Masa lalu adalah waktu yang hanya bisa dikenang, dan diambil kesalahannya.
Masa kini adalah sebuah proses mengubah kesalahan menjadi kebenaran.
Masa depan adalah waktu yang tak pasti. Namun kesalahan di masa lalu juga proses di masa kini adalah kunci utama untuk menentukan masa depan.
Hasilnya hanya bisa diketahui kelak.
Karena itu manusia berbondong-bondong untuk memperbaiki diri.
Hanya manusia itu sendiri yang bisa memilih keputusan masa depannya kelak.
Hasil yang baik atau buruk.
.
.
Lieve Indië
#IpenLaknatAgustus
Disclaimer: Axis Power Hetalia by Hidekaz Himaruya ; OC Indonesia by me ; Nama OC Belanda by me (Tapi wujud belandanya ngikut mas Hidekaz /yha)
Netherland (Belanda) x Indonesia
Romance + Sejarah (Proklamasi Indonesia)
Male x MaleSemua karakter tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan masing-masing negara ataupun karakter Hidekaz. Saya hanya meminjam. Tidak untuk dikomersilkan. Hanya dibuat untuk kesenangan dan untuk ikut ipen laknat.
.
Hari itu pagi yang sangat cerah.
Satria bangun lebih pagi dari yang biasanya. Mbok yang selesai menjalankan salat subuh mengerjap tak percaya.
"Den, ini Den Bagus atau sosok orbs dari Den Bagus?" tanyanya terkejut. Alis Satria mengerut.
"Mbok nonton acara begituan lagi, ya? Memangnya masih ada? Orbs-orbs atau penampakan-penampakan yang begitu?" dengus Satria sambil berkacak pinggang.
Mbok terkekeh. Ia tersenyum sambil memandang Satria yang sibuk menyisir rambut hitam kelam. Penampilannya rapi, dengan jas hitam, kemeja putih dan celana bahan hitam. Tak lupa dasi merah disematkan, membuatnya semakin rupawan.
"Hari ini ya, Den?" Mbok duduk di kursi kayu dekat dapur. Satria mengangguk dengan cengiran lebar.
"Iya. Hari ini saya berulang tahun. Hehe. Semakin tua, ya, Mbok?" ujarnya sambil berjalan mendekat ke arah sosok ibu paruh baya.
"Tapi tetap ganteng kok, Den. Mbok terpukau lihat penampilan Den Bagus. Mantap jiwa." Mbok menjulurkan ibu jari ke arah Satria. Tawa Satria terdengar renyah.
Satria pun berjongkok di depan Mbok, menatapnya intens dari bawah. Jemari kusut Mbok digenggamnya erat. Sesekali digoyangkan dengan cengiran lebar masih tak terlepas di bibir merah Satria.
Mbok ikut tersenyum. "Ada apa, Den?"
"Terima kasih sudah mau menemani saya selama ini, Mbok," ucap Satria pelan. Mbok mengangkat alisnya.
"Lho, kan sudah kewajiban saya, Den. Kok Den Bagus aneh begitu bicaranya?"
Satria mencium telapak tangan Mbok penuh kasih. Terdengar jeritan melengking dari atasnya, Satria menahan seringai lebar.
"Den Bagus apa-apaan!! Ih! Kenapa cium tangan Mbok! Den! Lepas, Den! Astagfirullah!" gelagap Mbok sambil menarik tangannya dari genggaman Satria.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lieve Indië
RomanceSurat beramplop putih datang tiap tahun. Suka tak suka, mau tidak mau, diterimanya dengan cuma-cuma. Tak bernama, namun inisial tersemat. Satria tahu siapa pengirimnya. Si Posesif. Si Biadab. Si Kompeni. Pria yang sayangnya ia cintai. Netherla...