4.5

1.2K 173 22
                                    

Melody berdiri mematung menatap Frieska yang tengah duduk di kursi roda, 500 meter dari posisinya. Frieska terlihat tersenyum melihat anak-anak kecil yang sedang bermain di taman rumah sakit. Senyuman itu sama sekali tak menggambarkan kalau Frieska sedang berusaha menahan sakit di dalam tubuhnya.

Setetes air mata tiba-tiba turun dari mata Melody. Melihat bagaimana keadaan sang adik, benar-benar membuat dadanya sakit. Ia masih tak percaya kalau Frieska terkena kanker darah stadium 3.

Melody segera menghapus air mata itu dan mencoba untuk menyudahi rasa sakitnya. Sebelum mulai melangkah, ia menarik napas dalam lalu mengeluarkannya dengan perlahan.

"Hai adik manisku!" Ucap Melody penuh semangat sambil memeluk Frieska dari belakang.

"Kak Mel! Aaak! Kangen banget!" Ucap Frieska tak kalah semangat.

Melody beralih berdiri di depan Frieska. Tersenyum dengan lebar. "Kamu ngapain di sini? Mama mana?" Melody sedikit merapikan topi kupluk berwarna abu yang melekat pada kepala Frieska.

"Lagi pengen keluar aja. Tadi katanya ke resepsionis depan." Melody mengangguk sebagai respon.

"Kita jalan-jalan, yuk?" Ajak Melody sambil beralih ke belakang Frieska.

"Ke mana?"

"Udah ikut aja, kamu pasti suka." Melody segera mendorong kursi roda Frieska. Meski tubuhnya mungil, ternyata ia cukup kuat untuk mendorong sang adik.

"Kak Mel ternyata kuat juga, aku sempet khawatir kalau kursi rodanya gak bergerak." Frieska terkekeh mendengar perkataannya sendiri.

"Eits! Kamu gak tahu aja kekuatan aku kayak gimana. Jangan berani macem-macem sama aku."

"Uuuu takut." Bau harum langsung merasuk ke indra penciuman Frieska. Mereka tiba di taman bunga yang berada di ujung komplek rumah sakit. Terdapat banyak jenis bunga di sana, mulai dari bunga krisan berbagai warna, mawar, bunga matahari dan banyak lagi yang lain.

"Wah!" Frieska tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Bunga-bunga itu sungguh cantik. Enam bulan hanya berada di kamar membuatnya tak mengetahui kalau ada taman bunga di sana. Meski sebenarnya sang ibu cukup sering membawanya berkeliling, tapi ternyata ada satu tempat yang terlewatkan.

"Gimana? Kamu suka, 'kan?"

"Suka!" Bisa terdengar nada kebahagiaan di sana. Frieska memang menyukai bunga sejak dulu. Menurutnya, bau harum dari bunga-bunga itu bisa membuat segala stresnya hilang. Belum lagi aneka warna yang sangat memanjakan matanya. Ia sangat menyukainya.

Melody mendorong kursi roda Frieska semakin masuk ke dalam. Di sebelah kiri mereka-- hanya beberapa meter, terdapat sebuah kursi. Melody segera menuju kursi tersebut. Ia lalu duduk di kursi itu dengan Frieska yang masih duduk di kursi roda di sampingnya.

"Kok Kak Mel bisa tahu ada tempat kayak gini di sini?"

"Iya, tadi ada suster yang ngasih tahu. Taman ini juga baru kok, katanya dibuka sejak dua bulan lalu."

Frieska mengangguk. Ia kembali memandang hamparan bunga yang ada di depannya. Mereka terdiam untuk beberapa saat. Sibuk akan pikiran masing-masing.

Hingga akhirnya sebuah kalimat pun keluar dari bibir Frieska. "Besok aku kemo lagi," ucapnya masih melihat ke depan.

Melody langsung menoleh. Setiap membahas tentang pengobatan Frieska, entah kenapa hatinya begitu sakit. Ia tak bisa membayangkan berapa lama lagi Frieska harus tinggal di rumah sakit dan menjalani pengobatan. Ia tak kuasa melihat Frieska harus terus-terusan bergelut dengan penyakit mematikan itu.

Beautiful Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang