Chapter 8

1.3K 173 1
                                    

Lieve Indië

#IpenLaknatAgustus

Disclaimer: Axis Power Hetalia by Hidekaz Himaruya ; OC Indonesia by me ; Nama OC Belanda by me (Tapi wujud belandanya ngikut mas Hidekaz /yha)

Netherland (Belanda) x Indonesia
Romance + Sejarah (Proklamasi Indonesia)
Male x Male

Semua karakter tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan masing-masing negara ataupun karakter Hidekaz. Saya hanya meminjam. Tidak untuk dikomersilkan. Hanya dibuat untuk kesenangan dan untuk ikut ipen laknat.

.

.

Pagi hari berjalan seperti biasa.

Kegiatan sarapan di ruang makan, berlangsung tanpa gangguan. Kiku menyantap sup miso dengan wajah datar dan keanggunan. Indonesia menyantap ikan bakar dengan perlahan.

Harusnya pagi itu tak ada masalah yang terjadi.

Seharusnya.

Keadaan berubah saat mendadak Kiku berdiri dari kursinya.

"Kiku?" panggil Satria pelan.

Mata hitamnya membelalak. Tubuhnya bergetar. Saat Satria menjulurkan tangan, ingin menyentuh lengan, mata hitam itu mendelik ke arahnya.

Secara tiba-tiba, Kiku memuntahkan darah. Cipratan mengotori meja panjang hingga ke atas makanan. Ia terbatuk tak terkendali. Dahinya ia jedotkan hingga berbunyi memekakkan telinga.

Satria panik dengan keadaan Kiku yang tak terkendali. Tentara Jepang datang tergopoh, mendekati mereka juga memanggil bantuan. Jemari Kiku merogoh dada. Jas putih yang dikenakannya ditarik hingga robak-rabik. Ia mencakar-cakar kemeja putih di dalamnya. Pupil matanya membelalak lebar. Giginya menggeremetak menahan sakit tak tertahan.

Muntahan juga gumpalan darah kembali dikeluarkan. Air mata dan ingus menyusuri wajah putih. Satria meraih lengan Kiku, hendak menghentikan kegiatan menyiksa diri.

"KIKU! HENTIKAN KIKU!" jerit Satria saat Kiku meraung-raung.

"...kit, sakit... tolong... tolong mereka. Sakit. Jangan..., hentikan. Panas. PANAS! PANAS!" Kiku menggelepar-gelepar di lantai keramik.

Kancing kemeja putih terlepas saat ia menarik kuat.

Bulatan gosong menganga di dada. Luka bakar juga kulit mengelopak terlihat menyakitkan. Rongga dada menyempit hingga tulang dada tercetak jelas. Tentara Jepang berjengit ngeri menatap kondisi personifikasinya.

Satria masih memanggil nama Kiku dengan teriakan lantang. Namun mata hitam itu menatap hampa. Konsentrasi Satria pecah saat tentara Jepang yang lain datang berlari ke arah mereka.

Tubuh Kiku direbut paksa. Dibawa dengan tandu, kemudian bergegas keluar meninggalkan Satria yang bergemetar hebat.

Sayup-sayup, Satria mendengar beberapa tentara di belakangnya yang berbisik ketakutan.

Mata cokelat Satria melebar saat ia mendengar berita yang dibawa.

Bom atom jatuh ke Hiroshima hingga luluh lantak.

.

.

BPUPKI dibubarkan keesokan harinya. Diganti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan dipilih tiga tokoh penting dalam kepanitiaan; Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, juga dr. Rajiman Widyadiningrat.

Satria terdiam di kamarnya. Ia hanya memandang kosong ke arah langit dari jendela.

Harusnya ia bisa lari dari rumah penyekapannya. Namun ia urungkan. Ada rasa yang mengganjal di dalam hatinya yang paling dalam.

Lieve IndiëTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang