Maknae in love (10) - IMSER

1.1K 159 166
                                    

"Udah, ga usah dipikirin." Jeongkook masih memainkan ujung rambut Yein yang menutupi seluruh wajah perempuan itu.

Setelah kuliah pertamanya selesai, Yein langsung menemui Jeongkook di studio SMA Radio. Ia masih setia menyatakan betapa tidak enak dirinya terhadap Sujeong. "Ya kalo bisa juga ga aku pikirin," dumal Yein masih menumpu dahi pada lipatan tangannya di atas meja. "Aku salah nanya, ya? Duh, kalo Kak Sujeong jadi benci sama aku gimana?"

"Engga, kok. Dia kan emang judes gitu." Kali ini Jeongkook membawa beberapa genggam rambut Yein untuk menjadi kumis di atas bibirnya. "Kalo Sujeong udah mau ngasih tahu, berarti dia percaya sama kamu, ya berarti ga benci." Jeongkook tertawa berat, "Hoho, Sinterkookie is coming to town, hoho."

"Kak!" ucap Yein kesal, lalu menepuk-nepuk pelan tangan Jeongkook agar laki-laki itu berhenti main-main. Kalau Jeongkook bertindak aneh di saat Yein sedang tidak panik seperti sekarang, Yein pasti dengan senang hati meladeni laki-laki itu. Tapi, ini kan Yein sedang curhat serius gitu!

"Yein!" Jeongkook membenarkan posisinya, kali ini membuat mereka berdua berhadapan. "Percaya sama aku, Sujeong malah butuh digituin sekali-sekali. Dia ga pernah mau ngomongin itu sama siapapun. Bahkan aku juga jarang banget bisa bahas. Nyuruh dia berobat aja susah."

Yein menghela napas. Kali ini khawatir juga pada Sujeong. Ia akan mencoba berbicara berdua saja dengan perempuan itu. Walaupun tidak bisa membuat Sujeong menceritakan apa yang membebani perempuan itu, mungkin Yein bisa setidaknya menemani Sujeong melepas penat.

Lalu Yein kembali pada Jeongkook yang sudah berniat memainkan rambutnya lagi. "Ah, masa sih ga tau apa-apa? Kamu kayanya paham banget kenapa Kak Sujeong bisa kaya gitu. Pas nenangin Kak Sujeong juga kayanya gitu banget."

"Apanya yang gitu?"

"Ya gituuuu," ucap Yein mengerucutkan bibirnya.

"Jangan begitu-begitu, bikin mau nyium," kata Jeongkook yang langsung disusul dengan teriakan karena Yein menepuk kencang paha Jeongkook.

Well, Jeongkook langsung menggunakan kesempatan itu untuk menangkap tangan Yein.

"Udah ah, mending mikirin kita."

Yein menarik tangannya, tapi gagal karena Jeongkook malah menarik tubuhnya dan mendaratkan sebuah ciuman di dahinya. "Makasih udah mau nunggu."

Harusnya, Yein mengikuti instingnya untuk membawa obat penurun demam tadi pagi. Sekarang tubuhnya sudah panas tanpa ada jaminan akan berubah normal dalam waktu dekat.

Apalagi ketika Jeongkook mencium tangannya, tersenyum sambil masih terus menatapnya. "Aku menyukaimu, Jeong Yein. Mau jadi pacarku, kan?"

Lima detik adalah waktu yang Yein butuhkan untuk memutar dari awal hingga akhir bagaimana ia bisa berada di genggaman laki-laki itu. Kehidupan tenang yang awalnya ia inginkan berubah perlahan karena kebodohannya. Hal-hal baru  perlahan ia cicipi. Bertemu orang asing, membahas banyak topik lain yang di luar pengetahuannya, mengetahui banyak hal lain. Mendapati perasaan-perasaan yang unik.

Membuat Yein harus kembali mengingatkan dirinya sendiri agar tidak lupa bersyukur atas kehidupannya saat ini. Ia bahkan sudah menemukan laki-laki yang  setia memahami sikapnya yang masih kekanak-kanakan. 

Baru tiga bulan, sih. Belum banyak masalah yang mereka hadapi. Tapi Yein akan berusaha untuk membuat tiga bulan tersebut berlipat-lipat lebih lama bersama laki-laki itu.

"In?" 

"Oh?" Yein tersadar, lalu tertawa memamerkan bulat sabit di matanya. "Jaket Kakak kebalik, ya?" tanya Yein.

"Ha?" Spontan Jeongkook rusuh mengecek bajunya. Senyum Yein semakin lebar melihat Jeongkook mendumal. "Engga, ah. Lagian jaket item kalo kebalik kan-" 

IG Stories (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang