12

164 14 5
                                    

 Sekarang aku menyadari, sejak dulu dunia memang tak pernah seindah yang kuidamkan, tak pernah sebaik yang kuinginkan, dan tak pernah seajaib yang kubayangkan. Aku larut dalam keinginan yang telah meracuniku begitu dalam hingga yang terus tersakiti hanya aku, hanya diriku.

Aku telah merancang pembalasan dendam terbaik, agar dia menderita, namun sepertinya semua akan sia-sia saja! Hm, kembali lagi takdir mematahkan keinginanku—yah, benar. Bagaimana mungkin janin ini hadir disaat aku tak menginginkannya, aku hanya ingin menyakiti Yoongi, menyiksanya hingga dia terus meminta ampun padaku, lalu kenapa calon bayi ini hadir? Apa Tuhan ingin aku terus bersama suami hinaku itu? Tapi aku tidak ingin bertemu lagi dengannya, Aku muak.

Ini sudah kesekian kalinya, Semi keluar masuk kamar mandi, rasa mual yang terus menghantuinya, memaksanya mengambil cara lain agar dia tak terus berkutat degan aktifitas itu saja, akhirnya dia mengambil mangkuk dan lebih memilih muntah diwadah itu, sebab tubuhnya terlalu lelah untuk kembali ke wc.

"Semi, kapan kau akan pulang?" Keyla memegang tengkuk sahabatnya, mencoba memijit pelan agar Semi merasa sedikit nyaman.

Semi tak berniat menjawab pertanyaan itu, namun wajah sahabatnya terlihat tak mungkin untuk diabaikan.

"Aku akan pulang, tapi tidak sekarang" jawabnya lemas.

"Kau harus pulang, bulan ini adalah minggu tenang bagi BTS, pasti Yoongi ada dirumah sekarang" jawabnya sedikit khawatir.

Benar—aku tidak mengatakan apa yang terjadi pada Keyla, setelah pagi itu aku langsung kerumahnya dan berpura-pura kalau aku bosan dirumah, karena suamiku tidak ada  dan memilih menginap dirumahnya saja—yah, untuk sekarang aku hanya harus berbohong, karna aku tak bisa percaya pada siapapun bahkan pada sahabatku sendiri.

"Baiklah aku akan pulang hari ini, tapi tidak sekarang" jawabku lengah, bila Key juga merasa risih dengan kehadiranku, aku bisa apa? Baiklah, aku akan pulang kesarang dosa itu, jika itu yang membuatmu bahagia Key.

"Nah! Gitu dong, kalau kamu nurut kayak gini, aku kan jadi ngga khawatir" balas Key senang.

---

Aku berada disini, didepan rumah yang menjadi saksi bisu, perbuatan mesum suamiku, cih jika aku bisa, aku tidak ingin kesini lagi, tapi hanya ini, hanya rumah ini yang kumiliki, setelah kematian ayah, aku menjual semuanya untuk melunasi hutang, jadi mau tidak mau, aku harus bertahan disini.

Cklek~

Hm, dingin, apa Yoongi tidak ada?

Baguslah, jadi aku takkan melihat muka itu, setidaknya untuk seharian ini.

Semi melangkah masuk, menemukan barang-barang pecah, bantal sofa yang berserakan dilantai, dan juga pakaian Yoongi yang terbakar, lebih tepatnya dibakar diperapian miliknya.

Baju itu?

Bukankah itu baju yang dikenakannya saat mencariku? dan juga apa ini? kenapa semua yang ada dikamar diganti? Ini bukan selimut dan bantal yang dulu, ada apa ini? apa dia mencoba melupakanku?

Semi berlari kearah lemari, mencoba membenarkan terkaannya.

Bajuku? Apa dia juga membakarnya?

Brakk

Dia membuka pintu lemari dengan keras, salah—tebakan istri Yoongi salah, justru pakaiannya tertata dengan rapi dan begitu terawat, sedang pakaian Yoongi berantakan seperti tak pernah diperhatikan. Semi mengernyit tak mengerti "Sebenarnya ada apa ini Yoong?" batinnya bingung.

Semi mulai menenangkan pikirannya, berjalan kearah bathroom miliknya, saat ini dia hanya akan melakukan apa yang ada dipikirannya, mandi—yah, dia akan membersihkan diri, setelah itu mulai memperbaiki isi rumahnya yang berantakan.

---

Tiga jam berlalu dengan cepat, tak terasa Semi telah membersihkan seisi rumahnya, yah meski dia harus berhenti sejenak untuk istirahat—benar, dia tidak boleh kelelahan bukan? Dia sedang hamil.

Dia tengah termenung didepan TVnya, terduduk diatas sofa kesukaannya, "Apa dia benar-benar tidak pulang?" gumamnya pelan, ada apa Semi? Apa kau merindukan suamimu?—Tidak aku tidak merindukannya, hanya saja aku ingin tahu jawaban dari rumah yang kutemui dalam keadaan berantakan seperti tadi, yah hanya itu—Mungkin.

Cklek~

Pintu rumah terbuka?

Siapa yang membukanya?

Semi berlari kearah pintu utamanya, matanya membulat sempurna, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Yoong ada apa denganmu?" pekikku pelan, sukses mengundang atensi kedua pria yang tengah menggandeng suaminya.

"Oh, Mi-ah dari mana saja kau?" Ujarnya penuh penekanan.

"Aku? Aku—

"Joon—ah, tidak usah menambah masalah" tegur Hoseok pelan. Sedang Namjoon terus menatapku tidak suka.

Mereka melewatiku, Yoongi, dia mabuk? Tapi kenapa? Apa itu gara-gara aku?

Namjoon masih menatapku dengan tajam, dia terhenti tepat setelah dia melewatiku. "Sejak dia bilang akan menikahimu, sejak saat itu aku tahu, tidak akan ada yang baik-baik saja, and now....see?" ujarnya benar-benar tidak suka.

"Maksudmu apa oppa?"

"Kau tidak usah berpura-pura, sejak kau meninggalkannya, dia jadi seperti ini setiap malam" Jelas Namjoon sukses membuatku shock, aku tak percaya Yoongi melakukan hal itu, dia tidak mencintaiku, jadi untuk apa dia sesengsara itu tanpa kehadiranku?

"Sudahlah Namjoon, ayo kita pulang" ujar Hoseok menarik lengan sahabatnya, lalu berjalan pergi, meninggalkan kedua insan yang tengah diadu dalam penderitaan tanpa akhir itu.

"Mi-ah"

"Mi-ah"

Yoongi terus menggumamkan nama istrinya, sedang Semi hanya menatapnya jijik, tidak—aku tidak ingin lagi jatuh dalam rengkuhanmu Yoong, aku tak ingin tersakiti lagi.

Tapi bukankah sama saja, baik kau melepaskannya ataupun kau tetap mengenggamnya kau akan tetap terluka Semi, lalu untuk apa kau begitu menyombongkan diri, seakan hanya kau yang tersakiti, tidak sadarkah kau, semenjak malam itu Yoongi begitu tersiksa tanpa dirimu, dan kau menutup mata akan hal itu, kau telah menghukumnya begitu berat Min Semi—yah, hanya dengan mencampakkannya kau telah menyiksanya amat dalam, tapi perasaanmu begitu angkuh dan egois, apakah kau begitu bahagia menginjak injak kebahagiaan suamimu?

Tidak! Bukan karna itu, hanya saja Semi tidak tau apa yang terjadi, dia tidak tau jika malam itu, suaminya menyiapkan hal romantis untuk dirinya, bukan untuk wanita cantik itu, dia terlambat dan dia salah paham, rasa itulah yang membuatnya begitu marah hingga penjelasan apapun tetap akan menyakitinya, meski itu adalah hal yang ingin didengarkannya

TBC

DON'T TOUCH MEWhere stories live. Discover now