CHAPTER 9

1.8K 90 2
                                    

'Aksara pun tak dapat mengungkapkannya'

Kaki jenjang itupun menuruni tangga. Tak lupa kaki itu memakai flat shoes putih dan di lututnya tergerai gaun putih. Kaki itu sudah menapaki jenjang sekarang. Dilihatnya oleh sang pangeran Sang wanita itu sambil termangu. Dengan rambut yang disanggul ke atas, anting anting berbulu di telinga, dan dengan polesan make up tipis wanita itu sangat anggun.

"Ehemmm," Natha batuk kecil ketika melihat Radit termangu tak berhenti menatapnya.

Radit pun memalingkan wajahnya. Dia tak menyangka, dia akan menatap wanita itu dengan waktu yang lama. "Yuk,"

Natha pun pamit pada bibi yang ada di rumah. Mereka pun keluar dari rumah itu dan memasuki mobil tanpa dibukakan Radit pintu. Natha memilih duduk di jok belakang.

"Lo ngapain duduk di belakang? Lo kira gue supir lo apa?!" Teriak Radit pada Natha yang sudah terduduk di belakang. Natha pun langsung berpindah posisi ke depan. Sekarang dia hanya menurut.

Mobil itu keluar melaju menuju rumah Franka. Di tengah perjalanan, hanya ada sesi pembekuan yang membuat keduanya hanya duduk diam tanpa ada satupun yang berbicara. Hanya ada deru kendaraan yang menjadi pengiring mereka di tengah pelajaran.

Sesekali, ditatapnya wajah eksotis Natha yang memukau itu. Dia malu untuk mengakuinya. Anggun. Jujur di dalam hati, Radit mengangagumi wajahnya nan elok itu.

Natha juga sesekali menatap Radit yang sibuk memutar stir. Rambutnya yang berantakan membuat setiap orang yang menatapnya terpana. Begitu pun Natha. Dia suka menatap Radit. Suka sekali. Radit bagaikan seorang pangeran yang berkuda putih yang menjemputnya pergi pesta. Perasaan semakin menggebu dari hari ke hari. Perasaan ingin menyentuh setiap jengkal luka dan perih. Tapi, luka itu Radit coba tutup sendiri dengan plester yang ia punya.

Mobil itu masuk ke dalam salah satu gerbang di komplek rumah mewah tersebut. Sepasang remaja keluar dari mobil itu dengan memukau semua undangan yang hadir. Fans fanatik Radit mulai panas. Kiri, kanan, depan, dan belakang sibuk membicarakan Natha dan Radit.

"Aaa cocok banget."

"Iya tuh, yang satu hitam manis dan yang satu lagi ngegemesin. Couple goal banget tuh,"

Dan ada juga yang mencaci maki.

"Apaan sih, ganjen banget!"

"Alaahhh cocokan ama gue kali,"

"Dasar b*tch!"

Semua perkataan itu mereka abaikan. Yang ada hanya sebuah getaran yang tak tau apa di antara mereka berdua. Jalan beriringan dengan jar jemari Radit terpaut di ruas jemari Natha. Ini memang sengaja iya lakukan. Ya ini hanya sekedar permintaan maaf. Tetapi yang dirasakan Natha, lebih dari sebuah permintaan maaf.

Dan kali ini, hati Franka mulai panas. Tangannya pun mulai meremas kepalan tangannnya sendiri. Kali ini dia maju menghampiri Natha dan Radit. Dia pikir, ini adalah hari yang tepar untuk membuat Radit bisa menjadi miliknya.

"Ngapain lo disini, ha?! Siap ngundang lo ke sini?" Kata Franka sambil mendorong bahu Natha dengan dua jarinya.

Nattha kali ini hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tidak tau harus menjawab apa. "Nggg...."

"Gue ngajak dia ke sini. Dia kan temen lo juga. Kenapa dilarang pergi ke sini?!" Kata Radit membela.

"Iiiiihh," Franka pun menghentakkan kakinya ke tanah dengan wajah kesal. "Pergi kalian!! Sebel gua liat lu berdua."

Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang