Mahapatih gajah mada

30.6K 2.6K 105
                                    


"Baginda raja Hayam Wuruk,, ijinkanlah hamba untuk mengenalkan teman hamba yang benama Sarah." Tunduk Dyah. Jadi benar dugaanku, raja ini adalah Hayam Wuruk. Jadi.. Dyah Nertaja adalah adik dari Hayam Wuruk ??!!

Mulutku terbuka lebar, menoleh ke arah Dyah yang menunduk memohon ijin kepada sang raja. Entahlah, aku masih belum bisa percaya dengan semua yang kejadian yang kualami hari ini. Mungkin ini adalah sebuah karma setelah sekian lama aku meremehkan pelajaran bu Endah. Benar yang dikatakan Astrid waktu itu, aku benar-benar kualat.

"Baiklah.. Darimana kamu berasal Sarah?? sepertinya kamu bukan dari Majapahit." Tanya baginda raja Hayam Wuruk yang mulai duduk di singgasana.

"Baginda raja, Sarah berasal dari negeri seberang yang tidak mengenal kerajaan, mohon ampuni sikap teman hamba yang kurang berkenan." Tunduk Dyah memohon ampun kepada sang kakak.

"Dyah.. Berikanlah kesempatan temanmu ini untuk berbicara." Jawab sang raja.

"Baik baginda raja.." Dyah menunduk perlahan mundur dari sebelahku. Kali ini kesempatanku untuk berbicara.

"Baginda raja, sebenarnya saya bukan dari kota ini,.. Saya berasal dari negeri seberang seperti kata Dyah. Saya tidak mengenal kerajaan Majapahit. saya baru mengenal setelah saya memasuki gapura Wringin Lawang." Ucapku.

Aku tidak punya alasan lain. tidak memungkinkan juga aku berkata jujur jika aku berasal dari masa depan. Mereka akan mnganggapku gila.

"Hahah.. Siapa yang Tidak kenal Majapahit. Negeri nan mahsyur, gemah ripah loh jinawi. Bahkan beberapa pulau di sebrang lautan tunduk terhadap kerajaan Majapahit." Sahut sang mahapatih.

Entahlah, menurutku orang ini juga agak kepedean. Aku juga baru mengenal Majapahit sewaktu sampai di museum Trowulan. Toh, pelajaran bu Endah juga jarang ku hiraukan. Hanya sebersit ingatan tentang Hayam Wuruk saja.

Sang mahapatih yang sedari tadi berdiri di dekat sang raja, memajukan langkahnya untuk mendekatiku, dia menunjuk badge lambang SMA yang berada di saku kiri.

"Lalu, lambang negara manakah itu? Selama saya mengarungi bahtera lautan dan daratan, baru pertama kali saya melihat lambang itu."

Duh, cobaan apalagi ini, keringat sepertinya mulai mengucur deras di sela-sela pori kulitku, aku hampir tidak punya alasan lagi. Sang mahapatih ini sangat lugas dan tegas kala berbicara. Pantas saja beliau mampu menaklukan setiap wilayah Nusantara.

"Mm.. Ini adalah lambang seorang yang sedang mencari ilmu. Jika tidak dibedakan, akan terjadi kesalahpahaman." Lidah ini mengalir lancar mengucapkan alasan telak untuk menjawab pertanyaan Gajah Mada.

Lalu Gajah Madamengernyitkan dahi, tatapanya masih menaruh kecurigaan terhadapku, namun jawabanku sudah membuat sang raja paham.  memalingkan wajah dan tubuhnya, kembali ke tempat asal, disamping sang raja. Sang raja tersenyum. Senyuman yang seperti bunga yang sedang merekah itu jika di zamanku sekarang akan membuat cabe-cabean berteriak histeris.

"Tidak apa-apa Sarah, jawab saja. Darimanakah kamu berasal. Apakah kamu sendiri atau berkelompok." Baginda raja bertanya lagi, kali ini beliau mengharapkan jawaban pasti dariku. Sang mahapatih masih menatapku dengan penuh curiga.

"Saya berasal dari kota yang bernama Surabaya. Tiba-tiba saya tersesat ketika memasuki gapura Wringin Lawang"

"Mahapatih, bukankah ada tempat seberang di muara Kalimas yang bernama Surabaya??" tanya sang raja kepada mahapatih. Tidak terlintas olehku bahwa kota Surabaya sudah ada sejak kerajaan Majapahit. dan juga memang benar, ada sungai Kalimas di Surabaya.

"Ampun paduka raja, wilayah itu bernama Churabhaya, dan bukan Surabaya. Itu adalah wilayah tempat prajurit baginda raja Raden Wijaya bermukim. Setau hamba selama hamba melakukan perjalanan darat dan laut, tidak ada kota bernama Surabaya." Jawab sang mahapatih. Dari sini aku pun juga belajar, bahwa Surabaya dahulunya bernama Churabhaya.

"Ampun paduka raja, di perbatasan wilayah churabhaya ada pemukiman kecil bernama brebeg. pemukiman kecil itu belum terjangkau oleh kami paduka." Senopati manggala maju menghadap sang raja,bersimpuh.

"apa kamu berasal dari Brebeg sarah" Hayam wuruk mengayunkan tanganya ke arahku.

"Tidak, baginda.. hamba berasal dari Surabaya" tak kalah, aku juga menundukkan kepalaku kepada sang raja, menurukan gaya mereka.

"Baiklah.. Terlepas darimana kamu berasal Sarah, aku akan menerimamu sebagai warga Majapahit. Kamu bisa belajar adat istiadat dan sopan satun di kerajaan Majapahit. Kamu bisa tinggal di pemukiman penduduk Mleccha, ada beberapa orang asing sepertimu tinggal disana. kamu bisa berkenalan dengan mereka dan mencari pekerjaan. Dari sini Dyah akan membimbingmu ke tempatmu. Dyah, bimbing Sarah ke tempatnya."

Dyah menuntunku keluar menuju istana, baginda raja melepaskan kami dengan senyum yang penuh wibawa. Sedangkan senopati manggala, masih penuh dengan tatapan curiga.  

Time Travel : Majapahit Empire [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang