TBGT #12

10.2K 662 5
                                    

Tetaplah dingin dan jangan berubah. Karena aku tidak mau memiliki perasaan 'itu' terhadapmu.

✉ Alena Miss Sharon

📎📎📎

"AVENDER! Gila lo mau mati ya!" Alen meraih jatungnya yang berdetak hebat saat Vender tiba-tiba membanting stirnya kepinggir jalan dengan rem cakramnya.

"Udah gue bilang, gue gak bisa jawab kalau gak lihatin elo." Ujar Vender kali ini fokus melihat kearah Alen yang tercengang dikursinya. Masih tidak percaya bahwa dirinya masih hidup.

"Lo masih hidup, Alena." Kata Vender akhirnya menyadarkan Alen yang kini sudah ngamuk-ngamuk tidak jelas.

"Orang gila. Lo mau mati ya. Kalau mati sendiri aja sanah jangan ajak-ajak gue." Ketus Alen dengan nada tinggi.

"Emang mau gue mati." Vender mengubah posisinya jadi menghadap ke Alen. Membuat mata keduanya saling bertabrakan satu sama lain.

Alen lantas menarik matanya dengan cepat keluar jendela, rasanya seperti baru saja mendapat hantaman sorotan berbahaya. "Mati aja sanah." Ketusnya, lagi.

"Serius." Vender menaikkan alis.

"Gaklah gila lo." Decak Alen sebal karena Vender menganggapnya serius. "Gini-gini gue gak sejahat itu sama, egrm, saudara gue sendiri."

"Oh." Vender menarik kembali gasnya. Kecepatannyapun melambat seiiring dengan kecanggungan yang mendera kehingan mobil.

"Kenapa kesini?" Alen keluar dari mobil saat setelah mobil Vender terparkir diparkiran taman komplek rumahnya.

"Laper." Jawab Vender menutup pintunya lantas berjalan kearah tukang makanan pinggir jalan yang berjajar dipintu masuk taman.

"Ck, makan di rumah kan bisa. Ngapain kesini,-yaelah ganti baju dulu gak bisa ya." Alen memingkis lengan bajunya keatas lantas menjinjing celananya yang kepanjangan sampai kelutut.

Meski memakai baju olahraga yang kebesaran, kecantikan Alen masih mampu membius para pedagang yang mayoritas masih remaja. Membuat Vender memundurkan langkahnya dan menurunkan lintingan celana Alen untuk menutupi kaki jenjangnya.

"Ih Vender kebesaran tau." Keluh Alen meski pasrah celannya dibawa turun kekaki.

Entah kenapa sifat manjannya jadi keluar. Padahal sebelumnya Alen tidak begitu ke Vender.

"Gak usah bawel." Ketus Vender membawa duduk Alen di kursi pelanggan.

"Loh, gak sekolah Den?" Tanya pemilik gerobak nasi uduk yang membuat pesanannya. Saking seringnya Vender datang kesitu, penjual nasi uduknya jadi hafal.

"Nama gue Vender bukan den. Harus berapa kali gue bilang ke elo." Senyum Vender segaris pada pedagang itu yang nyengir sambil menggaruk tengkuknya. "Kita kan seumuran." Tambahnya lagi.

Tentu, pedagang itu memang tampak masih muda. Mungkin putus sekolah karena tidak memiliki biaya.

Anehnya adalah, kenapa Vender bisa seramah itu dengan tukang nasi uduk. Sedangkan di sekolah, dia sangat dingin dan cuek. Apalagi di rumah.

"Gue gak pake bawang goreng ya." Ujar Alen mencepol rambutnya dengan karet rambut hitam yang selalu berada dipergelangan tangannya.

Melihat Vender tidak meresponnya, Alen segera angkat kaki dan datang sendiri ke penjualnya. "Bang, gak pake bawang gore,-"

"Udah tau non." Senyum penjual itu.

Alen mengernyit bingung, "kok."

"Mbak Alena kan?" Tebak penjual itu.

The BadGirl Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang