Ketujuh (Revisi)

1.1K 93 5
                                    

Seorang laki-laki sedang duduk di bangku balkonnya dengan keheningan yang tercipta.

Laki-laki itu Kenzo.

Dengan perasaan campur aduk, ia memasuki kamarnya yang bernuansa Hitam-Merah. Warna kesukaannya.

Sekelabat masa lalu membuat kepala-nya menjadi pening, Akhirnya Kenzo memustuskan untuk memejamkan matanya, perlahan-lahan ia terlelap.

"Kak Kenzi, tungguin zaza!!" teriak seorang bocah berumur dua tahun.

"Kamu lelet sih!" Balas gadis itu yang berumur empat tahun.

Brukkk

Semua pasang mata yang berada di taman itu menoleh saat mendengar suara yang sangat kencang itu.

Laki-laki berumur dua tahun menghampiri seorang gadis itu dengan khawatir.

"Zaza tidak apa-apa?" tanyanya Khawatir.

Kanza yang terjatuh pun tersenyum saat melihat raut wajah khawatir dari kembarannya.

"Kanza gapapa kok bang"

"Tapi..hiks..luka..hiks..hiks...di kaki ..hikss..kamu..berdarah...hikss" kanza tersenyum penuh arti kearah Kenzo.

Kanza mencoba bangkit walaupun agak sakit, tapi ia tak mau membuat abang nya khawatir.

Kanza memeluk Kenzo dengan sangat erat, "Zaza gapapa abang"  kata gadis itu sambil menghapus air mata yang berjatuhan di pipi Kenzo.

Mulai saat itu laki-laki itu berjanji akan menjaga gadis-nya itu.

Keluarga mereka tersenyum penuh arti, melihat kelakuan kembaran itu.

"Ckk..alay" teriak Karel dari kejauhan.

Semua keluarganya melotot kearah Karel, Kanza dan Kenzo menatap kearah Karel dengan pandangan yang sulit diartikan.

Kanza sungguh takut dengan Karel yang sifatnya kalau bermain dengan-nya menjadi dingin dan ketus, Karel hanya hangat kepada Kenzo dan Kenzi membuat ia cemburu.

"Bang Kalel pasti sayang ama zaza, tapi susah di ungkapinnya" semangat Kenzo kepada Kanza. Mau tak mau Kanza tersenyum mendengar ucapan Kenzo itu.

"Kanza mau janji gak, sama abang?"

"Janji apa?"

"Kalau salah satu dali kita ada masalah, kita halus telbuka..oke? Telus juga halus saling membantu!" Antusias Kenzo. Kanza mengangguk tak kalah antusiasnya.

"OKEEE!" ucap Kanza langtang.

Sekelibat masa lalu itu membuat Kenzo menghela nafas berat. Sekarang dia berada di Indonesia, tapi ntah mengapa hatinya terasa sesak.

***

Kaki jenjang seseorang menendang batu kerikil yang tersebar dijalanan. Sesekali gadis itu menghela nafasnya, akibat Erios, dirinya hari ini merasa lelah.

Matanya menatap benda yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Jam lima sore. Ekskul lain sudah berpulang sedari tadi, sedangkan basket anak kelas sepuluhnya sudah pulang dari jam empat. Berbeda dengan Kanza yang baru pulang jam segini bareng pemain inti. Ini semua gara-gara Erios. Kanza-- gadis itu mendengus kesal mengingat latihan tadi. Dirinya latihan sendiri tanpa ada partner, kecuali tentu saja Erios, yang bermain dengannya. Menurut Kanza, by one dengan Erios adalah hal yang fatal.

KanzaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang