10

13.2K 1.3K 253
                                    

***

RAHANGNYA mengeras, dia marah, tapi aku saat ini lebih terbakar. Aku tidak ingin Sasuke berada di sini, untuk saat ini dan mungkin sampai beberapa waktu ke depan. Katakanlah aku egois, karena kenyataannya adalah aku berhak untuk berkata apapun pada Sasuke saat kami berada di luar kantor, termasuk pengusiran halus yang kutujukan padanya. Melihat Sasuke di sini hanya semakin mengingatkanku pada penampilan Kylie saat keluar dari ruangannya, dan itu melukaiku.

Aku menghembuskan napas kecil, nekat untuk menatap ke dalam kedua matanya dan aku menyesal melakukan itu. Sasuke benar-benar terlihat marah, luar biasa akan meledak, tetapi beruntungnya aku, Sasuke adalah tipe orang dengan pengendalian diri yang luar biasa. Dia tidak memberiku pelototan tajam ataupun cemoohan mata yang nyata, hanya dengan melihat bahwa kedua oniksnya berada di dalam cahaya yang redup, aku tahu.

Sasuke tengah menahan diri.

"Katakan padaku, Sakura." bisiknya, menundukkan sedikit kepala hingga ujung hidungnya bersentuhan dengan hidungku. Napasku melambat, menyadari bahwa keintiman yang dia lakukan nyaris terasa seperti air bagiku. Aku adalah api yang tengah berkobar, dan Sasuke datang sebagai air yang mematikan api tersebut. Aku kalah. Selalu seperti ini.

Aku memejamkan mata sejenak, kali ini berkata tanpa berpikir. "Apa kita ini?" balasku, berbisik kepadanya. "Siapa diriku bagimu?" Aku kembali membuka mata, melihat Sasuke yang termangu akibat perkataanku membuat pertahanan diriku runtuh saat itu juga.

Tanganku terangkat untuk memukul pelan otot lengan atasnya, kembali berucap setengah gemetar. "Menjauhlah jika kau hanya menganggapku sebagai pengganti Natalie yang akan kau buang selanjutnya, dan aku akan melupakan apapun yang pernah kita lakukan. Aku akan berhenti membuat diriku berpikir bahwa kau lebih dari sekedar tertarik padaku. Aku membutuhkan pekerjaan, meski nyatanya aku benar-benar tertarik dan menyukaimu. Aku akan berhenti memikirkan hal yang lebih dari sekedar pekerjaan bersamamu, aku berjanji. Dan tolong, buat aku bisa melakukannya dengan cara menjauh."

"Sial," Bibirnya terbuka membentuk celah tipis sebelum akhirnya maju untuk menekan bibirku. Aku terengah, terkejut atas tindakannya dan beralih untuk mencengkeram otot di sepanjang bahunya. Sasuke melumat lembut bibirku, memberikan kesan menenangkan dan juga isyarat akan kasih​ sayang yang tidak kumengerti. Kelopak matanya terpejam, menyembunyikan sepasang mata gelap yang akan membawa siapapun masuk ke dalam lingkaran dosa karena membayangkan hal kotor bersama pemiliknya. Sasuke berbahaya, dia bisa saja membunuh seorang wanita hanya melalui erangan samar lantunan suaranya.

Seperti yang kami lakukan. Dia mengerang ketika aku membuka bibir, menyambut lumatan manisnya dengan irama yang sama, membuktikan padanya bahwa aku membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar permainan sandiwara. Aku menginginkan Sasuke hanya untuk diriku sendiri, menjauhkannya dari berjuta-juta wanita yang siap membuka kaki untuk menikmatinya meski hanya satu malam.

Aku wanita yang pernah patah hati, dan terlalu takut jika halnya masih ada Carlos-Carlos di luar sana yang menunggu untuk menyakitiku dengan cara yang sama. Kisah cintaku berakhir buruk, aku takut, dan kehadiran Sasuke hanya membuatku kembali melangkah masuk untuk merasakan hal yang sama. Kemudian aku tahu, bahwa Sasuke bukan orang yang senang mengumbar janji manis.

Dia melepaskan bibirku saat udara kami menipis. Napasku beradu dengan deru napasnya, panas dan juga terasa sangat nikmat. Aku ingin merasakan bagian Sasuke yang lainnya, bagian di mana mereka bisa memerah dan menghangat saat pemiliknya tengah terangsang. Tanganku kembali naik, menemukan posisi yang nyaman untuk berada di belakang tengkuknya ketika kedua tangan Sasuke melingkar di antara pinggulku.

Give to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang