5. Seriously!?

1K 56 6
                                    


"Tidak!, tentu saja aku menolak, haha Terimakasih banyak atas tawaranmu, aku permisi."

Hinata berbalik berharap melihat Naruto untuk yang terakhir kalinya, dia akan mencoba untuk benar-benar melupakan Naruto setelah ini. Tak pernah terpikir olehnya untuk menjadi wanita simpanan, dan juga dia tak pernah berniat untuk merusak penikahan orang lain. Naruto adalah 1 dari sekian banyak pria yang harus di lenyapkan dari muka bumi ini, Hinata benar-benar tak habis pikir dengan keinginan lelaki yang selama ini dicintainya tersebut, kenapa dia semakin lama semakin menjadi typical pria yang sangat dibenci Hinata.

"Aku rasa aku sudah menjelaskan bahwa aku tak suka penolakkan, suka ataupun tidak kau harus terima, terlebih kau adalah seorang Hyuga kau harus mengabdi padaku"
"Apa lagi ini, kenapa dengan Hyuga? Apa yang telah Hyuga perbuat pada keluargamu?." kilat amarah telah menyelimuti Hinata

"Tidak ada, aku hanya senang membayangkan mengganti nama Hyuga dengan Uzumaki diawal namamu."
'Sialan.' batin Hinata.

"Dalam mimpimu.."
"Aku tidak main-main!, mungkin kau akan bahagia melihat seluruh anggota keluargamu mengemis dijalanan esok hari, semua itu terlalu mudah untuk kulakukan, tapi kau tak perlu takut, itu hanya akan terjadi jika kau berani melangkahkan kaki keluar dari ruangan ini." ucap Naruto final.

"??..." Hinata hanya dapat diam ditempat tanpa berniat membalas perkataan Naruto, Hinata diam bukan karena takut akan ancaman Naruto, namun dia sedang berpikir, seberapa besar kendali Naruto terhadap keluarganya Hyuga, yang merupakan keluarga terhormat di kota Kobe tempat asalnya. Apakah Naruto benar-benar mampu, gertakan Naruto membuat Hinata berpikir keras, namun jika benar Hinata akan benar-benar hancur melihat keluarganya menjadi gelandangan.

"Apa kuasamu Tuan Uzumaki Naruto yang terhormat, sampai-sampai bisa menghancurkan keluargaku?."
"Sudah kuduga kau tidak mengetahui apa-apa tentangku. Bagus.. itulah yang aku harapkan, jika kau sebegitu penasaran, tentang keluargamu kau nanti bisa lihat sendiri, tak sulit kan?
"Kau pikir aku akan mengambil resiko?!."
'baka' batin Hinata

"So? Apa pilihanmu? Jika kau setuju aku akan beritahu apa-apa saja tugasmu"
"Tapi kenapa harus aku? Ini melanggar hukum, kau mengancamku, kau bisa saja kulaporkan ke polisi"

"Haah merepotkan, soal dirimu aku hanya merasa kau pantas untuk melahirkan anak seorang Uzumaki that's all, dan soal polisi itu bukanlah suatu kendala bagiku Hinata"

Hati Hinata bergetar mendengar pertama kalinya Naruto mengucapkan nama kecilnya tanpa ada siffix -san dan Hyuga didalamnya, terlebih soal dirinya yang akan mengandung anak dari keturunan Uzumaki. Hinata tak habis pikir dia masih saja dapat merasakan debaran di dadanya setelah diperlakukan seperti barang oleh Naruto, setidaknya belum.

"Kau tentu akan menerima keuntungan selama menjadi misstress seorang Uzumaki Naruto, jika uang kendalamu, maka kau tak perlu mengkhawatirkannya."
"Aku tidak serendah itu Uzumaki-san"

Naruto mengangguk sambil memejamkan mata seolah paham dengan perkataan Hinata, kemudian segera menarik nafas menjelaskan keinginannya.

"Baiklah aku rasa sudah beres, aku ingin kau menjadi mistress untukku, selama kau menjadi mistress kau harus menetap di tempat yang telah aku sediakan, tidak boleh ada satu orangpun yang tau mengenai keberadaanmu dirimu juga sebagai wanitaku, akan ada Kakashi dan orang-orangku yang akan kuberi tanggungjawab untuk menjagamu.
Aku membutuhkanmu untuk memberikanku keturunan, anak yang akan kau lahirkan tentu saja haruslah darah dagingku juga, dengan kata lain aku menginginkan kontak fisik denganmu, anak itu akan menjadi penerus dalam keluargaku setelah kau melahirkan aku akan menceraikanmu, seperti yang kau tau aku telah menikah, istriku bernama Uzumaki Shion, aku dan Shion tidak bisa memiliki keturunan karena suatu dan lain hal, namun meskipun begitu Shion hanya akan tau bahwa anak yang kau lahirkan adalah anak dari darah dagingnya juga. Selebihnya bukan urusanmu."

'Apa ini? Air mata.' batin Hinata. Dia tanpa sadar telah mengeluarkan liquid bening dari mata indahnya, dan kejadian itu tak luput dari pandangan sapphire milik Naruto.

"Apa aku menyakitimu? Kenapa kau menangis?." tanya Naruto
"Ya kau menyakitiku, dan aku benci berada dalam kondisi dimana aku tak mampu berbuat apa-apa."

Grep

Hinata tersentak tiba-tiba Naruto membawa Hinata dalam pelukan hangat, baik Hinata dan Naruto tak mengerti situasi yang terjadi saat ini, mereka hanya merasakan perlu melakukannya dan kejadian itu membuat merasa nyaman satu sama lain.

Tak membuang waktu lama Naruto semakin mengikis jarak diantara mereka, semakin sedikit celah yang memisahkan mereka dan berakhir pada bibir mereka yang bertemu, semakin lama, Naruto belum juga berniat melepaskan ciumannya seakan bibir Hinata adalah sesuatu yang tidak bisa dia lepaskan.

"Mmhh.."

Disana Hinata mulai mendesah, dia resah karena baru pertama kali merasakannya, dan hanya bisa mengikuti permainan Naruto karena dia masih begitu pasif dalam berciuman, seketika Hinata merasakan hanya dengan ciuman Naruto dapat membuat dia meruntuhkan pertahanannya, dia sadar dan merutuki kebodohannya, namun bibir Naruto membuatnya ingin terus-menerus mempertahankan ciuman mereka.

Jika saja tidak ada panggilan dari Kakashi maka Hinata akan memulai tugasnya saat itu juga untuk membuat keturunan Uzumaki.

Tapi apakah Hinata menyetujui begitu saja rencana kejam Naruto, entahlah yang ada dipikiran Hinata saat ini hanyalah bagaimana caranya agar dapat memiliki Naruto seutuhnya, dia bahkan sering menghayal memberikan keperawanannya hanya untuk Naruto seorang, tanpa harus ada ikatan suami-istri dan tak akan mempermasalahkan hal itu. Hinata hanya bisa berharap bahwa Naruto akan dapat mencintainya sebesar apa yang Hinata rasakan padanya dengan atau tanpa keturunan yang harus dia berikan.

"Naruto-sama kita harus segera bersiap berangkat ke Tokyo, penerbangan akan dilaksanakan 20 menit lagi"

Kakashi yang masuk secara tiba-tiba melihat pemandangan dihadapannya tanpa ekspresi terkejut, seolah itu adalah hal yang biasa dia lihat, tak lama setelah itu dia melesat pergi.

Sementara kedua manusia berbeda gender itu hanya berhadapan satu sama lain, Hinata menunduk karena mencoba mengontrol degupan jantungnya yang kian berdetak kencang, lain halnya dengan Naruto yang terus menatap Hinata tanpa berniat memindahkan atensinya terhadap gadis yang baru saja diciumnya tersebut.

"Itu pertama kalinya kau berciuman?"
"S-Sumimasen." Hinata langsung melesat pergi karena dia harus segera menjalankan tugasnya sebagai pramugari, juga karena dia yang tak mampu melihat Naruto yang kian membuat degupan jantungnya tak karuan.

"Kau memang berbeda Hinata 😏"

.
.

Tbc
.
THANK YOU FOR READ MY FIRST FANFICTION
PLEASE REVIEW
SHOULD I DELETE THIS FIRST FANFICTION OR CONTINUE IT?
THAT'S MINNA-SAN DECISION

SEE YA.. 👋👐

Ichiban No Takaramono Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang