"Setan lo!"
"Seneng rasanya denger lo nyebut nama sendiri." Kanza meneguk air minumnya hingga kandas, alisnya sengaja ia turun naikan. Meledek Karina yang sedang gondok dengan perkataannya.
"Emang ya, mulut lo tuh harus cepet-cepet di halalin, biar ga seenaknya ngomong." Kanza melotot mendengar perkataan Karina.
"Dicium maksud lo? Hah?"
"Ngerti juga maksud gue, sangkain masih bego," setelah berucap seperti itu Karina kembali memakan salad-nya dengan santai.
Kanza mendelik, lalu kembali melanjutkan makannya. Sesekali gadis itu membuka ponselnya. Hari ini cukup melelahkan bagi kelas sepuluh. Setelah pulang sekolah, mereka akan berkumpul dengan ekstrakulikuler masing-masing.
"Kenapa sih lo gak ngambil basket, rin?"
Karina mendongak, "Males."
"Ah, gak asik lo."
"Kalau lo lupa, tangan gue gak bisa lama-lama dribble basket."
Kanza menahan nafasnya, seketika otaknya memutar kejadian dua tahun silam. Dimana pas waktu lomba, lawannya sengaja membuat tangan Karina sakit. Mengingat itu membuat Kanza kesal. Karina vakum dari basket, Kanza juga ikut. Bahkan setelah kejadian itu, mereka delapan bulan gak ketemu. Karna Karina yang harus menjalani perawatan dirumah sakit singapura.
"Jadi gue basket sendiri nih?"
Karina terkekeh kecil, "Kenalin, gue Karina Tiara Atmajaya, fans pertamanya Kanzayla Avaza Melody."
Kanza tertawa, lalu berhigh-five dengan Karina. "Mau tanda tangan, fans?"
"Yahh, ngelunjak." Setelah itu mereka kembali tertawa tanpa memperdulikan tatapan aneh siswa-siswi dikantin.
"Kanza.." suara itu membuat Kanza dan Karina berhenti tertawa, Kanza menoleh, matanya menatap malas orang dihadapannya.
"Hm."
Keanno-- laki-laki itu menghela nafas pelan, "Cuman mau ngasih tau, hari ini dia pulang."
Kanza menegang, Karina yang melihat itu menendang kaki Kanza. Kanza terkesiap, gadis itu mencoba menarik nafas dalam-dalam, seakan biasa saja dengan berita kepulangannya. "Gue gak perlu tau, lagian juga itu rumah dia 'kan."
Kean mengangguk mengerti, "Gue harap lo ga nyari gara-gara, apalagi sampai nyelakain yang udah-udah."
Nafas Kanza memburu, gadis itu buru-buru bangkit, diikuti Karina yang terkejut dengan pernyataan cowo itu. "Munafik."
Setelah mengatakan itu, Kanza berlalu. Sedangkan Karina menatap tak percaya apa yang dikatakan laki-laki itu. "Lo keterlaluan, Kean. Kalau lo cuman bisa nyakitin hati Kanza, mending diem. Jangan nyinyir kaya banci."
Kean mematung. Tanpa mereka sadari, Alaska, Rian, Gilang maupun Uta melihat mereka dengan pandangan yang sulit diartikan, cara Kean berdiri, menghampiri dua gadis itu, lalu berbica dengan suasana tegang, dan bahkan ini kedua kalinya Kean ditinggalkan dua gadis itu dengan kondisi diam.
"Kalian ngerasa, kalau mereka ada sesuatu gak sih?" Celetuk Uta.
"Gue rasa iya," seru Gilang, "Kalian gak engeh apa, kemarin setelah liat Kean, adik kelas itu langsung pergi. Sekarang setelah ngobrol sama Kean, pergi lagi. Bahkan tadi mukanya jutek banget pas keluar dari kantin."
"Mau coba nanya Kean?" Celetuk Rian yang membenarkan ucapan Gilang barusan.
Alaska menghela nafas, "Gue rasa gak perlu. Itu privasi mereka, walaupun kita sahabat, gak semua hal harus kita ketahui."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanzayla
Teen FictionGadis berambut belonde itu selalu membuat semua yang berada didekatnya merasa nyaman, dengan tampang polos dan senyum yang selalu melekat di dirinya. Walaupun masalah-masalah selalu mengahampirinya, tapi tak membuat senyum di wajah gadis itu redup. ...