CHAPTER 8

2.1K 100 2
                                    

'Ketika rasa slalu menciptakan teka tekinya'

Sabtu ini, hari tetap berjalan seperti biasanya. Tetap penuh dengan jadwal jadwal yang menyibukkan diri.

Ya, malam ini adalah malam minggu. Mungkin pada saat ini, muda mudi sedang bercengkrama di sebuah cafe yang diiringi musik jazz yang mengalun merdu.

Tapi berbeda untuk para jomblo. Malam ini mereka isi dengan bermain game, merenungi nasib yang masih sendiri, tidur, bermustajab kepada Tuhan agar malam ini hujan atau nge-stalk mantan atau gebetan yang sudah bersama si dia.

Malam ini diisi Radit dengan merenung apa yang harus dilakukannya. Besok adalah ulang tahun Franka. Dan Natha sama sekali tak diundang tanpa alasan yang jelas baginya. Baginya, memang itu tidak penting sekali. Tapi baginya, membuat seseorang tersisih dari peredaran adalah hal yang buruk.

Hatinya bertanya tanya apa yang hrus dilakukan.

'Pergi atau nggak ya?!'

'Aahh, nggak usah pergi aja kali, kan jawaban gue insyaallah'

'Tapikan, insyaallah itu berarti 99% gue bakal pergi' katanya mengumpat dalam hati layaknya abg labil.

'Ahh, bodoo ngapain gue pikirin yang kayak gituan.'

'Apa gue jemput aja tu orang besok!" Ide itupun terbesit dalam pikirannya. Dia akan menjemput Natha besok.

'Oiya, gue mau bawa apa besok?!' Tiba tiba ia ingat bahwa dia belum membeli apapun.

Dia pun langsung meloncat turun dari kasur dan keluar dari kamar. Destinansinya kali ini adalah kamar Radin meminta sesuatu yang bisa ia bawa besok untuk Franka. Bisa ditafsirkan kali ini, bahwa orang ganteng terkadang 'tak bermodal'.

Radit pun membuka pintu kamar Radin tanpa salam, tanpa permisi.
Dia menemui Radin yang sedang membaca novel dengan telinga yang di tutup dengan earphone.

"Din,Din!" Tegur Radit sambil menyentil bahu novel yang bersandar di kursi.

"Apaan sih, ngeganggu aja lo!"  Seringai Radin karena merasa terganggu dengan kedatangan Radit. Yang sedang serius memaknai kata kata yang ada di dalam novel.

"Lo punya barang yang nggak kepake tapi masih bagus nggak?"

"Njeer, tumben lo nanya kayak gitu!?" Jawab Radin bingung.

"Lo cukup jawab ya ato nggak." Jawabnya dingin.

"Ishh, lo yang perlu gue kenapa gue yang lo marahin." Jawab Radin kesal pada Radin.

"Sorry, sorry..." jawab Radit memelas.

Radin pun mengambil pita pilkadot dari laci meja belajarnya. "Nih,pita."

"Lo ada kotak untuk hadiah nggak?"

"Tuh liat dipojok." Tunjuk Radin ke sudut mejanya. Radit pun langsung meraupnya satu.

"Buat apa sih?" Tanya Radin penasaran karna tak biasanya Radit seperti ini.

"Ada temen gue yang ulang tahun."
Jawabnya datar.

"Tumben lo ngasih ngasih hadiah! Walaupun bekas sih," Ucap Radin sakratis.

"Biarin, lagian nggak penting juga! Makasih untuk pitanya," Radit pun keluar dari kamar Radin. Radin hanya bisa menatapi punggung saudaranya itu sambil menggelengkan kepalanya.

LINE!

Lean: Besok lo gue jemput jam 8!

"Besokkan hari minggu!? Njerr banget tu orang!" Keluh Radin. Ya, memang benar. Besok adalah hari yang tepat untuk bangun kesiangan setelah begadang semalaman di malam minggu.

Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang