Kailyn berlari di atas treadmill dengan gesit. Tubuhnya dipenuhi peluh namun kata lelah masih jauh dari jangkauannya walaupun kakinya harus bergerak dengan lincah mengikuti kecepatan yang sudah dia atur dari awal.
Sudah tiga hari Axton pergi dan tiga hari pula Kailyn dilanda rasa gembira. Vandesh, yang merupakan satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas dirinya di rumah ini tiba-tiba memberitahukan bahwa Kailyn dapat memakai gym yang berada di lantai dua.
Jelas sekali hal itu adalah berita bahagia pertama yang dia dapatkan dari lingkungan barunya. Entah Axton yang menyuruhnya atau bagaimana namun Kailyn tetap tidak bisa mengenyahkan euforia yang membungkus dadanya.
Bahkan dua bodyguard yang berdiri di ujung ruangan dengan matanya terus terarah kepada Kailyn tidak membuatnya risih. Hebat sekali bagaimana gym bisa membuat perasaan buruk Kailyn menguar tidak berbekas.
Setelah terlewat beberapa menit dan dirasa cukup, Kailyn menyudahi acara olahraganya dan menuju ke bangku sambil menyambar handuk. Jarinya membuat tanda ke para penjaganya bahwa dia telah selesai dan akan menuju ke ruang makan.
Satu hal lagi yang berubah, pengaturan makannya. Kali ini setiap dirinya selesai berolahraga, maka bau harum banyak makanan akan menyambutnya di meja makan. Tidak ada Vandesh yang harus mengantarkan nampan, tapi dia yang makan dengan nyaman dan serba mewah. Terlalu drastis memang perubahannya tapi setidaknya Kailyn dilanda kelegaan karena tidak perlu diperlakukan seperti tawanan.
Langkahnya yang ringan membawa Kailyn untuk menuruni tangga dan menemukan beberapa anak buah Axton di lantai bawah seperti biasanya. Tidak terlalu banyak, mungkin karena lelaki itu juga harus melindungi diri saat di luar negeri. Mengingat kelakuan brengsengknya membuat Kailyn tidak heran jika Axton akan dikelilingi banyak orang jahat.
"Nona." Sebenarnya Kailyn masih tidak ingin berteman dengan Vandesh, tapi melihat perlakuan laki-laki itu yang sekarang sudah menarik kursi untuknya membuat Kailyn tersenyum kecil. Tentu saja dia tidak mengharapkan balasan yang sama dari Vandesh.
Hanya satu kursi dan ruang makan terasa lengang. Banyak makanan tapi hanya perutnya saja yang sedang butuh asupan. Sekali lagi Kailyn tidak ingin memikirkannya. Melihat perubahan seperti ini saja sudah membuat Kailyn berkali-kali mengucapkan kata syukur dalam hatinya, tidak mungkin jika dia berani menanyakan ataupun meminta lebih. Bisa-bisa Vandesh akan membuatnya terkurung lagi dalam kamar putihnya.
Kailyn makan dengan diam dan dua antek-antek Axton yang diperintahkan mengawasinya juga terus setia berada dalam radar jangkauannya. Kailyn tidak pernah menemukan bahwa mereka sedang makan, apa memang semua orang di rumah ini adalah robot?
"Silahkan kembali ke kamar anda." Kailyn menyeruput jus jeruknya dan segera mengelap bibirnya. Perutnya terasa penuh setelah menyantap hidangan yang kini sudah tidak utuh lagi. Dengan tangkas kakinya dihentakkan untuk berdiri, tenaganya sudah pulih.
Biasanya kata-kata kembali ke kamar adalah hal yang paling dia benci tapi sekarang tidak lagi. Vandesh telah menyuruh beberapa orang untuk menambahkan perabotan elektronik ke dalam kamarnya. Mungkin setelah ini yang dilakukan Kailyn adalah menonton film seperti biasanya sampai malam dan akan kembali ke rutinitas paginya seperti tadi. Tidak buruk untuk mengusir rasa bosannya.
Kailyn berhenti berjalan saat dikejutkan oleh empat orang berpakaian jas hitam sedikit berlari ke arah Vandesh dengan wajah menyiratkan kepanikan. Matanya melihat jam dinding besar yang tergantung dengan jarum menunjukkan tepat pukul 09.00. Masih terlalu pagi untuk sebuah masalah genting.
Mereka berbicara dengan pelan dan hal itu tidak sampai merasuk pada pendengaran Kailyn. Yang dia tahu, Vandesh tiba-tiba saja terlihat kaget dan mengeluarkan ponsel untuk segera menghubungi seseorang yang tidak diketahui Kailyn siapa pastinya. Hal itu cukup menghiburnya saat melihat topeng datar Vandesh hancur karena ekspresi panik meskipun terlihat samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Savior [SH-1]
Romance[1-SISTERHOOD] Membeli seorang manusia layaknya barang adalah suatu kekejian. Dan itu yang dialami Kailyn beserta empat saudaranya. Jatuh ke tangan pria tidak berbelas kasihan yang menginkan agar semua ucapannya tidak ditentang. Axton adalah mimpi b...