5.4

1K 195 63
                                    

Melody berdiri di depan kamar Lidya membawa setumpuk kertas di tangannya. Dadanya tiba-tiba berdetak begitu cepat.

Melody menarik napas dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Entah sudah berapa kali ia melakukan hal itu. Terdiam di sana tanpa berani memutar knop pintu.

"Kamu pasti bisa, Mel. Kamu harus buktiin sama Lidya." Setelah mengucapkan kalimat itu, Melody dengan mantap membuka pintu kamar Lidya.

Di dalam sana Lidya langsung menoleh. Tidak terlalu terkejut hanya fokusnya sedikit teralihkan karena gerak cepat Melody.

Melody berdeham. Lidya hanya diam.

"Lid." Melody berjalan mendekat. Jantungnya kembali bergemuruh ingin meledak.

Lidya masih diam. Tidak peduli seperti hari-hari kemarin.

"Aku punya bukti kalau Andrew ada di balik kasus tak terpecahkan Athena." Melody menyerahkan tumpukan kertas itu.

Lidya menoleh. Masih heran dengan sikap tidak tahu diri Melody.

"Dimulai dari kasus Jojo. Sebenarnya bukan Jojo yang punya bisnis itu. Andrew hanya menggunakan nama Jojo sebagai kedok." Melody mulai menerangkan isi dari kertas-kertas itu.

Merasa tertarik, Lidya pun mulai membuka helai demi helai kertas-kertas tersebut.

"Seperti yang kamu lihat, itu adalah salinan kontrak kesepakatan antara Jojo dan Andrew. Aku dapet waktu geledah rumah Jojo, tanpa sepengetahuan kalian dan Andrew."

Mata mereka seketika bertemu. Hanya beberapa detik sampai Lidya memalingkan wajahnya.

"Yang kedua, kasus Arka. Tapi, ini berkaitan sama kematian ibu kamu." Melody memelankan suaranya. Takut akan respon Lidya karena kasus ini menyangkut ibu Lidya.

Lidya seketika menoleh ke arah Melody. Matanya bertanya-tanya, mencari jawaban atas pengakuan Melody.

Melody menghela napas panjang. "Arka adalah orang yang disuruh Andrew untuk menabrak ibu kamu." Melody meletakkan flashdisk yang berisi rekaman percakapan Arka dan Andrew di meja Lidya.

"Apa?!" Lidya seketika bangkit.

"Jadi, si brengsek itu udah ngerencanain ngebunuh ibu gue dari awal? Bukan karena penusukan itu, bukan karena keterlambatan gue? IYA?!"

Lidya geram. Marah dan terkejut di saat yang sama. Selama ini, ia berpikir kalau kecelakaan itu adalah sebuah ketidaksengajaan. Ia hanya tahu kalau penusukan dirinya saja yang merupakan perbuatan dari suruhan Prabu.

Lidya mengacak-ngacak rambutnya. Tiba-tiba kepalanya pusing. "ARRGGG!"

Melody mendekat ingin menenangkan Lidya. Namun sayang Lidya menepis uluran tangannya. Berteriak dengan kencang dan lantang. "JANGAN SENTUH GUE! LO SAMA KOTORNYA DENGAN BOKAP DAN KAKEK LO ITU!"

"KELUAR DARI SINI!"

Tatapan itu lagi. Tatapan yang membuat Melody ketakutan. Tatapan tajam, namun kali ini disertai luka yang sangat besar.

"Maaf." Melody tertunduk. Lagi-lagi hanya kata itu yang terucap dari bibirnya.

"Maaf? Lo kira dengan kata maaf bisa merubah segalanya? Enggak bisa! Enggak bisa, Mel. Nggak bisa." Kini mata tajam itu berubah sendu. Perlahan namun pasti butiran bening keluar dari matanya. Mengeluarkan rasa sesak itu yang sudah pasti menyiksanya.

Lidya terisak dengan segala kenangan masa lalunya. Bersama ibunya, yang sangat berarti dalam hidup Lidya.

Melody memberanikan diri untuk kembali mendekat. Mencoba merengkuh tubuh tegap itu.

Beautiful Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang