8

11K 1.3K 266
                                    

***

KEADAAN berubah menjadi sangat kacau. Aku menghancurkan segalanya. Sebuah kesempatan bagi Uchiha Industries untuk melanglang buana di atas angin dunia bisnis hancur karenaku. Seharusnya aku tidak berada di sana, hingga pria itu tidak berkata tentang hal-hal yang membuat Sasuke marah dan menjadikannya sebagai sarana tinju. Tapi Sasuke melakukannya dengan alasan, dia mungkin mencoba untuk melindungi harga diriku.

Aku menatap lurus ke dalam layar komputer, dimana sebuah berita tentang antar dua petinggi perusahan besar tengah menjadi perbincangan panas di seluruh media berita. Di sana tertulis dengan huruf kapital, bahwa Uchiha Sasuke baru saja menghajar Kimura Ai hingga rusak tak terbentuk. Aku meringis, kembali mengingat bagaimana wajah mengerikan pria itu yang penuh dengan luka memar dan darah.

Seluruh karyawan di dalam gedung membicarakan berita ini, berita panas yang menyebar dalam waktu singkat jika mengingat siapa yang tengah menjadi sorotan utama dalam artikel tersebut. Aku membenci mereka yang membicarakan sesuatu hal buruk tentang Sasuke. Mereka tidak tahu, seharusnya mereka tidak perlu membuat gosip murahan seperti ini. Sasuke tidak kejam, dia bukanlah seorang presiden perusahaan yang tidak memiliki perasaan.

Muak atas apa yang kulihat. Aku memilih tombol keluar dari situs tersebut dan berdiri dari dudukku untuk melangkah keluar dari ruangan. Saat ini sudah pukul setengah tujuh. Aku dan Sasuke sama-sama mengambil jam lembur karena masalah ini, disaat karyawan lain telah beristirahat dengan air hangat di tempat tinggal mereka. Aku di sini, berdiri di hadapan pintu ruangan Sasuke untuk yang kedua kalinya dalam sehari. Aku belum mengucapkan kata terima kasih atas pembelaannya hingga namanya sendiri kini terpandang rusak di mata publik.

Aku menghela napas, mengetuk pintu ruangan tersebut dan menunggu jawaban. Aku masuk dengan langkah ragu ketika suara Sasuke mempersilahkan diriku untuk masuk. Pria itu tengah menyandarkan pinggulnya pada pinggiran meja, dengan kedua tangan yang dilipat di bawah dada dan kaki kanannya yang ditompang di atas kaki kiri. Tidak ada rompi dan dasi seperti tadi siang dia kenakan, hanya sehelai kain kemeja tipis yang telihat berantakan dengan ujungnya yang tidak dimasukkan rapi ke dalam celana.

Ekspresi Sasuke menegang melihat kehadiranku, tapi sesaat kemudian merilekskan diri. "Sakura," bisiknya, seperti alunan melodi indah di telingaku. Dia telah kembali, Sasuke yang tenang dan terkendali kini berdiri di hadapanku. Tidak seperti Sasuke yang tengah dilanda emosi tinggi dan siap untuk menghajar setiap orang yang berada di sekitarnya. "Ada apa?"

"Kenapa kau bisa setenang ini?" balasku cepat, merasakan perih di tenggorokanku saat Sasuke melengkungkan senyuman sedih. "Mereka membicarakan omong kosong tentang dirimu."

"Lalu apa yang bisa kulakukan?" Dia menghela napas kecil. "Biarkan mereka melakukannya.."

"Tapi itu membuat dirimu dipandang buruk oleh masyarakat! Kau... namamu bisa hancur."

"Aku tidak peduli," Tatapannya menyala, kembali menatapku tajam hingga aku tanpa sadar​ melangkah mundur dari hadapannya. "Sebaiknya kau tutup mulut jika hanya ingin mendebatkan masalah ini denganku, Sakura."

"Aku bahkan belum lama mengenalmu," balasku lagi, tak percaya bahwa Sasuke saat ini tengah menyunggingkan senyuman mengundang. Bisa bisanya dia. "Aku bersumpah bahwa ini bahkan baru dua minggu! Kenapa kau membelaku hingga nekat untuk berkelahi di tempat umum? Kau bisa memilih untuk mengabaikan perkataannya."

Sasuke terdiam, mungkin termakan oleh ucapanku yang menamparnya bahwa apa yang kukatakan adalah benar. Tidak seharusnya dia berkelahi, meskipun kenyataan terbesarnya adalah dia memukuli seseorang. Pihak lawan rusak dan hancur total, sedangkan Sasuke sendiri hanya mendapatkan luka memar kecil di sudut bibirnya. Aku benar tentang masalah jika kau berani mengajak Uchiha Sasuke untuk beradu tinju. Otot-ototnya yang terbentuk sempurna bukanlah hanya sebagai pajangan.

Give to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang