Bab XIII

2.2K 56 1
                                    

Kepala Driyan terasa pusing. Ia terbangun karena handphonenya berbunyi beberapa kali. Ia mengerang kesakitan.

"hallo?", suara Driyan terdengar sangat serak. Driyan tertegun mendengar semua infomasi yang Ia peroleh dari Arya. Informasi yang ia terima membuatnya tersadar seketika. 

" tolong kirimkan semuanya Arya ke emailku". Driyan mencoba berdiri Ia mengamati dirinya terlihat sangat kacau dengan kondisinya. Ia bingung kenapa Ia hanya mengenakan atasan putih selain itu Ia tidak menggunakan apa-apa. Ia mencoba mengingat tetapi Ia terasa pusing sekali. Apa yang terjadi semalam sama sekali tak berbekas di otaknya.

Driyan beranjak ke kamar mandi. Ia mencoba mengingat apa  yang terjadi semalam. Memorinya belum penuh kembali, Ia tidak ingat apa-apa. Setelah berganti pakaian. Ia menuju ke dapur. Dapurnya sangat terlihat berantakan dengan beberapa botol minuman keras di sana.

Driyan mengamati keadaan sekitar dan segera menyalakan gadget miliknya melihat email dari Arya. Ia segera membuka semua file yang Arya kirim. Driyan mengusap wajahnya berulang kali. Meskipun Ia sudah hafal benar setiap jengkal dan lekuk tubuh Shana. Ia tetap terpesona dengan tubuh wanita itu dengan balutan pakaian seksi yang selalu meningkatkan gairah semua kaum adam. Di pikiran Driyan bukan masalah keseksian Shana, tetapi alasan kenapa Ia mau menjadi model seperti itu. Driyan ingin segera menemui Shana. 

Driyan tahu benar siapa Shana? bagaimana dia? Latar belakang kelurganya yang terkenal baik. Ia tidak menyangka Shana menjadi seperti itu. 

Mungkinkah itu karena aku Shana, pikirnya. 

" Aku harus menemukan dia, dan berbicara padanya", ujarnya lirih

Pikiran tentang Shana teralihkan dengan email dari Airlangga yang mengajak mereka untuk bertemu malam ini di club favorit mereka. Airlangga ingin bersenang-senang dengan kedua temannya ini, tetapi tidak untuk Driyan, Ia hanya menginginkan  sebuah penjelasan tentang semuanya, semua tentang Ayuna dan Airlangga.

Driyan meminta Arya untuk datang, tetapi Arya menolak karena ia akan tahu arah pembicaraan semuanya. Arya sangat tahu sikap kedua temannya itu dengan baik.

Suasana aneh sudah mereka rasakan sejak Airlangga datang di tempat itu. Arya mencoba bersikap netral untuk keduanya, Ia tidak ingin membuat persahabatan mereka rusak karena masalah ini.

" Bagaimana Driyan rasanya menjadi pengantin baru?", Airlangga tersenyum menatap Driyan. 

"kamu ingin bertanya tentangku ataukah mantan kekasihmu Airlangga?", Driyan menatap Airlangga tajam. Arya mencoba bersikap biasa melihat kedua temannya memulainya, tetapi jauh dihatinya Ia takut apa yang akan dilakukan Driyan. 

Airlangga hanya tersenyum meskipun Ia tahu sekali Driyan  marah setelah mengetahuinya sendiri. 

"Jika aku ingin bertanya tentang gayatri aku bisa menghubunginya sendiri Driyan", Airlangga menjawab seadanya. Airlangga menegak minumannya. Matanya memandang ke wajah Arya meminta penjelasan, tetapi Arya mengalihkan pandangan. Ia tidak mau terlibat dalam masalah ini.

" Apa kau masih menghubungi dia?", Driyan bertanya datar. Driyan meminum segelas minuman Alkohol yang paling keras, dan itu adalah minuman yang paling tidak ia sukai. Tenggorokannya terasa panas sekali menegaknya.

" Jika aku masih bisa menghubunginya mungkin kini dia sudah menjadi istriku Driyan dan sekarang aku menjadi pengantin baru sepertimu", Airlangga berbisik pada Driyan. Airlangga masih tertawa tapi jauh di hatinya Ia terasa sakit mengucapkan kalimat itu.

" Tanpa harus menjadi pengantin baru sepertiku, Bukankah kamu sudah memiliki apa yang seharusnya dijaga Ayuna", Driyan menatap tajam Airlangga. Rasanya Ia ingin memukul wajah tampan sahabatnya ini. 

Setetes EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang