tadi beneran?"

"Hah?" Taehyung masih mengatur napas. "Kita selalu berantem karena trauma lo?"

"Kak! Gue serius!" pekik Sujeong.

Taehyung menarik napas dalam-dalam, menahannya sebentar, lalu perlahan mengeluarkannya menjadi sebuah asap hangat di antara dinginnya udara malam. "Dokter yang lo liat tadi ayah gue. Gue udah banyak banget ngerepotin, jadi sebisa mungkin gue ga pernah boong sama ayah gue." Taehyung berhenti, memperhatikan reaksi Sujeong. Perempuan itu tetap menatapnya, menunggu jawaban untuk pertanyaannya.

"Semuanya beneran, Ryu Sujeong," ucap Taehyung. Ia berjalan mendekati perempuan itu, "Gue ga inget udah berapa kali operasi. Dan berapa kali lagi bakal operasi, dan 'bisa' operasi."

"Lo nyuruh gue sembuh tapi keadaan lo lebih parah dari pada gue?" ucap Sujeong sinis, ia menggelengkan kepala.

"Well, gue emang ga bisa sembuh," balas Taehyung jujur.

"Kak!" teriak Sujeong. Perempuan itu mengepalkan kedua tangannya, menolak membalas tatapan sayu Taehyung. Seakan berharap sikap meweknya itu bisa membuatnya mendapatkan jawaban yang lebih menyenangkan.

Melihatnya, Taehyung tidak tahu harus merespon apa, tapi ia memang tidak akan pernah sembuh. Itu kenyataan yang sudah ia terima sejak lama. Hidup dengan katup buatan untuk menyokong peredaran darahnya. Bagaikan sebuah lelucon memang, namun material sintetis yang membantu kerja jantungnya itu jugalah yang bisa membuat organ itu terluka. Katupnya bisa mengakibatkan infeksi. Harus diganti dan dirawat secara berkala. 

Jika definisi sembuh adalah tidak lagi harus ke rumah sakit dan tidak lagi mengonsumsi apapun yang diresepkan dokter, maka Taehyung tidak akan pernah menjadi salah satunya.

"Sujeongah," Taehyung memperkecil jarak keduanya lagi, entah kenapa yakin Sujeong tidak akan menjauh. Ah, apa ini salah satu bentuk kasihan perempuan itu kepadanya? Apa perasaan aneh ini yang dirasakan Sujeong ketika mendengar pernyataan sukanya kepada perempuan itu?

IG Stories (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang