TBGT #33

8.7K 551 4
                                    

Ruang ICU menjadi saksi bisu dimana Alen menangis didalam hatinya karena melihat Geral terkapar didalam sana bersanding dengan saudara kembarnya, Gantara.

Alen memegangi lututnya, rasanya ia ingin ikut masuk didalam saja menggantikan Geral. Atau kalau bisa Alen ingin ikut mendonorkan darahnya pada Gantara jika darah mereka sama.

Nyatanya, Rival sebagai papanyapun tidak bisa mendonorkannya. Hanya Geral satu-satunya yang memiliki darah yang sama dengan Gantara. Hanya Geral dan mamanya yang sudah meninggal.

Alen menggenggam tangan Rival saat beliau menunduk memanjatkan doa. Dirinya ikut terenyuh ketika air mata bening jatuh untuk pertama kalinya di pipi lelaki paruh baya itu. Alen memeluk lengan kekar Rival, ia tersenyum menyemangati Rival juga dirinya.

"Kita doain yang terbaik aja om." Ujar Alen, kepalanya berhasil diusap lembut oleh Rival yang mengangguk.

Tetesan mata itu kering, Rival menarik nafas. Dan dengan atau tanpa sadarnya lelaki itu telah mengungkap bagaimana Gantara bisa berada di panti asuhan menggantikan Avender.

Alen menggigit bibirnya, kenyataan memang lebih sakit dari dugaan. Tapi, untuk pertama kalinya Alen mendengarkan penuturan Rival yang menyayat hatinya. Membuat tetesan air mata Alen jatuh mengikuti lekuk wajahnya.

Terlihat Vanda dan Reval datang menjenguk. Dua orang itu langsung berhamburan mendekat ke Alen dan Rival ketika melihat mereka menangis.

Reval memukul pundak Rival, sedangkan Vanda sudah menghapus air mata Rival serta Alen menggunakan kedua tangannya. Mendadak dada Vanda ikut pilu.

"Jangan begitu, nanti Ajeng marah. Dia nyuruh aku buat jaga kamu biar kamu gak nangis." Kata Vanda menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Mendengar penuturan mamanya, Alen segera sadar bahwa persahabatan diantara kedua orang tuanya dan om serta tantenya sangatlah kuat dan murni. Masa lalu yang diceritakan Vender sontak saja membuat angan tentang pikiran negatif Alen hilang. Menyangkal segalanya, Alen segera memeluk mamanya sayang.

"Maafin Alen udah sempat berfikir buruk tentang mama dan Om Rival." Ujar Alen menangis lagi didalam pelukan Vanda.

Vanda kaget, tak pelak tersenyum juga. Malah, Reval terkekeh melihat tingkah lucu anaknya.

"Kamu tau Alena, kenapa mama gak pernah manjain kamu kayak Elena?" Vanda melepas pelukan Alen, dengan tersenyum, wanita paruh baya itu mengusap pelan rambut anaknya.

"Karena kamu seperti papamu. Kalian berdua sama-sama kuat dan mudah mengerti. Meski mama tau pasti kamu punya banyak pandangan tentang mama dan Om Rival. Tapi mama juga tau bahwa kamu gak akan marah dan menghujat mama yang enggak-enggak, karena kamu sayang mama. Iya kan?" Senyum Vanda membuat anaknya mengangguk.

"Kamu juga selalu belain mama kan dari Avender. Padahal mama selalu cuekin kamu. Mama perlakuin kamu beda sama Elena. Itu cuma karena mama tau, kalau kamu adalah anak yang paling mengerti dan punya fikiran berbeda tentang mama. Kamu gak perlu dapat kasih sayang lebih dari mama, karena sejak kecil kamu sudah mandiri. Terlebih ada Geral disisi kamu." Alen memeluk kembali mamanya yang sekarang malah terkekeh mengingat kedua bocah kecil Geral dan Alen sudah sangat dekat dari kecil. Saling membutuhkan layaknya denyut dan nadi.

"Iya, kayaknya kembaran kamu itu Geral bukan Elena." Kekeh Reval kemudian diberi lototan mata oleh Alen dari balik punggung mamanya.

"Gak. Elena tetep kembaran aku. Geral juga, em, Gantara juga deh." Alen membuat suasana kembali tegang.

Bingung karena penyebutan nama Gantara membuat semuanya hening lantas memikirkan keadaan kedua orang didalam ruang ICU.

"Elena mana ma?" Tanya Alen berusaha mengalihkan pembicaraan dan mencairkan suasana.

The BadGirl Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang