[not] My Type

3.3K 270 40
                                    

Beberapa menit sebelumnya...

"Ini bener kok alamatnya, Jalan Kemerdekaan no.18. Tapi kok pelangnya tempat percetakan sih." Melody terlihat bingung setelah memastikan kembali alamat yang tertulis di secarik kertas yang ia bawa. Saat ini dia sudah berdiri di depan sebuah tempat percetakan. Alamat yang ia tuju memang benar, tapi dia tidak tahu bahwa percetakan itu hanyalah kamuflase untuk menutupi sebuah rahasia besar.

Ting

Melody mengambil ponselnya lalu membuka pesan yang masuk.

'Masuk saja ke tempat percetakan itu dan berkata bahwa kamu adalah si burung merak yang ingin terbang'

Melody mengerutkan dahinya setelah membaca pesan dari salah satu seniornya di Bandung.

'Beneran aku harus ngomong gitu? Nanti kalo di ketawain gimana?' Balasnya.

'Tenang saja, kamu akan terkejut ketika mengetahui apa yang berada disana sebenarnya. Good luck Mel'

"Ish harus ya pake kode-kode'n kayak gitu."
Melody menaruh ponselnya kembali lalu mulai berjalan masuk ke tempat percetakan tersebut.

"Selamat pagi mbak," ucapnya pada seseorang yang menjaga di meja penerimaan pesanan.

"Iya, bisa dibantu mbak?" ucap orang itu.

"Emnn... begini. Saya adalah si burung merak yang ingin terbang," ucap Melody sedikit ragu.

"Ooh... sudah datang rupanya. Silahkan duduk disebelah sana mbak, nanti saya panggil lagi."

Melody hanya menganggukkan kepalanya lalu duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari meja penerimaan pesanan tadi. Ia semakin bingung akan reaksi yang ditunjukkan si penjaga tadi.

Ia melihat si penjaga tadi sedang menelpon seseorang.
Beberapa saat kemudian muncullah seseorang dari balik pintu yang berada di samping kanan meja penerimaan pesan tadi. Dia sedikit berbincang dengan penjaga tadi. Lalu dia melihat ke arah Melody dan menghampirinya.

"Kamu yang dari Bandung itu ya?" tanya Saktia.

"Iya."

"Yaudah yuk masuk." Saktia kemudian mengajak Melody untuk masuk ke dalam.

Saktia mengeluarkan sebuah kartu dari kantongnya lalu menempelkannya ke sebuah komputer kecil didepannya.

Kreeeeekkkkkk

Dinding itu pun terbuka. Melody sedikit kaget akan hal itu. Ini seperti adegan di film-film action yang sering ia tonton. Belum jauh mereka berjalan, Saktia kembali melakukan hal yang sama sampai tiga kali.

Melody kembali terheran-heran, kenapa tempat percetakan seperti ini harus dilapisi dengan pintu besi sebanyak itu? pikirnya.

"Kamu pasti heran kenapa masuk kesini seribet ini kan?," tanya Saktia saat mereka berjalan di sebuah lorong yang sedikit gelap.

"Iya, kok tempat percetakan seribet ini. Belum lagi tadi pake kode segala. Aku kan bingung."

"Haha wajar sih, nanti kamu bakalan ngerti setelah sampe. Oh iya, aku Saktia." Saktia mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Melody," ucap Melody lalu menjabat tangan Saktia.

"Kamu bakalan lebih kaget setelah ini haha."

Mereka melewati lorong itu dengan mengobrol ringan. Saktia sedikit memberikan penjelasan mengenai situasi yang Melody alami saat ini.

Hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu kayu yang berwarna merah.

Ceklek

Beautiful Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang