Chapter 6

1.9K 189 42
                                    

Lieve Indië

#IpenLaknatAgustus

Disclaimer: Axis Power Hetalia by Hidekaz Himaruya ; OC Indonesia by me ; Nama OC Belanda by me (Tapi wujud belandanya ngikut mas Hidekaz /yha)

Netherland (Belanda) x Indonesia
Romance + Sejarah (Proklamasi Indonesia)
Male x Male

Semua karakter tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan masing-masing negara ataupun karakter Hidekaz. Saya hanya meminjam. Tidak untuk dikomersilkan. Hanya dibuat untuk kesenangan dan untuk ikut ipen laknat.

.

Gadis kecil itu dinamai Nesia. Alasannya simpel, perpotongan dari nama Indonesia.

Hindia tentu masih tak patah semangat untuk mempertahankan nama Indonesia untuknya kelak. Ia simpan harapan di nama gadis kecil dengan sejuta masa depan.

Memang Belanda memandang Nesia sebelah mata. Tapi Hindia buktikan jika anaknya yang berkekurangan sekali pun, akan dapat menghirup kebebasan lebih dulu darinya. Tak sepertinya yang hanya digaris takdir sebagai personifikasi bangsa, gadis kecil itu memiliki masa depan kasat mata.

Tak ada yang bisa memutuskan masa depannya, kecuali Nesia.

Maka diajarinya pelajaran dasar seperti membaca, menulis dan berhitung layaknya pendidikan untuk rakyat jelata di Hindia Belanda. Gadis itu menangkapnya sangat perlahan. Bahkan harus berulang-ulang. Belanda kadang mencemooh Nesia yang bahkan tak bisa menghafal huruf konsonan.

Namun Hindia tak pernah menyerah. Ia menulis di kertas kecil-kecil dengan berbagai warna. Menunjuk satu persatu huruf yang berbeda warna, membuat konsentrasi Nesia fokus ke satu pikiran.

Sedikit demi sedikit, Nesia semakin cepat untuk menghafal huruf. Hitungan tambah dan kurang menyusul tak lama kemudian. Secara perlahan juga ditambah dengan aljabar dasar.

Tentu Hindia sangat merasa bangga. Tak sekali dua kali ia sengaja memperlihatkan kepintaran Nesia di depan Belanda yang bersikap apatis.

Tapi suatu keanehan pula, saat ia terkadang melihat sikap lembut Belanda saat berbicara dengan Nesia suatu waktu di pagi hari. Keduanya bercengkerama layaknya ayah-anak. Nesia seakan tak takut dengan embel-embel personifikasi penjajah bangsanya, si kompeni dari Belanda.

Bahkan lebih terkejutlah Hindia, saat mendadak kelinci putih menyembul dari balik jas putih Belanda.

"Kau suka?"

Nesia mengangguk cepat. Saat ia meraih bulu halus putih kelinci, mata Nesia seakan berbinar. Belanda menaruh kelinci itu di pelukan Nesia. Menyuruhnya untuk mengelus pelan di bagian kepala, dan memberinya makan sayuran.

Kelinci itu dinamai Indo. Sebab penggalan sisa dari nama Indonesia adalah Indo. Belanda mendelik saat Nesia memanggil nama kelincinya dengan lantang. Hindia berpura-pura tidak tahu. Ia menyibukkan diri dengan berberes kamar, atau menyuruh Nesia untuk membersihkan badan.

Anehnya, Belanda tidak mengomentari nama kelinci ataupun nama Nesia.

Satu hal yang kembali membuat Hindia mengerut kening. Jika Belanda berbuat baik, maka ada suatu strategi yang akan dilancarkan. Pengalamanlah yang berbicara. Hindia bukan anak kemarin sore. Ia harus tahu strategi apa yang dilancarkan penjajah.

"Apa maksudmu berbuat seperti ini, Belanda?" tukas Hindia sambil menatap skeptis ke arah Belanda yang melepas jas putihnya di kamar.

"Tidak ada apa-apa. Nesia terlihat kesepian. Karena itu kuberikan peliharaan."

Lieve IndiëTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang