Bab 4

127 9 0
                                    

Sepertinya tak ada manusia yang tak pernah melakukan suatu kesalahan termasuk aku.

--Vira Alkania--

...

Vira datang lebih cepat hari ini. Saat baru melangkah-kan kaki nya di kelas. Ia melihat seseorang yang sangat ia kenal. Ia tak percaya dengan apa yang di lihat nya saat ini.

"Dia, dia disini". Dalam hitungan detik kenangan yang sudah ia kubur dalam-dalam kembali datang memenuhi isi pikiran nya.

"Eh yayang Vira" ucap Atan yang baru melihat Vira masuk ke kelas.

"Gue ke keluar dulu" ucap seorang cowok yang sendari tadi menatap Vira. Vira terdiam terpaku dengan apa yang sudah ia lihat saat ini.

...

Bel masuk sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Bu Dian guru matematika yang sedang menjelaskan materi di depan, seketika terhenti saat mendengar ketukan pintu dari seseorang.

"Kamu ngapain baru dateng, telat" tanya bu Dian dengan nada tinggi.

"Enggak bu, saya kan tadi di suruh ibu foto kopi ini" jawab nya sambil menunjukan lembaran kertas di tangan.

"Oh, iya yaudah kamu duduk" dan di jawab dengan anggukan.

"Anak-anak hari ini kita akan ulangan matematika" ucap bu Dian.

"HAHHH"

"Kok mendadak si bu" tanya Karin sebal.

"Iya nih dadakan kaya tahu bulat" sambung Atan.

"Apaan sih lo ga nyambung" jawab Dito pada Atan.

"Kok ibu baru ngasih tau, kita kan belum belajar. Tunda minggu depan bu" ucap Della kesal.

"Gak ada tunda-tundaan pokok nya hari ini kita ulangan" jawab bu Dian ketus.

...

Kringgg.....
Bel pelajaran menandakan waktu istirahat telah tiba. Vira, Karin, dan Della pergi menuju kantin. Baru sampai di koridor sekolah, langkah Vira terhenti membuat Della yang berada di belakang Vira menabrak nya.

"Aduh Vira, ngapain sih berhenti" rengek Della

"Gak tau nih Vira, asal berhenti kaya bemo depan gang. Kenapa lo?" tanya Karin.

"Sorry, gue baru sadar handphone gue ketinggalan di kelas" jawab Vira menepuk jidat nya.

"Terus gimana"

"kalian duluan aja ke kantin, nanti gue nyusul. Yaudah byee" jawab Vira yang langsung pergi menuju kelas.

"Oke, tempat biasa" ucap Della agak berteriak pada Vira.

...

Sesampainya Vira di kelas, ia melihat dia. Cowok itu duduk di meja paling ujung belakang dengan headset yang terpasang di telinga. Cowok itu membuang muka dari Vira, seakan gadis itu adalah sampah baginya. Vira mencoba menahan diri, akan tetapi ia makin merasa bersalah. Akhirnya setelah Vira mengambil handphone yang sempat ia tinggalkan di atas meja, Vira berjalan menuju meja cowok itu.

"Vin" panggil Vira dan tidak ada respon dari cowok itu.

"Vin" panggil Vira lagi agak berteriak. Mata cowok itu bertemu dengan mata Vira setelah sekian lama.

"Hah apa, lo ngomong sama gue"

"Ya iyalah, dikelas ini kan cuma ada lo"

Hening sesaat setelah itu.

"Hai, vin apa kabar?" ucap Vira membuka pembicaraan lagi. Yang hanya di jawab dengan tatapan sesaat dan cowok itu kembali fokus pada handphone di tangan nya.

"Devin"

Cowok itu langsung berdiri dan berjalan pergi dari kelas. Belum sampai luar langkah cowok itu terhenti saat suara dari belakang memanggil nya lagi.

"Vin gue mau ngomong sama lo" cowok itu berbalik menghadap arah suara.

"Gue gak butuh omongan lo" balasnya

Saat cowok itu kembali berjalan ke arah luar, Vira menahan pergelangan tangan nya.

"Vin gue mau ngomong sama lo"

Cowok itu berbalik menatap mata gadis itu. Cowok itu bisa melihat di mata gadis yang berada di hadapan nya sudah berkaca-kaca seakan akan ada puluhan air yang akan jatuh. Tapi ia masih tetap tidak bisa menyembunyi-kan kebencian nya terhadap Vira.

"Omongan lo gak penting bagi gue, dan gue peringati lagi jangan pernah ganggu gue dengan alasan-alasan busuk lo"

"sebenci itu kah lo sama gue, apa kesalahan gue gak bisa lo maafin. Dan apa yang lo maksud alasan busuk, bahkan lo gak ngasih gue waktu buat jelasin vin" batin Vira, kini setetes air mata sudah jatuh di pipinya.

Dia devin
Lelaki kedua yang dulu sangat dekat dengan Vira setelah ayahnya. Dia devin yang dulu tatapannya sangat lembut dengan selalu terukir senyum tulus di wajahnya. Dia devin yang selalu ada kapanpun Vira butuh bantuan. Dia devin yang sehangat senja. Itu dulu hingga ada suatu hal yang tak bisa dijelaskan dan membuat ke-retakan itu semakin hari semakin nyata.

Vira pikir setelah ia pergi hubungan ia dengan Devin akan baik-baik saja seperti tak terjadi sesuatu, terlalu munafik bukan. Tanpa ia pikir dari sudut pandang Devin yang tersakiti.

"Kita akan jadi sahabat selamanya okey" ucap Vira kecil

"Kalo salah satu diantara kita pergi gimana" tanya Devin kecil

"kita akan tetap sahabatan sampai kapanpun,janji" ucap Vira memberi jari kelingking yang dibalas Devin sebagai bentuk perjanjian.

Kini semua sudah berubah mereka seperti dua orang yang tak saling mengenal yang pernah berada di satu orbit dan terpisah lalu bertemu lagi dalam satu garis.



~.~

Yeay gimana bagian ini
Sekolah baru, jadi anak baru..

Haiiiii Semua gimana cerita bagian ini???

Aku mau tanya, menurut kalian Devin itu siapa nya Vira??

Yang bisa jawab bakal aku follow deh hhe... :v

Puisi Terakhir Untuk Vira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang