2.6

1.5K 206 18
                                    

Beberapa menit sebelum Melody tertangkap.

Melody merapikan bajunya sambil berjalan ke luar toilet. Baru beberapa langkah ia berjalan, matanya menangkap deretan tangga menuju lantai atas di sebelah kirinya.

"Eh? Sejak kapan ada tangga di sini? Perasaan tadi gak ada deh," ucapnya. Entah apa yang ada dipikirannya, Melody berniat naik ke atas menelusuri tangga tersebut.

Ia mulai naik perlahan dengan hati-hati, layaknya seorang pencuri. Sampai di atas, ada sebuah meja dan sofa yang diletakkan di depan jendela. Melody menoleh ke arah lain, ada dua pintu yang ia dapati. Satu pintu bertuliskan gudang, dan satu lagi bertuliskan office.

'Office? Apa itu ruangan si manager?' batinnya.

Melody mendekati pintu yang bertuliskan office tersebut. Ia genggam gagang pintu lalu membukanya dengan pelan.

Ceklek

"Oh jadi bener ini ruangan manager," ucap Melody setelah membaca papan kaca di atas meja yang bertuliskan nama Bondan serta jabatannya di sana.

Melody mulai menyelidiki ruangan itu. Mencoba mencari bukti atau petunjuk mengenai kasus pembunuhan berantai. Ia membuka laci-laci, membuka beberapa file yang ada di sana, membacanya singkat lalu menaruhnya kembali karena tak ada hal penting yang ia temukan.

Sampai akhirnya ia melihat sebuah kardus kecil yang diletakkan di pojok ruangan. Melody kemudian membukanya.

"YA AMPUN!" Melody terlonjak kaget. Ia refleks membekap mulutnya.
Bagaimana tidak, di dalam kardus itu ada foto seorang wanita yang bersimbah darah dengan kondisi yang sangat mengenaskan.

Melody langsung menutup kardus itu. Tak ingin melihat benda mengerikan lain yang mungkin saja ada di dalam kardus itu.

Ia hendak menghubungi Lidya mengenai penemuannya, tapi ponselnya ternyata tertinggal di tempat duduknya di bawah. "Ck! pake ketinggalan segala. Lebih baik aku balik ke meja lagi sebelum Bondan ke-"

Belum selesai Melody berkata, knop pintu ruangan tersebut sudah ada yang memutar, dan

'Sh*t!'

"Sepertinya ada tamu yang tak diundang masuk ke sini," ucap orang yang masuk ke ruangan itu yang ternyata adalah Bondan.

Klik

Bondan mengunci ruangan itu lalu memasukkan kuncinya ke kantong celananya. "Sekarang lo gak bisa kabur, wahai ibu polisi." Bondan tersenyum mengejek. Perlahan ia melangkah mendekati Melody yang membuat Melody sedikit demi sedikit memundurkan langkahnya.

"Da-darimana ka-mu tau ka-"

"Kalo lo polisi?"

Bondan semakin mendekat, Melody mulai mengambil ancang-ancang. Tak ada pilihan lain untuknya, ia harus melawan Bondan jika ingin selamat hidup-hidup dari ruangan itu.

Bondan tertawa. "Hahahaha siapa lagi yang mau masuk ke kandang singa selain pasukan sok pemberani kayak lo ini."

Melody semakin mundur, ia mencoba meraih benda-benda yang sekiranya bisa ia gunakan sebagai senjata.

"Udahlah lo nyerah aja, percuma mau ngelawan gue. Walaupun lo polisi, tapi tetep aja lo perempuan yang gak akan bisa menang kalo melawan laki-laki." Bondan mengeluarkan pisau dari balik saku jasnya.

"Jangan sombong dulu, Bondan. Aku bukanlah polisi biasa seperti apa yang kamu pikirkan." Melody mengambil ancang-ancang. Tak ada benda yang bisa ia gunakan sebagai senjata. Ia terpaksa bertarung dengan tangan kosong.

Beautiful Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang