HK 17

992 97 2
                                    

Hai Hai aku kembalii nih..

Siap-siap gegana ya ..wkwkw

.

.

.

.

Jangan lupa VOTE and COMMENT

.

.

.

Happy reading

.

.

.

.

Pagi yang cerah, secerah wajah cantik Prilly. Siang ini Prilly berniat untuk menemui Ali di toko. Bukan hal itu yang membuatnya bahagia, namun karna orang suruhan sang ayah tidak muncul pagi ini. Padahal, sudah sejak pagi Prilly mengintip dari bilik jendela namun orang – orang suruhan sang ayah tak satupun ada yang muncul. Hingga akhirnya Prilly berniat ingin menemui Ali serta membawa makan siang untuknya. Oseng kangkung lengkap dengan ayam goreng ia bawa dalam rantang kecil ditangannya, sederhana memang namun tak apa karena makanan itu adalah makanan kesukaan Ali.

Kini toko bunga itu sudah ada didepan matanya, hanya berapa langkah lagi Prilly akan sampai didepan pintu masuk. Dengan senyum yang mengembang Prilly melangkahkan kakinya menuju pintu kaca didepannya. Baru saja tangannya ingin menarik pintu didepannya, matanya sudah terlebih dahulu melihat pemandangan yang sangat menakutkan. Dibalik pintu kaca itu terdapat beberapa laki-laki perpakaian serba hitam, bukankah orang itu seharusnya ada dikontrakan Prilly ? kenapa dia malah ada disini ? dan yang membuatnya semakin melebarkan matanya adalah ketika laki-laki berpakaian serba hitam itu sedang berbicara dengan Ali.

"Kira-kira apa sih yang laki-laki itu bicarain sama Ali ? apa mungkin soal bunga ? tapi untuk apa laki-laki itu beli bunga ?"guman Prilly sambil menempelkan telinganya kepintu kaca, berharap ia bisa mendengar pembicaraan mereka. Namun sialnya ia tak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Ish ngomong apa sih? Pake nggak kedengeran lagi."ucap Prilly kesal.

"Akhhhh..."tiba-tiba Prilly berteriak saat ada sebuah tangan yang menepuk bahunya dari belakang. Dengan cepat ia membekam mulutnya sendiri, namun sial Ali dan laki-laki berpakaian hitam itu terlebih dahulu mendengarnya.

"Loh ngapain Prill ngintip gitu ? kenapa nggak masuk ?"tanya Mila sambil berpindah posisi didepan Prilly. Prilly yang melihat Mila hanya tersenyum polos sedikit geram. Rencananya untuk menguping telah hancur karna Mila.

"Ihhh Mila ngagetin aja sih, tau nggak gara-gara kamu ngagetin aku, aku jadi teriak. Hancur sudah rencanaku."geram Prilly dengan nada suara yang dibuat pelan.

"Rencana apa ? lo mau maling ?"lagi-lagi ucapan Mila membuatnya geram, cantik sih cantik namun kepolosannya itu kadang membuatnya ingin menjitaknya.

"Syut diem, jangan keras-keras ngomongnya nanti dia deng..."ucap Prilly terhatan karna orang yang tadi diintipnya sudah terlebih dahulu memanggilnya.

"Prill ngapain disini ?"ucap Ali dengan wajah pucatnya. Kini Prilly semakin bingung dibuatnya, ada yang aneh dengan Ali akhir-akhir ini. Ada apa sebenarnya ?

Hap...

Tiba-tiba dari arah belakang ada sepasang tangan yang mencekal pergelangan tangan Prilly, hal itu membuat wajah Ali semakin pucat. Sedangkan Prilly, wajahnya kini juga berubah menjadi pucat setelah melihat siapa yang mencekalnya. Ya, sudah pasti bisa diduga. Orang berpakaian hitam itulah yang mencekal tangannya.

"Lepasin, kalian siapa ? lepas"Prilly terus berontak untuk melepaskan tangan mungilnya dari genggaman pria itu, namun sayang tenaganya tak cukup kuat.

"Diam ! nona Prilly harus ikut kami, mau tidak mau nona Prilly akan kami bawa paksa."ucap laki-laki yang mencekal tangan kanannya.

"Gue nggak mau, lepasin gue !!!"Prilly terus berontak sambil berteriak membuat toko yang tadinya sepi berubah menjadi ramai, bukan ramai karna ingin membeli bunga namun karna Prilly yang dicekal paksa oleh laki-laki berpakaian hitam itu. Sedangkan Ali hanya diam dengan wajah yang semakin pucat, ingin sekali ia membantu Prilly namun bagaimana caranya ?

"Ayo ikut kami, dan buat anda tuan Ali pertimbangkan lagi apa yang saya ucapkan tadi."ucap laki-laki itu dengan tegas lalu menyeret paksa Prilly masuk kedalam mobil. Prilly terus saja memberontak namun percuma.

"Ali tolongin aku."teriak Prilly sebelum dipaksa masuk kedalam mobil.

Kini ditelinga Ali masih terngiang-ngiang teriakan Prilly, padahal mobil itu sudah pergi meninggalkan tempat itu. Sekarang Ali benar – benar bingung, apa yang harus ia lakukan ?

Ibu !

Hanya ibulah yang bisa membantunya sekarang.

"Mil, gua mau pergi dulu."ucap Ali tergesa-gesa, belum sempat Mila menjawab Ali sudah terlebih dulu lari.

Ali terus berlari dengan sekuat tenaganya, tak peduli dengan peluh yang terus menetes diwajah maupun tubuhnya. Ia berlari tanpa mempedulikan tatapan aneh dari orang-orang disepanjang jalan. Bahkan tak sekali ia menabrak pejalan kaki, kini Ali tak peduli jika dirinya disebut "Gila" oleh orang-orang yang melihatnya.

Semakin cepat ia berlari, semakin cepat juga ia akan sampai. Rumah – rumah kecil yang berjejer rapi kini sudah terlihat, itu tandanya Ali sudah sampai dirumahnya. Tanpa mengetuk pintu ia langsung masuk ke dalam rumah, dengan tergesa-gesa ia mencari sang itu dipenjuru rumah.

"Bu, ibu ... ibu dimana ?"Ali terus berteriak sambil mengecek satu persatu ruangan dirumahnya. Namun nilih, ia tak menemukan ibu dirumah bahkan tak terdengar juga ada sebuah sahutan.

Ali mengacak rambutnya kasar, sesekali menjambak rambutnya sendiri. Kini ia benar-benar kalut, yang ada dipikirannya hanyalah Prilly, Prilly, dan Prilly.

"Sabar Prill aku akan bawa kamu kembali ke rumah ini, apapun resikonya."ucap Ali dengan rahang yang mengeras, menandakan jika ia sedang menahan amarahnya.

"Astagfirullah Ali,"ucap sang ibu yang muncul dari pintu depan dengan tas belanja ditangannya, dengan panik sang ibu menghampiri anak laki-lakinya yang kini sedang duduk bersandar dengan rambut yang sudah tak tertata serta wajah yang sedikit pucat.

"Ali kamu kenapa nak?"

"Bu Prilly bu. Orang –orang itu membawa Prilly pergi bu, apa yang harus Ali lakukan bu?"

"Kamu tenang dulu, coba ceritakan terlebih dahulu pada ibu. Kamu harus tenang, jangan kesal seperti itu karna kesal dan marah tak akan bisa menyelesaikan masalah Li."ucap ibu sambil sesekali mengelap peluh yang terus menetes diwajah tampan anaknya.

Dengan perlahan Ali mulai menceritakan semuanya, bahkan tentang 2 pilihan dan jawaban atas doanya dalam Shalat Istikharah pun ia ceritakan. Bahkan dalam ceritanya Ali sampai mengeluarkan air mata, walaupun air mata itu tidak menetes keluar namun dapat terlihat jelas dari kelopak matanya.

"Pilih dan lakukanlah sesuai isi hati Ali, jika Ali benar – benar sayang sama Prilly lakukanlah. Ibu tidak akan menahannya, ibu hanya bisa membantu dengan doa. Tapi ingat, lakukan dengan kepala dingin."ucap ibu menyakinkan Ali. Kini tinggal Ali yang harus berpikir, apa yang harus ia lakukan sekarang. Ya , demi Prilly !

.

.

.

.

Gimana ? masih mau next ???

Hanya KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang