Lieve Indië
#IpenLaknatAgustus
Disclaimer: Axis Power Hetalia by Hidekaz Himaruya ; OC Indonesia by me ; Nama OC Belanda by me (Tapi wujud belandanya ngikut mas Hidekaz /yha)
Netherland (Belanda) x Indonesia
Romance + Sejarah (Proklamasi Indonesia)
Male x MaleSemua karakter tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan masing-masing negara ataupun karakter Hidekaz. Saya hanya meminjam. Tidak untuk dikomersilkan. Hanya dibuat untuk kesenangan dan untuk ikut ipen laknat.
.
Entah berapa lama ia tertidur.
Indonesia mengerjapkan mata, menatap langit-langit ruangan rumah keturunan Tionghoa, Jiaw Kie Song. Jendela menampakkan langit cerah. Namun melihat cahaya yang mulai meredup, maka dipastikan waktu lebih dari jam dua belas siang.
Indonesia mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang.
Suasana rumah terasa tenang. Seperti tidak ada perdebatan hingga adu kekuatan antar satu sama lain. Indonesia yakin, Sukarno dan Hatta dapat mengatasi emosi yang bergejolak dari golongan muda.
Indonesia pun berjalan menuju keluar ruangan Mencari keberadaan anak-anaknya yang entah berada di mana.
"Ah, Anda sudah bangun?"
Suara riang menginterupsi kegiatan Indonesia di depan pintu. Dilihatnya Sukarni yang membawa ember berisikan air hangat. "Untuk apa air itu?" tanya Indonesia penasaran.
Sukarni tersenyum lebar."Untuk mandi adik Guntur. Kasihan dia kepanasan habis berkelana dari Jakarta hingga kemari."
"Lalu? Di mana semuanya berada?"
"Ah, beberapa sedang bersiap untuk mengantar kembali bung Karno dan bung Hatta menuju Jakarta. Sebagian berjaga di luar rumah. Kalau bung Karno dan bung Hatta sedang beristirahat di ruang tengah."
Indonesia mengangguk pelan. "Baiklah. Aku akan ke sana. Terima kasih infomu, Sukarni."
.
Saat Indonesia menapaki ruang tengah, suasana hangat menyapa sanubari.
Di sanalah, dua tokoh penting Indonesia duduk mengelilingi meja bundar. Cengkerama mereka terhenti saat menyadari hadirnya Indonesia. Hatta melihatnya dengan pandangan teduh. Sukarno sama seperti dulu saat ia pertama kali melihat sosoknya di bangunan tua.
Begitu rupawan, juga berwibawa.
Mata Indonesia memanas. Ada rasa kelegaan yang amat sangat saat ia bisa berbicara langsung dengan keduanya. Dengan calon proklamator. Dengan calon pemimpin dan wakil negaranya yang akan memerdekakan dirinya dari penjajah.
"Ada apa, Indonesia?" tanya Sukarno pelan. "Bagaimana jika Anda duduk di sebelahku? Kita masih memiliki sedikit waktu sebelum Achmad menjemput."
Hatta berdiri dari kursinya. "Aku akan bersiap. Anda bisa duduk di sini, Indonesia." Kemudian Hatta mengangguk ke arah Sukarno, dan pergi meninggalkan mereka berdua di ruang tengah.
Dengan langkah perlahan, Indonesia duduk di kursi yang ditempati Hatta sebelumnya.
Ia menggelengkan kepala, mengusir rasa memanas juga air mata di pelupuk mata. Sejak kapan ia menjadi sentimen seperti ini?
"Akhirnya kita bertemu, Indonesia," ujar Sukarno sambil menjabat tangan Indonesia.
Indonesia mengangguk. "Ya, sejak saat pesta sosial itu, ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lieve Indië
RomanceSurat beramplop putih datang tiap tahun. Suka tak suka, mau tidak mau, diterimanya dengan cuma-cuma. Tak bernama, namun inisial tersemat. Satria tahu siapa pengirimnya. Si Posesif. Si Biadab. Si Kompeni. Pria yang sayangnya ia cintai. Netherla...