Kedelapan (Revisi)

1.2K 93 13
                                    

Mata Kanza mengerjap beberapa kali. Kanza memejamkan matanya sebentar saat merasakan rasa sakit dikepalanya. Hal yang akhir-akhir ini dia rasakan, kepalanya terasa mau pecah. Apalagi dirinya bangun dari tidur dalam keadaan belum makan.

Apalagi tadi dirinya latihan basket begitu keras, tangannya mencari ponsel diatas nakas.

To: Kak Bry
Kepalaku sering sakit.
Read

From: Kak Bry
Dari kapan?

To: Kak Bry
Sudah semingguan lebih kayaknya
Tapi tidak pernah sesakit ini.
Read

From: Kak Bry
Kenapa baru bilang, anak bandel?!

Kanza tertawa melihat tanda seru itu, dia membayangkan Kak Bry yang sedang memandangnya kesal.

To: Kak Bry
Aku pikir, karna banyak pr.
Read

From: Kak Bry.
Gadis nakal. Besok temui kakak, jangan pergi sekolah. Atau kakak akan menjemputmu ke sekolah.

Mata Kanza membulat sempurna melihat balasan seseorang yang dipanggil Bry itu. Kanza berdesis sebal.

To: Kak Bry
Awas saja kakak ke sekolahku!
Aku lapor ke bang Rey karna sudah membuat kekacauan.
Read

From: Kak Bry
Mengapa dirimu sangat nakal, bocah?!!!

Kanza tertawa kencang, melupakan kepalanya yang berputar-putar. Sesekali meringis pelan.

To: Kak Bry
Hehe, sampai jumpa besok,
Kakak jahat 😜
Read

From: Kak Bry
Huh, tidur sekarang! agar sakitnya berkurang.

To: Kak Bry
Hm
Read

Tok..tok..tok..

"Masuk!"

Annelica tersenyum setelah membuka pintu, menatap cucunya hangat. Naya menoleh, menatap omahnya yang membawa nampan berisi makanan. Naya mengerutkan kening bingung.

"Omah kenapa makan disini?" Tanya Kanza polos.

Tangan Annelica mengetuk kepala Kanza kencang, membuat pusing itu kembali. Kanza memejamkan matanya sebentar. Annelica terkejut melihat reaksi Kanza. "Omah terlalu kencang yang mukulnya? Maaf sayang."

"Nggak Omah, cuman tadi aku agak kaget aja." Kanza berbohong, tentu saja ketukan omah dikepalanya membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Annelica menatap cucunya sebentar, lalu menghela nafas pelan. "Ini makanan buat kamu, mau sudah makan atau belum, kau harus tetap makan."

Kanza tersenyum hangat, "Suapin Omah."

Annelica menatap gemas cucunya, "Sudah besar, manjanya gak hilang-hilang." Tangannya menyendok Ayam goreng beserta Cap cay itu lalu mendaratkannya di mulut Kanza. Annelica menggeleng ringan, menatap kelakuan cucunya yang sedang mengunyah seperti makan, makanan terenak.

"Huh, sudah besar masih disuapin." Suara berat itu membuat kedua prempuan berbeda generasi itu menoleh. Dion, Kakeknya sedang menatap jahil cucunya.

Kanza menatap sinis kakeknya yang sedang berjalan kearah mereka berdua dengan tatapan jahil, "Bilang aja iri karna gak disuapin omah."

"Anak ini, bener-bener ya!" Tangan Dion mengacak rambut Kanza gemas.

"Bener kan? Opah ngapain kesini kalau bukan caper sama omah."

"Tanpa caper sama omah, omah juga udah jadi milik kakek."

"Bucin."

"Jomblo sirik aja."

"Omah! Opahnya tuh," rengek Kanza manja. Annelica menatap kedua orang itu jengah. Cucunya dan suaminya selalu begini kalau bertemu.

"Dion! Kau sudah tua masih iseng aja dengan cucunya."

Dion meringis melihat tatapan tajam istrinya, "Cucuku manja sih."

"Opah nyebelin!"

"Dion!"

Mulut Dion terkatup rapat, otomatis tawa Kanza meledak melihat tatapan takut Dion terhadap Annelica.

"Ululu, STI nih!"

"Apaan tuh STI?" Tanya Dion bingung.

Kanza menatap jahil opahnya, "Suami takut istri!"

"Kau ini!" Tangan Dion menarik Kanza lalu menggelitiki perut cucunya itu. Kanza tertawa kencang, bahkan tawanya terdengar sampai luar ruangannya.

Arita dan Kenzo yang ingin masuk ke kamar Kenzo pun terdiam, mendengar suara tawa dari kamar sebelah putranya. Kamar Kanza. Reflek, Kenzo dan Arita mengintip kamar ini yang tidak tertutup sepenuhnya. Disitu terlihat Kanza yang tertawa karna dijahili opahnya, dan omahnya yang sedang menjewer suaminya karna menjahili Kanza.

"Sudah-sudah! Dion jangan iseng lagi, Kanza baru makan sesuap. Kalau kamu jahil lagi, nanti malam tidur diruang tamu."

Dion terdiam, berbeda dengan Kanza yang memeletkan lidahnya kearah opahnya. Seakan meledeknya, Dion menatap tajam gadis itu.

"Hei! Jangan tatap cucuku seperti itu!"

"Rasain! Opah jahil sih, huh!" Seru Kanza masih dengan tawa yang berderai.

Arita dan Kenzo terdiam membeku melihat pemandangan itu, ini pertamakalinya setelah sekian lama sejak kejadian itu mereka mendengar tawa Kanza yang lepas.

Annelica menyadari kehadiran seseorang di depan kamar cucunya. Dirinya membiarkan, membiarkan mereka menikmati tawa itu yang ntah sampai kapan akan bertahan. Annelica menatap dalam Kanza yang masih saja tertawa, Dion menyadari tatapan istrinya.

"Tenang saja, dia akan selalu bahagia." Bisik Dion ditelinga Annelica sambil menatap Kanza yang masih tertawa.

08.08.2020

KanzaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang