Bab VIII

2.1K 61 3
                                    

Hari ini kita akan ke Jakarta untuk meeting dengan beberapa client", ujar Arya yang sudah berada di kantor Driyan.

Driyan hanya mengangguk.

"pastikan semuanya sudah kamu bereskan berkas-berkasnya". Driyan kembali beraktifitas seperti sediakala. Ia berjalan menyusuri lobi kantor. Beberapa pegawai mengucapkan selamat atas prosesi lamaran yang sudah dilakukan Driyan dua hari yang lalu. Driyan termasuk bos yang ramah dengan pegawai-pegawainya. Driyan pun  harus terpaksa senyum mendapat ucapan dari beberapa pegawainya yang dekat dengan Driyan. Arya tersenyum akhirnya temannya itu menemukan jodoh yang baik untuk Driyan sendiri. Arya setuju dengan perjodohan Driyan dengan Ayuna. Menurut Arya, Ayuna adalah sosok  yang tepat untuk Driyan. 

"semoga kalian segera melangsungkan akad dan resepsi dengan lancar", ujar Arya lirih. Driyan memanggil Arya untuk segera cepat melakukan perjalanan menuju jakarta.

Hari ini Arya dan Driyan akan meeting dengan 3 client. Seharian di Jakarta dengan jadwal yang padat. Dua client sudah selesai, kini Arya dan Driyan bergegas menuju client ketiga. Mereka berdua masih menunggu kedatangan clientnya. Selang sepuluh menit, client yang ditunggu sudah tiba. Di saat yang sama, handphone miliknya bergetar di sakunya sebanyak dua kali. Driyan memilih mendiamkan handphone tetapi dalam hati Ia  marah dengan orang yang menelponnya di saat meeting dengan tender besar. Setelah dua jam yang melelahkan akhirnya meeting selesai. Mereka bergegas menuju ke cafe terdekat untuk menikmati secangkir kopi. Meeting hari ini terasa melelahkan bagi keduanya tapi hasilnya memuaskan.

Driyan duduk dengan dasi dilonggarkan, Arya pun melakukan hal yang sama. Dua cangkir kopi dihadapan mereka. Driyan dikagetkan dengan gambar yang dikirm sepupunya yang masih berusia 8 tahun.

"Mas, kamu terlihat lebih manis kalau kamu sedikit senyum". Driyan hanya tersenyum melihat pesan bergambar dari sepupunya yang di Kediri.

" senyum mas mahal banget", Driyan mengetik pesan untuk sepupunya. Driyan suka bercanda dengan sepupunya yang masih kecil-kecil padahal Driyan usianya sudah 32 tahun. Sepupunya lebih pantas jadi anaknya Driyan. Driyan terkadang tersenyum sendiri.

"mas...mbak Ayuna cantik lho mas, kalau aku udah besar mau cari yang kayak mbak Ayuna". Sepupu Driyan lagi-lagi mengirim gambar foto Ayuna dengan balutan kebaya warna putih. Ia terlihat cantik sekali. Sebagai lelaki, Driyan juga mengakui bahwa Ayuna itu cantik, kecantikan asli jawa. 

" Anak kecil gak boleh berandai-andai", Driyan membalas pesannya lagi

"tapi yang paling aku suka foto ini mas, kalian terlihat serasi. Lihat thu wajahnya mirip". Driyan tersenyum melihat tingkah adiknya dan juga sedikit kaget dengan foto Ayuna dan dirinya. Benar apa yang dikatakan adiknya.

"loe dari tadi sibuk senyum-senyum, apa sih yang Loe lihat?". Arya melongok melihat foto di kamera Driyan. Arya mengambil kamera Driyan.

" Gila, Cantik banget ya calon loe",kata Arya komentar. Memang benar apa yang dikatakan Arya, tetapi Driyan tidak suka mendengar komentar itu. Entahlah.

"Kalau loe gak mau, buat aku aja. Orangtua pasti setuju kalau aku menikahinya", Arya berceloteh. Driyan tetap tidak menanggapi celotehan Arya, tetapi hatinya tetap tidak suka mendengarnya.

Driyan segera mengambil handphonenya, di saat yang bersamaan handphone berdering. Nomer yang sedari tadi menghubungi Driyan sebelum meeting.

"Hallo", terdengar suara seorang wanita yang belum pernah Driyan dengar.

" halo ini Endriyan Wangsa Darmawan, Maaf ada apa menghubungi nomer saya berulang kali ", Driyan berucap sedikit dengan nada keras.

"maaf mas Driyan, ini Ayuna. Aku tadi dihubungi Budhe Utami untuk menanyakan mengenai penggunaan gelar di undangan. Mas Driyan mau ditulis atau tidak?"

Setetes EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang