16

152 12 8
                                    

 Sepertinya sekarang aku harus berhenti berharap, impian yang kunanti takkan terkabul, aku telah melakukan segalanya namun sepertinya tanah memang takkan pernah menyentuh langit, sekeras apapun dia mencoba dan sebanyak apapun dia berkorban, langit takkan sebodoh itu, mengotori dirinya dengan tanah yang cemar sepertiku.

Tapi tidak, aku tidak ingin semua berakhir seperti ini Yoong, aku ingin bertahan sekali lagi, untuk yang terakhir kalinya aku ingin mencoba mengetuk pintu hatimu yang entah kapan akan terbuka.

"Yoong, aku tidak ingin mengakhiri semuanya" yah benar—sekali lagi, aku harus mencobanya sekali lagi bukan? Aku sudah sejauh ini, aku tidak mungkin menyerah begitu saja, karena semua yang telah kulewati takkan bermakna lagi, dan itu sama saja aku tak menghargainya.

"Aku takkan merubah keputusanku Semi" Yoongi menatap mata istrinya sayu.

"Bahkan bila aku mengakhiri hidupku?" balas Semi tajam. Sukses membuat kedua manik Yoongi membulat tak percaya "Apa yang kau katakan Mi-ah?" ujarnya shock.

"Jika kau masih teguh dengan pendirianmu, maka aku juga akan teguh dengan pendirianku, jika kau berani memutuskan ikatan sakral ini, maka aku akan berani memutus ikatan kehidupanku, biar saja aku mati bersama calon bayimu ini" ujar Semi seraya memegang perutnya yang masih datar.

"SEMI, HENTIKAN PIKIRAN GILAMU ITU" teriak Yoongi kesal.

"Tidak usah marah tuan, jawab saja, apa kau masih teguh dengan pendirianmu itu?" Semi benar-benar telah kehilangan akal sehatnya, Yoongi bahkan tak mampu berkata apa-apa lagi dengan sikap istrinya.

"Hm, kau diam? Aah berarti kau masih teguh yah? baiklah—kalau begitu selamat tinggal Yoong" ujar Semi tak habis pikir, dia berjalan pergi meninggalkan suaminya, sejenak ia terhenti, memastikan apa suaminya bereaksi dengan ucapannya, namun maaf Semi kau terlalu berharap padanya, dia tak merespon ancamanmu itu, "Hm, dia tak peduli? Kalau begitu aku benar-benar akan melakukannya Yoong, jika kau tak peduli denganku maka untuk apalagi aku hidup! Ayah, tunggu aku, aku akan segera bertemu denganmu" Semi membatin sedih.

"Aku tau dia hanya terbawa emosi, benar! Untuk saat ini aku tidak perlu mengikutinya kekamar, aku dan dia sama-sama membutuhkan waktu untuk berfikir tenang." Batin Yoongi.

Ketika langkah mulai berseberangan, dan prasangka menjadi acuan, kebenaran akhirnya menghilang tanpa peduli dengan resiko akan kepergiannya. Yang menyakiti tak mengerti, dan yang tersakiti mengubur dalam-dalam harapannya, karena untuk kesekian kalinya, usahanya diinjak-injak hingga hancur tak berbentuk.

Bahkan disaat-saat terakhir sang pendamba masih mengharapkan dirinya dipedulikan, namun disaat bersamaan yang didamba tak peduli dan asyik dengan ke-egoannya, cahaya itu telah hilang Semi, atau bahkan jika kau sangat ingin mengetahuinya, sebenarnya—cahaya itu memang tak pernah ada.

Kau yang berharap terlalu tinggi Semi, jadi jangan salahkan siapapun bila kau harus jatuh dan hancur bersama anganmu itu, dia pernah memberimu kenangan tapi dia tak pernah mengatakan bahwa dia akan terus memberikanmu hal itu bukan! Yah, kau—hanya kau yang tega menyakiti dirimu terlalu dalam, hingga karna terlalu malu mengakuinya kau memakai topeng agar kau dianggap yang paling tersakiti.

-20 menit kemudian-

Ting – tong~

Yoongi terbangun dari duduknya, dia melangkah kearah pintu, membuka pintunya dan menemukan seorang gadis tak dikenal didepan rumahnya, gadis itu tersenyum dengan mata berbinar-binar.

"Ya Allah, Suga Oppa kau benar-benar tampan, bahkan lebih tampan dari yang difoto" ujar gadis itu kegirangan sukses membuat Yoongi mengerutkan keningnya.

"Kau siapa?"

"Ah iya lupa, aku Keyla, panggil saja Key, em ngomong-ngomong Semi mana?" ujarnya mengedarkan pandangannya kedalam rumah.

"Dari mana kau tau tentang Semi?"

"Ahahhahah Apa kau bercanda? Aku sahabatnya, mana mungkin aku tidak tahu tentang dia oppa?" Key tertawa tak habis pikir.

"Dia berpakaian seperti Semi, dia juga memakai kain itu dikepalanya, berarti dia benar-benar sahabatnya" pikir Yoongi.

"Baiklah, masuklah! Dia ada dikamarnya" ujarnya malas, jika pria itu boleh jujur, dia sangat tidak menyukai orang asing masuk kedalam rumahnya.

Keyla segera masuk dan berjalan meninggalkann Yoongi yang masih berdiri dipintu.

"Kamarnya yang mana?" teriak Keyla.

"Tck, pintunya berwarna biru putih" Yoongi mendecak tak suka.

---

"Pfft, Semi pasti tak menyangka kalau aku membawakan baju-baju mungil untuk bayinya nanti, yah sekaligus sebagai hadiah karena aku berhasil melanjutkan studiku di Korea hehehhe" Keyla membatin senang.

Cklek~

--Tada---

"Eh, Si tengil mana? Kok ngga ada?"

"Mi? Semi, kamu di wc yah?" Tanya Key, dia berjalan menuju pintu wc yang sedikit terbuka.

Cklek~

Keyla mendorong pelan pintu itu, "Mi, kamu dida—" ucapan itu terhenti digantikan rasa shock yang nyaris membuatnya pingsan, "SEMIIIIIII" Keyla berteriak sangat kencang hingga Yoongi yang berada diruang tamu bisa mendengarnya.

Yoongi segera berlari, dan betapa terkejutnya dia menemukan istrinya tergeletak dilantai kamar mandi dengan darah yang mengalir begitu saja dipergelangan tangannya, Yoongi mematung diposisinya sedangkan Key segera memeriksa denyut nadi sahabatnya, ia segera merogoh sakunya dan mengambil ponsel mugilnya.

"Suga oppa, berapa? M-mm Maksudku nomor panggilan darurat disini berapa?" tanya Key panik.

Yoong masih mematung dan tak menyadari ucapan Keyla.

"AKU BILANG BERAPA OPPA?" teriak Keyla naik pitam, dia tak percaya suami sahabatnya hanya terdiam melihat istrinya yang berada diambang kematian.

"Kau bilang apa?"

"Cepat jawab aku saja Suga oppa" lanjutnnya.

Yoongi segera menyebutkannya dan Keyla langsung menelfon, setelah pembicaraan menegangkan diponsel itu selesai, iris sahabat Semi itu mengarah tajam menusuk pandangan pria sang pemiliki surai berwarna hitam tanpa ampun. "Kau, berhutang penjelasan padaku Oppa" pekiknya pelan.

TBC

DON'T TOUCH MEWhere stories live. Discover now