1.5

2.3K 219 13
                                    

Yona dan Sinka sedang membuntuti mobil sedan hitam yang dikendarai oleh Jojo. Sudah hampir 1 jam mereka berada di jalanan yang sedikit lengang itu. Hanya ada mobil Jojo di depan dan 2 mobil di belakang mereka. Entah kemana arah tujuan Jojo, mereka tidak tahu. Yang jelas hari ini mereka harus mendapatkan bukti lain atas kejahatan yang dilakukan oleh Jojo.

Jojo melajukan mobilnya lebih cepat saat lampu lalu lintas akan berganti dari kuning ke merah. Meninggalkan mobil Yona yang berhenti di belakangnya.

Brak!

Tabrakan tak dapat dihindari. Mobil Jojo dihantam oleh mobil pengangkut minyak dari arah persimpangan kiri. Mobilnya terseret sampai ke bagian jalan yang lain. Dan....

Duar!

Ledakan yang cukup keras terdengar. Kedua mobil itu pun terbakar. Menghasilkan api yang begitu besar dengan asap yang mengepul ke atas.

Yona dan Sinka segera turun dari mobilnya. Tak menghiraukan mobil di belakangnya yang membunyikan klaksonnya karena lampu lalu lintas sudah berganti menjadi hijau.

Yona dan Sinka tak mampu berkata-kata. Mereka masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

***

"Gimana? Sudah beres?" Tanya seorang laki-laki paruh baya kepada laki-laki lain yang berpakaian rapi di depannya.

"Sudah Pak, semuanya sudah beres," ucap laki-laki berpakaian rapi serba hitam tersebut.

"Bagus, kembali bekerja," perintahnya.

Laki-laki berpakaian serba hitam itu kemudian membungkukkan badannya lalu segera pergi dari ruangan itu.

"Dasar bodoh, hampir saja terbongkar. Sepertinya tikus kecil itu belum kapok juga. Kita lihat, sejauh mana kau bisa bertindak...

"Lidya..." Laki-laki itu tersenyum penuh arti.

***

Langkah kaki Lidya menyapa tanah datar itu. Ia menikmati perjalanan menuju markas dengan santai sambil meneliti area di sekitarnya. Ternyata benar kata Melody, pemerintah sungguh pintar memilih lokasi untuk markas mereka. Suara burung berkicauan, pohon-pohon hijau serta semilir angin yang membuat kesan menenangkan itu begitu terasa. Lidya kemudian tersenyum kecil. Ekor matanya melirik Melody yang ada di belakangnya. Ia teringat bagaimana ekspresi Melody saat Ia melontarkan kalimat ancamannya tadi. Sungguh lucu, pikirnya.

Lain halnya dengan Melody. Ia masih kesal dengan sikap Lidya. Sungguh... Ia tak menyangka ada spesies manusia sejenis Lidya di dunia ini. Semua kalimat-kalimat tidak sukanya Ia keluarkan dalam hati. Ia terus menggerutu sambil melangkahkan kakinya ke tanah dengan kasar.

"Lima langkah? Ck emang aku punya penyakit menular apa? emang dia siapa? Presiden bukan, Jendral juga bukan. Ish! Seenaknya aja! Awas aja kalau dia yang ngelanggar, aku kutuk jadi batu!! Dasar serigala kutub nyebeliiinnnn!"

Tanpa Melody sadari, Lidya menghentikan langkahnya dan otomatis membuatnya menabrak punggung Lidya.

"Aduh!" pekik Melody. "Kenapa berhenti sih? jadi nabrak kan." Melody memegang kepalanya yang sedikit nyut-nyutan karena benturan tadi.

Beautiful Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang