***
SASUKE berdiri di depan pintu apartemenku dengan pakaian casualnya, seolah mengukuhkan kedua kakinya agar tidak melangkah pergi dari sana meski aku melayangkan tatapan horor saat ini. Dia datang dengan tiba-tiba, memberikan beberapa persen harta kekayaannya untuk biaya sewa penthouse walaupun aku tidak membutuhkannya. Kami bahkan tidak mengenal lebih dari sekedar rekan kerja di kawasan Uchiha Industries, tapi segala pemberiannya padaku terasa sangat berlebihan.
Aku menarik napas, mengeratkan kedua kepalan tanganku di samping tubuh sebagai pegangan kemudian berkata dengan suara bisikan lirih. "Kau tidak perlu melakukannya, Sasuke."
Kevin yang menyadari kehadiran seseorang di belakang punggungnya sesegera mungkin menyingkir, memberi Sasuke peluang untuk melangkah semakin mendekatiku. Pemilik gedung apartemenku terkekeh kikuk, "Ah kau teman pria Sakura? Maaf, aku sedang berbicara dengannya saat ini karena---"
"Pergilah," Sasuke berkata tanpa menatap pada lawan bicara. Kedua mata gelapnya tertuju padaku, menyesatkan, seolah berusaha untuk menelanku dalam lingkaran kegelapannya. Kevin membuka mulut hendak memberikan protesan yang biasa dia berikan padaku, namun Sasuke lebih dulu memberikan geraman perintah mutlak layaknya kaisar pada pasukannya. "Aku yang membayar sewa bagi wanita ini, kau bisa pergi."
Kevin membuka mulut, tergagap. Baru kali ini aku melihat pria seperti Kevin kehabisan bahan pembelaan saat beradu pembicaraan dengan seseorang. "Uh... okay." Kevin pergi, membiarkanku bersama dengan seorang predator jahat yang membahayakan seluruh sel tubuhku. Mungkin yang akan Sasuke lakukan sesaat lagi adalah membuka mulutnya dan menelanku hidup-hidup sebagai makanan.
Kakiku bergerak mundur saat Sasuke mengambil langkah maju mendekatiku. Aku butuh jarak, sebuah jarak yang sangat jauh darinya. Keberadaan Sasuke hanya membuat keadaan organ pribadiku semakin melembab, basah, seakan berteriak meminta perhatian. Aku merasa rendah, tatapan kedua matanya terlalu mengintimidasi hingga kedua kakiku goyah untuk berdiri di atas tanah. Memalukan.
"Kenapa kau di sini?" tanyaku, berusaha mengeluarkan nada suara lebih keras untuk membuatnya mengerti bahwa kehadirannya mengganggu ketenanganku. Ketenangan kewanitaanku. Aku nyaris meringis tak kuasa saat Sasuke bergerak untuk mengulurkan tangannya ke arahku. Mengundangku untuk menerima uluran tangannya yang kuat, menggenggamnya atau bahkan mencakar sebagai pelampiasan hempasan hebat yang menghantam akal sehatku.
"Kau menolak apapun yang kuberikan," Tangannya kembali jatuh, tersimpan di sisi tubuhnya yang berdiri dengan jantan di hadapanku. "Aku membutuhkan alasan."
Dia pasti kemari karena sesuatu hal, dan sekarang aku tahu apa itu. Aku mengalihkan tatapan ke arah lain, memutuskan kontak mata bersamanya. "Aku tidak menyukai pemberian, terlebih itu berasal dari seseorang yang akan memberikanku uang atas tenaga kerjaku. Kau tidak seharusnya melakukan itu, Sasuke."
Sasuke kembali melakukan satu langkah mendekat. Aku tersentak, lantas mengangkat kepala menatap wajahnya. Terlambat untuk melangkah mundur disaat kedua tangan Sasuke mencengkeram lembut kedua lengan atasku. Aku gemetar merasakan cengkeraman tangannya, apa yang dia lakukan selalu berhasil mempengaruhi suhu tubuhku. "Apa yang kau lakukan?"
"Mengenalmu," Sasuke berbisik, kemudian menundukkan tubuh bagian atasnya hingga kepala pria itu kini benar-benar berada di depan wajahku. Napasnya terdengar berat meski hanya untuk mengambil udara, dan saat aku membuka bibir untuk mengeluarkan suara. Sasuke lebih dulu menggerakkan wajahnya pada samping kepalaku. Memainkan ujung hidungnya pada kulit pipi dan terus turun pada sekitar rahangku.
Aku menegang, merasakan keintiman yang tercipta di antara kami membuat kepalaku terasa semakin memberat. Sasuke menggerakkan ujung hidungnya berulang-ulang, mengelus dan menggesek pada kulit wajahku. Sampai akhirnya dia bernapas tepat di telingaku, mengantarkan peringatan berbahaya saatnya aku untuk lari. "Aku ingin mengenalmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Give to You
FanfictionSejak awal, ini memang kesalahanku. Kebodohanku karena membiarkan sesuatu yang jauh dari jangkauanku mencoba mendekat. Meski begitu, aku tetap diam, bahkan saat kau mencoba mengikatku dalam lingkaran kehidupanmu yang terasa sangat abu-abu. Aku ketak...