Seorang gadis cantik, memasuki perkarangan Perumahan Mewah dengan berjalan kaki.
"Kalau tiap hari kaya gini, bisa-bisa badan gue tinggal tulang doang," gerutunya sambil menendang kerikil-kerikil kecil.
Kanza tak menyadari bahwa sedari tadi, banyak pasang mata yang memperhatikannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Mungkin dipikiran mereka, apa gadis cantik itu gila?
"Akhirnya sampe juga," gumamnya ketika sudah berdiri di depan rumah bernuansa hijau dan putih.
Kanza mengetuk pintu berkali-kali, sudah lima menit dia berdiri didepan pintu rumahnya sendiri, karna tak ada yang menjawab, Kanza menyelonong masuk ke dalam rumah tersebut.
"Assalamualaikum.. " karna tak ada yang menjawab lagi, Kanza melanjutkan Jalannya.
Telinganya mendengar suara orang tertawa, Kanza mengikuti suara itu. Dan benar saja di ruang keluarga banyak orang yang ternyata keluarga besarnya sedang berkumpul.
Kanza hanya menatap mereka sekilas lalu berjalan menaiki tangga dengan langkah yang gontai.
"Gak sopan sekali ya kamu, ada ayah bunda dan sodara kamu, main naik keatas saja." langkah kaki Kanza berhenti dan membalikan badannya perlahan.
Kanza berjalan kearah mereka dengan pandangan yang sangat sulit diartikan dengan senyum palsu di wajahnya, "hai" sapa Kanza dengan wajah berseri seakan gadis itu mendapat lotre. Semuanya hanya menatap Kanza sekilas, Kanza yang merasa diabaikan akhirnya menghela nafas panjang.
"Oh iya, lebih gak sopan mana, saat orang berbicara, mereka malah mengabaikannya? Dan saat Kanza mengucap salam gaada yang jawab? Padahal salam itu wajib.
Semuanya diam mendengar pertanyaan Kanza, Kanza tersenyum sinis lalu membalikan badannya dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi.
Sudah habis kesabaran kanza, kanza sudah cape di perlakukan seperti itu, bolehkah Kanza memberontak? Dari kecil dia merasa seluruh keluarganya pilih kasih dan semena-mena dengan dirinya. Bahkan gadis itu tak pernah diajak pergi kemanapun oleh keluarganya sendiri. Kanza tersenyum miris mengingat fakta-fakta itu.
Jika saja, sabar mendapat pahala mungkin Kanza sudah mendapatkan surga teratas.
Kanza membanting pintu kamarnya dengan kencang, membuat semua yang berada di ruang keluarga terlonjak kaget.
Kanza menatap langit-langit kamarnya, dia bingung, kenapa semua keluarganya seperti itu. Kecuali Omah dan Opahnya yang sayang sekali dengannya. Sayangnya omah dan opah nya berada di USA bukan di Indonesia.
Lagi-lagi Kanza membuang nafas panjang. Gadis itu mencoba menutup matanya perlahan-lahan. Lalu terlelap.
***
"Kak Kanza!" terdengar suara bariton dari luar kamar gadis itu membuat Kanza yang sedang tertidur mengerjapkan matanya beberapa kali.
Kanza berjalan kearah pintu, masih dengan muka bantalnya. Dia pun membuka pintu itu dan terlihatlah adiknya yang bernama Kanisha.
"Kenapa?" tanya Kanza dengan tatapan datar.
Kanisha tak heran lagi dengan tatapan datar kakak perempuannya, malah gadis itu tersenyum hangat, "Udah waktunya makan malam kak.
Kanza mengangguk masih dengan muka datar, sedangkan Kanisha gadis itu masih mempertahankan senyumnya. Baru saja Kanza ingin menutup pintu, tangan gadis itu ditahan. Kanza mengangkat kedua alisnya tanda bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kanzayla
Teen FictionGadis berambut belonde itu selalu membuat semua yang berada didekatnya merasa nyaman, dengan tampang polos dan senyum yang selalu melekat di dirinya. Walaupun masalah-masalah selalu mengahampirinya, tapi tak membuat senyum di wajah gadis itu redup. ...