Bagi gue cukup ngeliat lo senyum udah buat gue bahagia.Walaupun alasan lo bahagia bukan gue.
--Vira Alkania--
...
Vira berjalan di koridor sekolah, niat awal gadis itu adalah ke perpustakaan untuk mengambil buku sejarah pesanan bu Eva. Tapi sepertinya niat nya harus ia urungkan, saat sebuah tangan mencekram bahu Vira.
"Heh lo ikut gue" suara dari seorang siswi perempuan yang tidak di kenal menarik Vira menuju gedung belakang sekolah.
"Apaan, ngapain lo narik gue sakit"
"Lepasin" sambung Vira sambil mencoba melepaskan tangan, tapi sepertinya percuma saja karena siswi perempuan itu memegang tangan Vira terlalu kuat.
"Gak usah banyak omong, cepet ikut gue"
"Lo siapa"
"Lo denger gue" ucap siswi perempuan itu sambil menghempas-kan tubuh Vira ke tembok belakang.
"Aduh sakit, lo apa-apaan sih" ringis Vira.
"Ck, Kemaren gue ngeliat lo pulang bereng Devin. Jadi gue minta sama lo jauhin Devin" siswi perempuan itu berdecak sebal.
"Memang lo siapa nyuruh-nyuruh gue"
"Oh, jadi lo gak kenal siapa gue"
"Gue Diana, pacar Devin" sambung siswi perempuan itu dengan angkuh.
"Pacar"
"Kenapa kaget"
"Gak mungkin Devin mau sama cewek model kaya lo"
"Maksud lo apa"
"Udah deh, gue gak ada waktu buat ngomong sama orang kaya lo" balas Vira dan menepis tangan Diana yang sendari tadi di tembok samping kepala nya.
"Oh iya, satu lagi. Lo gak usah ngaku-ngaku pacar Devin" sambung Vira sambil berjalan meninggalkan Diana yang masih mengoceh di belakang.
"Kurang ajar" decak Diana.
...
Rumah ber-nuansa hitam putih dengan barang antik yang berjejer terpajang hampir di seluruh sudut rumah seakan bungkam untuk kesekian kalinya. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari salah satu dari mereka.
Ardi dan Sonya sibuk dengan layar monitor untuk perkerjaan kantor, sedangkan Stella sibuk dengan slime hijau di tangan nya. Suasana seperti ini yang di benci Devin, sebab itu Devin tidak betah di rumah berlama-lama.
Devin yang sendari tadi menatap Playstation dengan stick ps di tangan nya, berhenti dengan kegiatan nya saat Sonya menyebut nama Vira.
"Kenapa Vira" tanya Devin menatap mereka.
"Tante Nia meninggal sejak dua minggu lalu" jelas Sonya mengalihkan pandangan dari laptop ke arah Devin. Ucapan Sonya membuat tubuh Devin membeku sesaat.
"Ma.., maksud mama" tanya Devin kaku.
"Tante Nia, mama nya kak Vira" tanya Stella
"Iya, papa juga baru denger kabar nya. Pas papa nelpon Ferdi, dia masih di luar kota" tambah Ardi.
"Papa serius" tanya Devin yang dijawab anggukan Ardi.
"Mama gak nyangka secepet ini, mama gak ngerti, kenapa Vira gak ngasih tau soal ini"
"Devin keluar bentar" ucap Devin berdiri mengambil kunci motor miliknya.
...
"Lo kenapa" tanya Devin yang baru saja datang dengan motor hitam miliknya dan langsung menyerbu Vira dengan beribu pertanyaan.
"Kenapa apanya" tanya Vira yang kebingungan dengan kedatangan Devin.
"Kenapa lo ga ngomong sama gue"
"Ngomong apa"
"Tentang tante Nia" Vira hanya bungkam mendengar pertanyaan Devin.
"Ra sekarang jelasin ke gue, kenapa mama lo bisa-,. "
"Meninggal" sambung Vira.
"Ra"
"Bukan nya selama ini lo gak mau denger penjelasan gue"
"Ra gue gak bermaksud"
"Oke gue salah, maaf" sambung Devin menyesal.
"Gue juga minta maaf Vin, selama ini gua selalu nganggap biasa aja tanpa tau kalo gua nyakitin diri sendiri termasuk lo"
"Ra"
"Lo butuh penjelasan, ikut gua" ucap Vira bangun dari duduk dan menarik tangan Devin.
"Kemana"
...
Setelah menempuh waktu hampir setegah jam, akhirnya mereka sampai di suatu tempat. Tempat itu sunyi, jauh dari suara bising kendaraan dan sepi. Dua orang yang sendari tadi terdiam saat di perjalanan melewati gerbang utama. Penjaga tempat itu yang mengenal salah seorang dari mereka, tersenyum saat melihat kedatangan Vira.
"Gimana pak, semuanya baik" tanya Vira pada penjaga tempat itu.
"Semuanya baik" dan di balas senyuman oleh Vira.
...
"Dulu waktu gua ninggalin lo itu karena kemauan papa. Papa mau kita sekeluarga pindah, gua gak tau apa alasan nya. Setiap gua nanya ke papa, papa selalu menghindar. Mama juga selalu bilang kalau nanti papa yang akan ngasih tau. Tapi sampe sekarang gua tetep gatau. Papa selalu.
"Vin gue gak ngerti sama mereka. Mama papa selalu berantem dan sekarang, mama disini" ucap Vira menatap makam mama. Air mata yang ia tahan selama ini mulai jatuh kembali.
"Ra semua ini takdir, gak akan ada yang tau apa yang terjadi besok bahkan sedetik kemudian" balas Devin menenangkan Vira sambil menghapus air yang jatuh di pipi Vira.
"Tapi kenapa harus keluarga gue"
"Ra, gue minta maaf"
"Buat apa, lo gak salah. Seharusnya gue yang minta maaf"
"Maaf udah ninggalin lo" sambung Vira menatap Devin.
"Ra, gue mau kita kaya dulu, sahabat" ucap Devin memberi jari kelingking sebagai tanda pertemanan dan dibalas Vira.
"Mulai sekarang gue janji di depan mama lo. Kalo gue bakal jaga lo untuk selamanya, apapun yang terjadi"
"Makasih Vin"
Aku balikkk lagiii...
Diana??
Voment ❤❤
Pendek ya...
Karena pendek aku kasih bonus?
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Terakhir Untuk Vira
Fiksi Remaja"SAKIT" "SAKIT" "Apakah harus se-sakit ini?" Itu yang Vira rasakan Kenangan itu muncul di benak Vira, seperti memenuhi isi pikiran kepala nya. Sejak ia datang kembali, di saat yang tidak tepat. Pertemuan tak sengaja itu membuat kebencian yang telah...