PROLOG

20.8K 1.3K 190
                                    

***

GIVE TO YOU © MIINAMI | 2017

***

SUARA LANGKAH kaki sepatu heels milikku yang berbenturan dengan aspal jalanan terdengar memekakkan telinga. Napasku terengah, tanpa mempedulikan penjaga pintu yang menatap heran ke arahku, aku berlari melewatinya. Jari jemari tanganku gemetar tanpa sadar ketika mendorong pintu putar utama gedung Uchiha Industries.

Aku terlambat di hari pertamaku bekerja sebagai seorang sekretaris, dan ini bukanlah hal yang bagus. Terlebih tentang rumor bahwa atasanku adalah orang yang sangat disiplin dengan waktu.

Napasku memburu. Namun sesaat kemudian aku menghela napas lega, melihat pintu lift di hadapanku tertutup perlahan dan bergerak naik ke atas. Tanganku berpegangan pada salah satu tiang yang menempel pada dinding lift, mengambil udara agar paru-paruku kembali bekerja normal tanpa terburu-buru.

Seharusnya aku tahu, bahwa acara menghabiskan dua botol vodka di rumah Naruto bukanlah ide yang bagus. Temanku sejak bangku kuliah itu bersikeras memberitahuku, bahwa berita baik tentang Sakura diterima bekerja di Uchiha Industries patut diadakan sebuah acara kecil-kecilan. Hingga pagi ini, aku bangun dengan kepala berdenyut nyeri dan ngilu pada perutku.

Aku lulus dan diterima dengan mudah oleh pihak Uchiha Industries. Dari seratus pengajuan surat lamaran, dan sepuluh orang lainnya yang mengikuti interview selain aku. Posisi sekretaris pribadi seorang presiden Uchiha Industries jatuh padaku secara ajaib.

Ayahku nyaris menangis, memelukku seerat yang dia bisa, mengatakan ucapan terimakasih pada Tuhan sebanyak mungkin. Sedangkan aku menahan air mataku agar tidak menetes, membuat ayah bangga akan diriku adalah sebuah penghargaan terindah. Setidaknya, aku bisa membuat satu-satunya pria yang kucintai merasa bahagia atas apa yang kuraih.

Aku menahan napas saat pintu lift terbuka diiringi suara ting yang menandakan benda ini sudah mencapai tujuan lantaiku. Aku kembali menata rambut di dalam cermin dinding lift, merapikannya dengan jari-jari tanganku dan menghembuskan napas secara perlahan.

Kakiku kembali melangkah keluar, membentur lantai keramik di bawah sana dengan hak sepatuku. Namun bedanya, kali ini lebih halus. Tidak terburu-buru, meski aku tahu aku sudah terlambat. Aku hanya berdoa bahwa atasanku di Uchiha Industries memiliki hati sebaik malaikat, mempersilahkan diriku bekerja tanpa halangan seperti hari pertama masuk sekolah.

Aku berhenti di hadapan meja resepsionis. Wanita di balik meja dengan tatanan rambut bersanggul tersebut tersenyum ramah padaku. Berinisiatif lebih dulu sebelum aku meminta, dia mengantarku menuju tempat di mana mejaku berada, yang mana berarti ruanganku berseberangan langsung dengan ruang kantor pribadi sang presiden perusahaan.

"Ms. Haruno." Wanita itu membukakan pintu sebuah ruangan kerja padaku. Ruangan dengan luas yang cukup besar itu membuatku mengeratkan pegangan pada tas selempang yang kubawa. Napasku terputus oleh rasa bahagia yang membuncah, berusaha agar tidak memekik kegirangan melihat ruang kerjaku sendiri. "Ruangan Mr. Uchiha berada tepat di seberang ruangan anda."

Aku mengangguk singkat setelah mengucapkan kata terimakasih. Wanita itu pergi, meninggalkan aku sendiri hingga pintu kembali tertutup. Luas ruang kerjaku bahkan lebih besar daripada luas kamarku di apartemen. Menakjubkan, hingga rasanya aku ingin menangis.

Aku menjatuhkan tas selempangku di samping komputer yang masih setia menampilkan layar hitam, menyapu dataran meja kayu jati di hadapanku dengan jari telunjuk. Bersih, terawat, dan benar-benar menunjukkan sebuah kualitas pekerja keras. Bokongku menekan lembut kursi dimana hari-hari selanjutnya yang kulakukan adalah duduk di atasnya, memandangi layar komputer dengan setumpuk pekerjaan.

Menghela napas pelan. Aku tersenyum tipis, ini berkat kerja keras ayah yang membiayai kehidupanku hingga aku menjadi sekarang ini. Keringatnya sebagai buruh bangunan harus terbayar, dan aku di sini bukan untuk bermalas-malasan. Apa yang sudah ayah lakukan, maka harus kukembalikan.

Suara pintu diketuk membuatku nyaris melompat dari kursi. Aku berdeham dan berlari membukakan pintu. Melihat seorang pria bermasker hitam dengan gaya rambut luar biasa unik, kini berdiri di hadapanku. Dia mengangkat salah satu tangannya ke udara, hingga sejajar dengan bahunya, lalu tersenyum. Terlihat dari kedua sudut matanya yang menyipit. "Hai. Kau Haruno Sakura bukan? Selamat datang di Uchiha Industries."

"Uh, hai." Aku tersenyum sopan sebagai jawaban. "Maaf, apa kau Mr. Uchiha? Aku minta maaf telah mengacau di hari pertama, sungguh-sungguh minta maaf."

"Tenang. Aku bukan Mr. Uchiha." Dia terkekeh dengan gaya khas pria dewasa. "Beruntungnya dirimu, Mr. Uchiha sekarang sedang dalam perjalanan bisnis di Jepang, dan baru akan kembali tiga hari mendatang. Sebagai gantinya sebelum dia kembali, kau bisa membantuku sebagai permulaan?"

Aku mengangguk dan terkekeh ringan. "Tentu saja."

"Dan oh, tolong panggil aku Kakashi, okay? Kurasa umur kita tidak terpaut cukup jauh. Mungkin." Kakashi menggaruk pipinya yang tertutupi masker dengan jari telunjuk. Sedangkan aku mengiyakan ucapannya dengan anggukan kecil tanpa membuka suara. "Aku sebagai manager utama divisi keuangan. Senang bertemu denganmu, Sakura. Aku akan mengirim software format tabel dan berkas-berkas dokumen yang harus kau kerjakan lewat email nanti."

"Baiklah, terimakasih Kakashi."

"Aku yang seharusnya berterimakasih." Kakashi kembali terkekeh. "Kau bisa sedikit bersantai sebelum Mr. Uchiha benar-benar membawamu ke dalam neraka. Oh jangan membocorkan padanya aku mengatakan ini padamu ya?"

"Rahasiamu aman bersamaku." Aku mengangkat kedua tanganku sejajar dengan bahu, mengacungkan jari telunjuk serta jari tengahku membentuk V untuknya.

***
To be continued...

Give to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang