Chapter 5

1.8K 193 25
                                    

Lieve Indië

#IpenLaknatAgustus

Disclaimer: Axis Power Hetalia by Hidekaz Himaruya ; OC Indonesia by me ; Nama OC Belanda by me (Tapi wujud belandanya ngikut mas Hidekaz /yha)

Netherland (Belanda) x Indonesia

Romance + Sejarah (Proklamasi Indonesia)

Male x Male

Semua karakter tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan masing-masing negara ataupun karakter Hidekaz. Saya hanya meminjam. Tidak untuk dikomersilkan. Hanya dibuat untuk kesenangan dan untuk ikut ipen laknat.
.

Paha sawo matang disusuri dari luar hingga dalam. Mengecup bagian dalam, menyaksikan refleks kedut di kaki jenjang sebelah kanan. Daerah vital dimainkan dengan selembut tulang. Lenguhan panjang merdu terdengar di pendengaran bule pirang.

Tak bosannya ia menjamah pemuda berkulit eksotis di dalam dekapan. Kulit mereka begitu kontras, membuat pemuda tak lelah memandang indahnya perbedaan warna. Rambutnya sehitam arang, sementara miliknya pirang secerah matahari. Matanya cokelat gelap, dirinya hijau permata. Gurat wajah bulat, sementara dirinya kotak. Segalanya berbeda, namun justru perbedaan membuatnya terpana.

Dikecupnya lagi daerah vital pemuda kepunyaannya.

Desah redam membuat gemas untuk segera memasukkan teritorial miliknya ke dalam lingkup tubuh si pemuda sawo matang. Namun mati-matian ia urungkan. Entah kenapa pemuda yang biasa meledak-ledak, lebih diam dari yang biasanya.

Tentu Belanda tahu mengapa ia berlaku pasif.

Si gadis itu. Anak gadis Hindia yang membuatnya lemah.

Cukup sudah kekeraskepalaan yang diperlihatkannya setahun belakangan. Belanda mengagumi akan keteguhan—atau mungkin lebih tepat disebut masokhisme—pemuda sawo matang. Namun ia juga tak menyukai sikap tak bersahabat dari miliknya. Mau tidak mau, Belanda memikirkan berbagai cara untuk dapat membuatnya patuh, bertekuk lutut hanya padanya.

Digenggamnya daerah vital lebih kuat, hingga jeritan terdengar.

"Ada apa, Hindia? Kau lebih diam dari yang biasanya," geram Belanda menahan libido yang terus meninggi.

Sungguh gatal ia ingin menjamah lebih, namun ia harus bisa berpikir rasional. Ia adalah penguasa atas Hindia, maka konsentrasi tak boleh lengah. Jika lengah, maka dipastikan Hindia akan dapat memberontak. Ia akan berhidung tinggi, menunjukkan sikap pongah atas keberhasilan lepas dari penjajah.

Pujaannya tak menjawab.

Maka dicengkeramnya bongkahan kenyal di kedua jemari keras-keras. Pemuda sawo matang itu terkesiap, memandang benci ke arah dirinya.

Sumpah serapah pasti dirapal Hindia tanpa diminta. Belanda menyunggingkan senyum, saat melihat betapa frustasinya sang pujaan saat menahan emosi meluap.

"Aku... menginginkan seseorang."

Alis pirang terangkat. "Ho? Kau berani meminta?"

Gigi kuning itu bergemeretak lebih keras. "Aku mohon... agar aku diberikan satu anak gadis dari Hindia Belanda, Tuan Dirc van Freerk," desisnya sarat kematian.

Lieve IndiëTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang