Chapter 2

2.1K 220 48
                                        



Lieve Indië

#IpenLaknatAgustus

Disclaimer: Axis Power Hetalia by Hidekaz Himaruya ; OC Indonesia by me ; Nama OC Belanda by me (Tapi wujud belandanya ngikut mas Hidekaz /yha)

Netherland (Belanda) x Indonesia
Romance + Sejarah (Proklamasi Indonesia)
Male x Male

Semua karakter tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan masing-masing negara ataupun karakter Hidekaz. Saya hanya meminjam. Tidak untuk dikomersilkan. Hanya dibuat untuk kesenangan dan untuk ikut ipen laknat.

.

"...nesia? Indonesia?!"

Indonesia membuka matanya. Ia mengerjapkan mata, menoleh ke sumber suara.

Pria paruh baya berpeci bertingkah cemas. Ia menengok ke belakang seakan menunggu seseorang. Indonesia mendesis saat bekas luka di kakinya berdenyut. Sontak, pria tambun itu menoleh ke arahnya.

"Kau tidak apa-apa, Indonesia?" tanyanya panik.

Indonesia menggeleng. "Tidak. Ada apa?"

Pria itu terdiam. Bibir tebalnya melengkung. Hidung besarnya kembang kempis. Matanya melotot ke kanan-kiri. Indonesia hampir mengiranya kesurupan jika pria itu tidak menghentikan kegiatan senam wajah.

"Tadi ...," jeda sebentar, "kau menyebut nama seseorang." Pria itu menatap wajah Indonesia dengan wajah mengerut geram.

Tubuh Indonesia kaku seketika.

"Siapa dia? Dik? Dirk? Atau siapalah itu. Dia bukan orang Belanda, 'kan?" tukas pria itu dengan nada meninggi.

Sejenak, Indonesia melihat emosi meluap dari pria tambun di depannya. Kalut marut membuat pundaknya naik turun, mengambil napas siap melontarkan amarah.

Indonesia sangat mengerti akan kemarahan pria di depannya. Ya, dia sangat mengerti.

"Bukan."

Pria itu mendelik tak percaya. Indonesia tersenyum tipis.

"Dia bukan orang Belanda, Sukarni. Dia adalah orang yang bersamaku saat penyekapan berlangsung," jawab Indonesia kalem.

Sukarni menghela napas. Lega atas kekalutannya.

"Ya, maafkan aku, Indonesia. Bukannya aku tak percaya, hanya saja ...."

"Aku mengerti. Jangan khawatir. Aku pun ingin bebas sepertimu. Jauh dari kompeni atau nippon sialan itu," ujar Indonesia sambil menggenggam telapak tangan Soekarni yang gembul.

Sukarni tersenyum. Terkekeh saat mendengar umpatan kecil Indonesia.

"Ah! Rapatnya sebentar lagi dimulai. Anda mau ikut atau beristirahat?" tawar Sukarni sambil melihat ruam di kaki Indonesia.

"Mm, sepertinya aku beristirahat saja. Titip maafku karena tidak bisa menyambut Sukarno dan Hatta. Juga pada Wikana dan Chaerul karena aku tak bisa mengikuti rapat."

"Tidak masalah. Justru kami yang harusnya minta maaf. Kami baru bisa memerdekakan Anda."

Indonesia menggelengkan kepala. "Tidak. Justru aku yang tidak bisa berbuat lebih untuk pengorbanan kalian. Aku sangat berterima kasih kepada kalian semua."

Pria paruh baya itu menahan napas. Rasa bangga menyeruak ke dalam rongga dada, membuat mata hitam itu berkaca-kaca. Ia menyeka mata sejenak, kemudian terkekeh pelan.

Lieve IndiëTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang