Bab IX

2.1K 63 0
                                    

Ayuna melirik jamnya menunjukkan pukul 23.10. Ia baru pertama kali berada di daerah ini. Dia juga baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Seorang penjaga meminta memperlihatkan kartu identitasnya, untuk masuk pun Ayuna harus mengeluarkan beberapa lembar rupiah. Ayuna menghela nafas berat.

Ayuna bingung harus mencarinya dimana. Hari ini adalah week end. Terlihat banyak sekali orang merasa bahagia di tempat seperti ini. Ayuna terus mencari, hingga matanya melihat Driyan di salah satu tempat duduknya sedang bersiap untuk berdiri. Ayuna berdesak-desakan dengan pengunjung Club yang lain. Bau alkohol yang bercampur dengan keringat minyak wangi semua membuatnya ingin muntah saat ini.

Setelah bersusah payah. Ayuna bisa sampai di depan meja Driyan. Driyan terlihat berdiri kemudian duduk lagi, Ia merasa kepalanya berputar.

"Mas Driyan", Ayuna memanggilnya tetapi Driyan hanya menatapnya bingung. Driyan serasa pernah bertemu tetapi tidak bisa ingat siapa namanya.

" ehm... wah gadis mungil pakaianmu tidak cocok untuk ke club. Kamu seharusnya menggunakan celana jeans. Ini akhir pekan nona", Driyan bicara ngelantur hingga dia terjatuh lagi ke lantai. Keseimbangan Driyan benar-benar hilang.

"mas Driyan" Ayuna memekik kaget melihat Driyan jatuh di lantai. Ia segera membantu Driyan berdiri, tetapi tubuh mungilnya membuatnya terasa kesulitan.

"Gayatri, sini aku bantu", Ayuna kaget melihat Airlangga berada di belakangnya. Panggilan kesayangan Arla untuk Ayuna adalah Gayatri.

Driyan dan Airlangga janjian untuk bertemu di Club jam 23.00, Sesampainya di club. Airlangga mendapati Ayuna dengan masih menggunakan pakaian kerjanya dan wajahnya terlihat lelah mencari-cari seseorang. Ia melihat Ayuna kebingungan mencari seseorang. Hingga Ayuna berjalan menuju mejanya Driyan. Airlangga masih mengamatinya. Driyan terjatuh di lantai dan Ayuna mencoba untuk berdiri, tetapi tubuh mungilnya tidak bisa membantu Driyan berdiri. Airlangga memberikan bantuan pada Ayuna. Driyan kini dipapah olehnya hingga ke mobil Ayuna. Ayuna mengikuti dibelakang.

"Terimakasih mas", Ayuna tetap bersikap sopan pada Airlangga.

" Bagaimana kabarmu? Selamat ya untuk lamarannya. Aku sudah mendapatkan undangannya", Airlangga mencoba bersikap ramah pada Ayuna. Jauh di dalam hatinya, Ia terlalu sakit untuk mengatakan kalimat itu.

" baik mas, baiklah saya pulang dulu ini juga udah malem mas". Ayuna bersikap sangat sopan dan dewasa sekali saat ini. Airlangga menyadari itu. Ia juga jauh lebih pendiam. Ia berubah 180 derajat. Dulu Ayuna adalah gadis periang dia mudah tersenyum. Kini dia terlihat pendiam dan sangat pendiam, senyumnya menghilang entah kemana. Airlangga telah membuat gadis periang itu pergi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi-pagi Ayuna terbangun dari tidurnya. Ia bangun lebih awal dari biasanya. Tubuhnya terasa sakit tidur dilantai bawah dengan beralaskan karpet. Ia segera bergegas menuju dapur menyiapkan sarapan untuk Driyan yang kini masih tertidur pulas di tempat tidur Ayuna.

Ayuna mengamati lemari esnya. Hanya ada telur dan sedikit sayuran hijau. Kesibukan Ayuna membuatnya tidak sempat untuk masak sendiri. Di dapur ia menyiapkan omelet, teh panas dan susu. Ia bergegas mandi karena satu jam lagi, Ia harus berangkat ke kampus mengajar tambahan di hari Sabtu, karena beberapa hari Ia ijin kosong, sebagai gantinya tambahan di hari Sabtu. Ayuna melihat Driyan masih tertidur pulas, Ia segera menyiapkan baju ganti miliknya. Sebuah kaos besar pemberian temannya dari Jepang dan celana training yang berukuran besar.

Ayuna masih sibuk dengan koreksian pekerjaan mahasiswanya. ia sangat fokus dan serius mengoreksi makalah skripsi mahasiswa bimbingannya. Beberapa catatan ia tuliskan, mungkin terlalu banyak catatan yang diberikan Ayuna. Kesibukan Ayuna tidak menyadari Driyan sedang berdiri menatapnya .

Setetes EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang