***
LIMOSIN yang kami tumpangi berhenti di tepi jalan raya, tepat di hadapan sebuah butik pakaian wanita dengan merek yang mendunia. Aku terengah atas apa yang kulihat, berkedip untuk memperjelas etalase butik tersebut yang memamerkan banyaknya gaun-gaun cantik, berkelas, nyaris berpikir mungkin aku tidak pernah bisa memilikinya atau bahkan menyentuhnya.
Namun sentuhan pada punggung tanganku menghancurkan mimpi tersebut. Aku berbalik, menoleh pada Sasuke yang kini menyunggingkan senyum tipis padaku. "Aku tidak mengajakmu hanya untuk melihat mereka dari luar. Turunlah." ucapnya kemudian keluar lebih dulu tanpa menungguku. Sedangkan aku terdiam, menimang-nimang untuk ikut bersamanya atau tidak.
Pagi ini setelah melewati banyaknya kecupan serta ciuman panjang di atas ranjang, kami sepakat untuk pergi keluar dan berjalan-jalan mencari persiapan untuk datang ke pesta Kylie. Sasuke bersikeras menyarankanku untuk membeli keperluan yang seharusnya tidak dia lakukan. Kami berdebat tentang gaun, perhiasan, sepatu, bahkan isi lemari pendingin di penthouse yang seharusnya menjadi tanggung jawabku. Sasuke tidak perlu menghambur-hamburkan uangnya hanya demi kebutuhanku.
Aku terperanjat saat pintu di sampingku tiba-tiba terbuka, disusul dengan uluran tangan Sasuke yang menungguku menerimanya. Aku menghela napas, meraih tangannya dan keluar dari dalam limosin sedikit gugup.
"Pilih dan ambilah beberapa. Abaikan label harga yang tergantung di sana." Sasuke berucap seraya menuntunku untuk berjalan memasuki butik tersebut. Pintu kaca itu bergerak terbuka otomatis ketika kami mendekat, kemudian seorang pelayan dengan seragam khas muncul dari balik beberapa maneken tanpa wajah.
"Mr. Uchiha," sapa sang pelayan wanita, wajahnya yang berseri-seri membuat perasaanku memburuk.
Sasuke menjawabnya dengan gumaman tak peduli, kemudian melanjutkan. "Apa Ino ada?"
"Ya, beliau ada di ruangannya.''
"Beritahu dia aku ada di sini."
Pelayan itu mengangguk patuh, sebelum akhirnya berbalik dan menghilang dari pandangan kami. Sedangkan aku mendongak dengan tatapan bertanya pada Sasuke. "Kau mengenal pemilik butik ini?''
"Dia temanku,'' Bibirku terbuka ketika Sasuke menjawab. Sial, aku nyaris lupa siapa pria yang saat ini tengah menggenggam tanganku. Sasuke menunduk, mengecup bibirku dan terkekeh. "Kau menggemaskan. Perhatikan ekspresi wajahmu atau kita bisa mengulang hal tadi pagi di kamar ganti.''
Wajahku menghangat mendengar perkataannya dan kuyakin kedua pipiku kini memunculkan rona malu. Aku mendengus, menampar otot bisepnya main-main. "Tutup mulutmu.''
Sasuke tersenyum, terlihat puas sebelum akhirnya suara seorang wanita berada di tengah-tengah kami. "Sasuke? Dalam rangka apa kau mengunjungi tempatku?"
Aku berbalik, melihat seorang wanita jelmaan boneka Barbie yang lagi-lagi membuatku merasa seperti seorang pecundang. "Wanitaku membutuhkan pakaian untuk malam ini," Sasuke menjawab, menyentuh bagian bawah punggungku dengan sengaja dan aku berdebar mendengar panggilannya untukku. Ya Tuhan, aku wanitanya? "Berikan dia gaun terbaik yang kau miliki."
Tatapan wanita itu terlihat memberikan penilaian untukku. Kedua iris biru langitnya meneliti setiap jengkal tubuhku dari atas ke bawah dengan sangat teliti, dan itu membuatku risih. "Aa," Bibirnya membentuk senyuman ramah, mengangguk pada Sasuke dan juga padaku. "Kurasa aku memiliki beberapa gaun yang cocok untuk wanita luar biasa seperti dirimu. Ikuti aku."
Aku gugup, meremas telapak tangan Sasuke dan memberinya tatapan mengancam. "Jangan mengeluarkan sepeserpun uang untuk apapun gaun yang kupilih, oke? Biarkan aku yang membayarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Give to You
FanfictionSejak awal, ini memang kesalahanku. Kebodohanku karena membiarkan sesuatu yang jauh dari jangkauanku mencoba mendekat. Meski begitu, aku tetap diam, bahkan saat kau mencoba mengikatku dalam lingkaran kehidupanmu yang terasa sangat abu-abu. Aku ketak...