Seorang gadis turun dari angkutan umum dengan senyum mengembang di wajahnya, Gadis itu bernama Kanzayla Avaza Melody A. Atau lebih akrab di sapa Kanza.
Gadis yang bernama Kanza itu berjalan di koridor sekolah menuju lapangan dengan Pakaian MOS nya, jam sudah menunjukan pukul 07:05.
"Maaf kak, saya boleh ikut baris gak?" tanya Kanza dengan polos.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Kanza, Membuat Kanza terheran-heran.
"Kak, saya boleh ikut baris gak?" tanya Kanza dengan nada tinggi.
Lagi-lagi mereka hanya diam dan memperhatikan Kanza dari atas sampai bawah, Membuat Kanza risih dan berdecak Kesal.
"KAK?!" Sungut Kanza kesal.
Mereka tersadar dari lamunannya dan tersenyum kikuk kearah Kanza,
"e..e.. lo boleh baris kok".
Kanza heran dengan kelakuan seniornya. Tak mau diambil pusing, Kanza langsung melengos dan mulai berbaris di lapangan.
Banyak Kakak Kelas dan peserta MOS yang memperhatikannya, namun Kanza hanya cuek dan mulai mendengarkan seorang paruh baya yang sedang berbicara di depan.
Setelah Paruh baya itu turun yang tak lain kepala sekolahnya. Kanza langsung melengos pergi meninggalkan lapangan, padahal MOS segera di mulai.
Dia tak peduli yang dia peduli hanya perutnya yang sudah teriak-teriak meminta jatah, Pagi tadi Kanza tak sempat sarapan karna dia bangun kesiangan.
"Bu, Baksonya satu.. sama es teh manisnya satu" pesan Kanza kepada ibu kantin ketika sudah sampai di Kantin.
Kanza memakan makanan itu dengan lahap, sampai-sampai dia tak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
Setelah selesai, Kanza mengambil tisu dan bangkit dari duduknya. Tak sengaja matanya melihat seorang laki-laki seperti seniornya, Kanza cuek lalu berjalan santai melewati laki-laki itu.
"Hei, peserta mos adanya di lapangan bukan di kantin," sindir laki laki itu. Membuat Kanza menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap laki-laki datar itu.
"Emang iya?" Jawaban lugu Kanza membuat laki-laki emosi.
Laki-laki itu menarik tangan Kanza kasar, Kanza hanya pasrah ditarik oleh laki-laki itu.
Ternyata Laki-laki itu menarik Kanza kelapangan, membuat tatapan Peserta MOS dan Panitia MOS memandang mereka dengan bingung.
"Gue ketemu dia di Kantin" ucap Laki-laki itu datar ketika tahu tatapan temannya.
"Suruh maju Raf" laki-laki yang bernama Rafa itu mengangguk lalu menarik Kanza lagi membuat Kanza kesal.
"Heh! Kalau narik cewe itu yang lembut jangan Kasar. Otak lo dimana?" Bentak Kanza membuat semua orang disana melongo tak percaya. Rafa juga sempat terkaget mendengar bentakan Kanza tetapi dia sangat cepat mengubah mimik wajahnya.
Rafa melepas tangannya dari lengan Kanza. Kanza melengos pergi maju ke depan tanpa perlu tangannya di tarik-tarik lagi oleh Rafa.
"Ada apa manggil gue ke depan kak?"
yang ditanya tersadar dari lamunanya, "lo kenapa berada di kantin saat teman-teman lo lagi MOS? hm?" tanya nya datar.
Kanza memutar kedua bola matanya malas, "Sebelumnya saya minta maaf nih kak, daripada saya mati kelaperan, mending saya makan dulu." Kanza menjawab dengan tenang.
"Coba jawab pertanyaan gue, lo ke sekolah buat apa? Buat jadi preman?" tantangnya membuat Kanza menaikan sebelah alisnya.
Kanza menghela nafas kesal, gadis itu sudah meminta maaf padahal, mengapa kaka kelasnya ini masih ngotot? "Kak kesalahan saya cuman makan dikantin, saya gak mukul anak orang, saya juga gak malakin orang disekolah."
"Diam! Gue belum suruh lo jawab!"
Seru laki-laki yang bername badge Alaska dengan datar."Dimana-mana kalau orang nanya ya dijawab, ngapain nunggu-nunggu disuruh. Emang dia mau apa dikacangin?" Gerutu Kanza yang masih bisa terdengar panitia-panitia MOS.
Mata Alaska melebar, "Kesalahan lo bertambah satu, ada gunanya lo ngomongin gue kaya gitu?"
Kanza diam, dia tak menjawab sama sekali pertanyaan senior itu.
"Jawab! Gak punya mulut lho?"
Mata Kanza membelakak lebar, "Lah tadi disuruh diem? Gak enakan kak dikacangin?"
Alaska diam begitu juga panitia MOS lainnya.
"Omongan lo tuh bikin panitia disini kesel tau ga, mau terkenal lo? Gak jadi anak bandel caranya. Ngelanggar aturan segala padahal masih jadi anak baru. Resmi aja belum."
"Kan saya tadi udah minta maaf, lah kalau saya mati kelaperan emangnya pada mau tanggung jawab. Tadi juga selesai upacara tidak ada pemberitahuan MOS langsung dimulai. Mumpung tadi gak ada pengumuman ya saya ke kantin dong."
"Lo masih berani jawab pertanyaan gue?"
Tangannya reflek mengusap dadanya, sabar. "Jadi apa hukuman buat saya, kakak MOS yang terhormat?" tanyanya jengkel.
Alaska berpikir sebentar, "Lari keliling lapangan besar 20 kali, tanpa istirahat."
"Oke."
Ryan-panitia MOS menyelutuk ringan, "Apa itu gak kebanyakan Al apalagi dilapangan besar? Dia cewek lho."
"Iya Al, kasian tau. Padahal dia udah minta maaf," bisik Rina--panitia MOS lainnya.
Alaska menghela nafas ringan, "Sepuluh kali aja."
"Saya gak suka pengulangan, harus konsisten dua puluh ya dua puluh." Celetuk Kanza pelan.
Ryan dan Rina melongo, "Kamu serius?"
"Kalau saya pingsan, yang repot dia juga kan kak. Lagian saya sudah minta maaf. Kalau gitu saya lari dulu." Seru Kanza santai.
Kanza mulai berlari dengan tenang, bahkan terlihat seperti sudah biasa. Tiba-tiba saja ada yang nongol perempuan dilapangan dan mengikuti Kanza lari.
"Kak! Saya tadi bolos upacara, saya ikutan Kanza lari ya."
Panitia MOS lainnya melongo, Alaska bahkan tercenggang melihat mereka berhigh-five, bahkan lari sambil tertawa. Sepertinya mereka sahabatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanzayla
Teen FictionGadis berambut belonde itu selalu membuat semua yang berada didekatnya merasa nyaman, dengan tampang polos dan senyum yang selalu melekat di dirinya. Walaupun masalah-masalah selalu mengahampirinya, tapi tak membuat senyum di wajah gadis itu redup. ...